Seorang gadis kini melangkah ditengah salju, sudah 5 minggu ia berada ditempat itu.
Evana..
Gadis itu menatap kearah salju yang jatuh dihadapannya. Ia menggengam sebuah salju dijarinya, dan melihatnya dengan teliti.
Salju sudah berhenti turun, tetapi walau seperti itu tetap saja tak akan lama lagi akan turun kembali.
Eva tersenyum dan menaiki kuda cokelatnya. Iya memberi nama kuda itu Arclos.
Bagaimana seorang pelajar kaku seperti Eva bisa menaiki kuda?
Ia diam diam meminta pengawal mengajarinya. Dan beruntung, pengawal tersebut mau mengajari dirinya.
Ia memasukan kudanya kedalam kandang, dan berlari menuju istana lainnya. Jika ia terus berada di kastil, ia akan merasa jenuh. Sebelum ia benar benar kembali ketempat asalnya, ia mau mengelilingi tempat ini agar ia bisa mengingat terus.
Langkahnya terhenti saat ia menemui sesuatu.
Lagi lagi ia melihat Clairen sedang berpelukan dengan pria itu lagi. Dan taklama.. Mereka becumbu. Eva hanya memutar bola matanya jenuh, kenapa ia harus menghadapi hal seperti ini.
Lagi lagi, Eva tidak memerdulikan itu. Ia memilih untuk pergi kemana, dimana ia bisa merasa bebas.
Ada rasanya hati kecil Eva ingin menemui sang pangeran, setidaknya memohon untuk membiarkannya bebas daripada ia terkurung dalam kungkungan kastil itu. Tetapi perasaan Eva kini sungguh tak enak, seperti ia telah membiarkan sesuatu yang berharga..
Tapi itu apa?
"Nyonyaa Damsell, Nyonya Damsell!!" panggil seseorang pada dirinya, ia sontak menatap kearah seorang pelayan yang berlari kearahnya. dengan nafas yang terengah engah, ia menghampiri gadis itu. sedangkan Eva hanya menatap kearah pelayan itu bingung, ada apa ini?
"Kau disuruh keruang sidang pangeran, ada masalah baru terkait dirimu!"
"Apa?!" ucap Eva terkejut. Memang ada masalah apa dengan dirinya hingga ia disuruh keruang sidang?
"Baiklah baiklah" ucap Eva dan melangkah menuju ruang sidang raja.
Ini aneh, pikir Eva.
****
Evana SideAku berdiri dihadapan beberapa orang yang tengah menatapku sekarang. Aku sendiri masih tak mengerti, dimana letak kesalahanku.
Aku melakukan itu salah, ini salah. Kenapa hidupku selalu salah?
Aku menatap pangeran itu kesal, sedangkan pangeran itu menatap kearah apapun yang dia mau.
Menyebalkan, kenapa disaat seperti ini wajahnya terlihat tampan?!
"Nyonya Damsell.." panggil seseorang dengan rambut putih yang cukup tinggi dengan pakaian layaknya orang kuno yang uh! Aku tak tahu apa itu! Dengan selembar kertas yang melengkung serta sebuah bulu yang kupikir itu adalah pena, dengan kaca mata yang kecil yang tergeletak dihidungnya, aku yakin dia adalah sesuatu orang yang membawa perangkat hukum.
"Perkenalkan, saya adalah jaksa istana ini. Saya menerima laporan dari yang mulia nyonya Clairen jika anda mengambil kalung emas miliknya dan memang benar jika kalung itu ada di kastilmu, dengan ini-"
"Maaf, aku memotong? Dengar-"
"Jangan potong perkataan saya!"
"Saya tak peduli!" kataku melotot, ia menatapku tajam. Semua diruangan yang besar ini terdiam dan diselimuti suasana hening.
"Kau tidak sopan, Nyonya Damsell. Dimana tata kramamu?" protes jaksa itu, aku berdecih dan memutar bola mataku.
"Aku memiliki hak untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat!" kataku. "Kau harus paham konsep itu, Tuan" sambungku.
"Tapi harus disaat tertentu, Nyonya Damsell. Ada waktunya kau mengeluarkan pendapatmu" kata jaksa itu yang membuatku berdecih.
Mentang mentang memiliki jabatan! Dasar! Tidak pangerannya atau dia memang gila hormat.
"Kau sungguh tak sopan, Antonia" kali ini sang pangeran yang berkomentar, aku tak peduli.
Mereka semua perkumpulan orang bodoh.
