Chapter 22 : Desteny

3.9K 307 8
                                    

Evana Side

Aku menatap kearah hampadan rumput, sekarang aku sendiri.

Yah, aku sendiri.

Hari demi hari berlalu, waktu terus berjalan.

Dan tentu, sekarang aku harus menerima kenyataaan jika pria itu tidak mau melakukan kontak apapun denganku. entah secara fisik maupun melalui media.

Ini lucu.

Ia bahkan tak mau menatapku, yah mungkin hanya sebentar setelah itu mengalihkan pandangannya kearah yang lain.

sedangkan aku? Masih dengan sikap dinginku.

Aku tak tahu harus berekspresi seperti apa tapi biarkan semua ini mengalir sesuai tempatnya.

Aku berbalik, melangkah menuju kudaku. Aku mau pergi kepasar, dan mungkin hari ini cerah, sayang untuk dilewatkan.

Aku melangkah, berharap aku tidak menemukannya.

Tetapi aku salah.

Kalian tahu pasti.

Kami saling menatap, aku diam. Wajahku datar, begitu juga dia.

Tanpa sapaan, tanpa konversasi atau candaan ringan aku berjalan melewatinya. Masih dengan sikap dingin, aku tak mau membuatnya semakin sulit.

Tatapan mataku kosong, ada rasanya aku ingin berteriak dan memukul sesuatu yang membuatku merasa puas.

"Tunggu,"

Suara itu..

Kenapa langkahku terhenti?

Aku diam, dan aku merasa sesuatu yang menyenangkan.

Suara itu..

'Hap!'

Tanganku ditarik lagi, dan kini tatapan mataku menatap kearahnya.

Mata kami saling bertemu.

"Mau sampai kapan kita seperti ini?" tanyanya geram, aku menatapnya tak suka.

"Tentu sampai aku kembali" cetusku, aku melihat ada guratan amarah yang ingin ia curahkan padaku.

Tapi...

Ia menahannya.

"Jangan melakukan sesuatu yang tidak berguna, Antonia!" bentakknya, aku terdiam menatapnya.

Tidak, tidakah ia tahu bahwa aku sangat sangat tidak suka diperlakukan seperti ini?!

"JANGAN MEMBENTAKKU!" marahku, dan memukul dirinya, air mataku hampir keluar. Tidak, Eva, jangan menangis.

'Bugh!'

Satu pukulan yang ku berikan untuknya.

'Bugh!'

Menyusul pukulan lain.

"Aku sangat membencimu!" pekikku kesal.

'Hap!'

Ia menangkap kedua tanganku, aku memberontak. Tetapi memang, dia seorang pria, aku bisa apa?

"Lepas! Lepaskan aku Bodoh lepas!!!" bentakku, dia diam. Genggamannya semakin erat, membuat tanganku sakit.

"Aku mau pergi!!! Lepaskan!!!" jeritku, dia tidak mendengarkanku.

'Hup!'

Dia memelukku. Aku terdiam dan terus memberontak. Ia telah menerima beberapa pukulanku, tetapi dia benar benar menghiraukannya.

Kenapa?!

"Jangan mempersulit keadaan, aku tak mau kita terluka" kataku pada akhirnya, air mataku keluar tetapi cukup itu saja.

Me And Hidden PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang