"Udah semua dibawa?"
Visi mengintruksikan anak-anak PMR lainnya. Mereka berada dimobil yang terpisah dengan anak-anak yang lainnya. Berhubung anak PMR akan mendirikan tenda sendiri dan peralatan yang dibawa juga lumayan banyak. Walaupun soal tandu dan lain-lain akan dibantu anak pramuka. Namun mereka juga membawa matras yang lumayan menghabiskan tempat.
"Obat-obatan udah semua?"
"Udah, kak Vis."
"Yaudah, ayok."
Mereka semua segera naik ke atas mobil tentara yang disewa oleh sekolahan mereka. Mobil sejenis yang sua digunakan untuk para tentara jika akan berpergian mengelilingi kota gitu.
Perjalanan tidak mudah. Jaraknya cukup jauh dan sempat diterpa gerimis manja. Namun hal itu tidak menyurutkan raut bahagia semuanya. Ada secercah kebahagiaan didalamnya. Visi mengecek ponselnya. Hanya beberapa pesan dari orang tuanya yang menanyakan lokasi mereka saat ini.
Lalu tak lama perjalanan menjadi semakin tidak mulus. Mereka mulai memasuki wilayah perbukitan yang tentunya membuat mereka bergoyang.
Setelah melakukan perjalan kurang lebih satu jam setengah akhirnya mereka tiba di tempat perkemahan. Semua anak-anak turun dan siap membawa barang bawaannya masing-masing. Visi membawa tas besar yang berisikan berbagai macam alat untuk jaga-jaga. Seperti beberapa perban, papan kayu yang semoga tidak digunakan. Well, itu hanya untuk yang patah tulang.
Anak-anak PMR lainnya terlihat susah mengeluarkan matras berukuran kecil itu. Anak-anak Pramuka yang seangkatan dengan Visi dengan sigap membantu mereka. Berhubung entah mengapa anak PMR tidak ada laki-lakinya dengan alasan mereka tidak ingin ikut acara ini.
Setelah semua siswa dan siswi mulai memasuki hutan, disusul Pembina, kini giliran anak PMR untuk melakukannya.
Jalan setapak di dalam hutan itu sangat licin, dimaklum tadi katanya ada hujan. Hanya butuh waktu lima belas menit untk mereka tiba di tanah lapang dimana akan menjadi tempat kemah mereka.
"Siapkan tenda masing-masing! Bisa bikin tenda kan?!" Teriak Toro, pramuka senior yang seangkatan dengan Visi.
"Bisa, Kak!" Seru yang lainnya.
"Waktu kalian lima belas menit! Kalo sudah selesai kumpul di air terjun!"
Dengan buru-buru mereka semua memasang tenda. Sebenarnya kegiatan ini dikhususkan untuk anak kelas X saja, anak kelas XI tidak. Hitung-hitung sebagai pengalaman mereka tinggal di tengah hutan.
"Tendanya gak ada lagi?" terdengar suara cowok dari arah belakang Visi. Anak PMR lainnya langsung berdiri mematung dimana membuat Visi kewalahan memegang rangka tenda. Visi menancapkan rangka tenda tersebut dan akhirnya tenda mereka dapat berdiri kokoh. Untung saja Visi dulu sering diajak ayahnya ikut kegiatan perkemahan. Maklum, Ayahnya dulu saat SMA merupakan seorang senior di Pramuka yang entah sudah menggandeng banyak penghargaan tali-temali dan sebagainya.
"Dek, masukin itu matrasnya." Kata Visi dengan ketus. Dia sudah bête.
"Oh iya kak." Beberapa anak PMR memasukkan beberapa peralatan kedalam tenda yang baru saja dibangun itu.
"Kita bikin tiga tenda lagi. Buat tempat tidur kita, satunya lagi buat kalo ada yang luka aja." Semua anak PMR mengangguk.
"Butuh bantuan, Kak?" Kata seorang cowok dengan seragam pramuka. Ah, Visi mengenal adek kelas itu. Dia sering menjadi juara dalam bidang tali menali. Visi segera mengangguk. Kapan lagi kan dibantu adek kelas? Populer lagi.
"Boleh, dek. Ini kita mau bangun tenda dua lagi."