"Baiklah, saya akan melanjutkan. Dengan informasi ini, saya melakukan tindakan dan menggeledah kastil anda, dan kami menemukan kalung itu. Jadi, bisakah anda beri penjelasan pada kami?" tanya Jaksa itu, aku menatap kearah Clairen dan ia tersenyum licik padaku.
Cih, wanita itu tidak bersekolah, jadi aku tak boleh kalah dengannya!!
"Dengar, kau menemukan barang itu di kastilku, tetapi apakah itu berati aku yang mengambilnya? Tidak! Bisa saja ada orang lain yang mengendap endap masuk kedalam kastilku! Aku dari tadi saja bermain salju!" beriku keterangan secara jujur, tetapi sepertinya jaksa itu tidak mempercayaiku.
Aku memutar bola mataku lagi, kenapa hukum disini masih terlalu bodoh.
"Tetapi kami memiliki bukti-"
"Apakah kalian tidak memiliki standar hukum yang pas? Kalian hanya memiliki satu bukti! Bukti pendukung apa lagi yang bisa memperkuat satu bukti itu? Huh?" kataku malas, mereka terdiam.
"Satu bukti mewakili segalanya, Nyonya Damsell" kata jaksa itu yang membuatku menghela nafas kasar.
"Lagi pula aku tadi melihatmu mengendap endap masuk kekamarku!" celetuk Clairen yang membuatku tertawa. Masih zaman orang berbohong?
"Kau dijatuhi hukuman nyonya Damsell, karena sang yang mulia sendiri yang-"
"Memang kenapa kalau yang mulia-mu mengatakan itu? Memang dia siapa yang setiap perkataannya itu benar? Dia manusia biasa yang bisa berbohong! Kalau aku seorang putri atau apapun itu, mungkin kau sudah kupecat jadi jaksaku! Benar benar pekerja yang tak becus!" kataku kesal dan menarik beberapa pengawal, pelayan istana dan beberapa pengawal kastilku.
"Kalian benar benar merepotkan! Menambah pekerjaanku saja" kataku kesal, dan orang yang kutarik sekitar 8 orang.
"Kalian semua melihatku, kalian semua juga melihat wanita itu. Katakan, kalian semua berada di tempat kejadian bukan? Katakan saja apa yang kalian lihat. Jika kau diancam karena perkataan jujurmu, katakan saja padaku." ucapku, beberapa dari mereka menunduk takut.
"Jangan menjadi orang bodoh yang takut akan kejahatan, jika itu dibiarkan maka kalian yang akan sengsara" kataku, mereka semua perlahan lahan mendongakkan wajahnya.
"Nyonya Damsell tidak melakukan itu, yang mulia jaksa" kata seorang pelayan pelan.
"Aku tadi didekat gerbang melihat nyonya Damsell tidak memasuki kastilnya. Ia selalu bermain salju" kata seorang pengawal.
"Aku melihat yang mulia nyonya Clairen memasuki kastil nyonya Damsell secara diam diam" kata seorang pengawalku.
'Brak!'
"Dia membuat kesaksian palsu!" teriak Clairen yang membuatku memutar bola mataku jengah.
"Lupakan perkataan wanita itu, jadi, katakan sejujurnya" kataku.
"Aku melihat yang mulia Clairen keluar istana membawa kalungnya menuju kastil" kata penasehat raja yang membuka kesaksian, kini semua menatap kearah Clairen.
"I-itu bohong!! Kalian-"
"Apa yang harus kau tutupi Clairen? Kau benar benar tidak berpendidikan! Jika berbohong sedikit lebih ahli seharusnya! Kau kalah dengan orang yang berpendidikan, Clairen" kataku dan tertawa kecil, sedangkan ia menatapku marah. Sang pangeran hanya diam menatapku kosong.
"Pangeran bodoh, disaat seperti ini kau tidak bisa mengambil tindakan. Urus jaksamu itu, aku tak tahu bagaimana hukum disini jika kau masih memperkejakan jaksa semacam itu" kataku kesal dan berjalan.
"Merepotkan, kalian semua hanya menambah bebanku saja" gerutuku sepanjang jalan saat aku keluar dari lorong istana, sedangkan para pengawal hanya menunduk diam.
Aku tak peduli, dasar..
![](https://img.wattpad.com/cover/104241870-288-k423049.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hidden Prince
FantasiHighest Ranking : 16 in Fantasy (25/06/17) [PRIVATE, YOU CAN FOLLOW ME FIRST] Evana Antonia Damsell adalah seorang gadis muda yang cukup manis. ia bertingkah seperti anak kecil, dan ia sangat menyukai romansa. ia berkali kali mendapat cerita kisah y...