"Siap, Kak. Nanti aku panggil yang lain." Ucapnya sambil tersenyum lalu berlari kearah anak pramuka yang sedang mengawasi.
"Kita bantu ya, kak."
Dengan bantuan lima anak pramuka itu, dua tenda PMR sudah berdiri dengan kokoh. Visi dan anak PMR lainnya sangat berterima kasih. Visi mengeluarkan bendera PMI dari ranselnya dan mengikatkannya kepada sebuah tongkat kayu dan lalu ia menancapkannya tepat didepan tenda. Menandakan bahwa disinilah petugas kesehatan berada.
Anak PMR segera merapikan bagian dalam tenda. Membuatnya menjadi senyaman mungkin.
"Kak Vis. Mobil ambulan udah jaga dibawah." Teriak Radit yang ikut diacara ini.
"Oke siap! Makasih, dit." Radit mengangguk lalu cowok yang menjabat sebagai Ketua OSIS itu menghampiri para guru yang sibuk dengan bawaannya masing-masing.
"Maaf."
Visi segera menoleh kesampingnya. Terdapat seorang cowok dengan tubuh yang tinggi menatap Visi dengan tatapan tidak enak.
"Saya Rendy sebagai perwakilan dari PMR Bina Taruna. Emm.. Tenda PMR sekolahan kami sepertinya tertinggal dan kami kekurangan tenda untuk penjagaan. Kami hanya memiliki satu tenda saja." Ungkapnya. Visi mengangkat kedua alisnya. Bina Taruna? Sejak kapan mereka tiba?
"Oh? Anggota kalian mana?" Cowok itu menunjuk kearah tiga punggung cowok yang sedang cekikikan. Visi sempat mengeruutkan alisnya dan melihat cowok di sampingnya. Cowok ini sedang meminta bantuannya tapi temannya yang lain malah main-main cekikikan.
"Temen kamu nggak bantuin kamu gitu?" Kata Visi sambil mengerenyit heran.
"Emm.. Sebenernya mereka bukan anggota PMR. Mereka cuma.... anak-anak yang terpaksa jadi PMR. Anggota PMR Cuma saya dan beberapa anak cewek. Tapi mereka tidak bisa datang semua. Dan jadilah hanya saya dan mereka."
Visi melirik anggota PMR sekolahannya. Semua cewek sih, mungkin kalo anak Bina Taruna ini bisa menjadi bantuan juga. apalagi mereka kan cowok semua, gak peduli mereka anak PMR beneran atau tidak, selama mereka cowok dan kuat mungkin dapat Visi manfaatkan.
"Gimana kalo kita share tenda aja? Tenda kalian jadi tempat untuk kalian saja. Kalo tempat untuk pengobatan mungkin kalian bisa nebeng di kami." Ucap Visi sambil tersenyum. Cowok itu mengangguk dengan puas.
"Makasih .... Emm..."
"Visi. Kelas dua belas."
"Oh, makasih Kak Visi." Cowok itu tersenyum. Manis.
"Oh ya, kemana anak pramuka Bina Taruna? Nggak kelihatan?"
"Oh, sebenernya cuma ada sekitar dua puluh orang aja, Kak." Ungkap cowok itu.
"Dikit banget?"
"Emang yang mau ikut camping ini Cuma segitu kak." Visi mengangguk lalu menatap punggung ketiga cowok itu. Lalu matanya menyipit. Seperti familiar dengan salah satu cowok dengan rambut messy itu. "Coba itu suruh kesini."
"WOY!!! KALIAN BERTIGA KESINI!"
Lantas, ketiga cowok itu berbalik.
Jantung Visi rasanya berhenti berdetak.
Begitupula dengan cowok dihadapan Visi itu.
Ketika waktu mempertemukan mereka lagi, semua akan berubah. Visi dan Filan saling menatap. Tidak percaya dengan rasio kemungkinan mereka bertemu pada waktu yang tidak diduga.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow [Completed✔]
Teen FictionVisi sangat senang ketika ia mengetahui akan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Baru saja hari pertama dirinya sudah dibuat heran sekaligus penasaran dengan seorang cowok yang selalu menunduk sambil memainkan ponsel. Filan, cowok itu terli...