Chapter 18 : Us

3.7K 293 2
                                    

Malam yang gelap, terdapat seorang gadis terduduk di ranjangnya seorang diri. Dengan gaun tidur putih yang panjang, ia menghela nafas.

Ia terdiam, kenapa semua datang disaat yang tak tepat?

Ia merasakan hal yang rasanya tak mau ia rasakan.

Ia melangkah turun dari ranjangnya dan hendak keluar dari kastilnya. Ia memejamkan matanya, menghirup aroma bunga yang ia petik.

Aromanya menyegarkan.

Ia membuka pintu kastilnya pelan, dan melangkah pelan.

Hatinya tak tenang, ia harap ia tak apa.

Ia terduduk di sisi kolam renang dan melihat pantulan dirinya di air kolam. Ada cahaya bulan yang menerangi dirinya.

Pikirannya kosong dan perasaanya sungguh tak enak.

Ia terkejut, saat ia melihat satu bayanyan di belakang dirinya. Ia berdiri tepat dibelakang gadis itu, menutupi cahaya bulan.

"Kenapa kau disana? Awas! Gelap!" kata gadis itu ketus, pria dibelakangnya hanya tertawa kecil dan berjongkok di saamping gadis itu. Kini, bayangan mereka saling bersampingan.

"Kenapa kau tidak tidur, Antonia?" tanya pria itu lembut, sedangkan gadis yang ditanya itu hanya menghela nafas kasar.

"Aku tak bisa tidur. Pikiranku sangat terganggu" kata Eva menatap kearah langit sedangkan pria itu hanya tersenyum menatap kolam. Menatap pantulan diri mereka.

"Apa yang membuat pikiranmu terganggu? Jika ku boleh tahu" katanya, Eva menghela nafas dan menatap kearah kolam.

"Entah" katanya malas. Mereka dikuasai keheningan sekarang. Eva masih dengan rasa malasnya sedangkan pria itu masih dengan rasa tak pedulinya.

"Sana tidur! Ini sudah malam! Kau tidak mengantuk apa?" tanya Eva kepada pria yang tak lain adalah pangeran Arthon, sedangkan sang pangeran hanya tersenyum. Eva melihat kearah bayangan kolam, ia tertarik dengan gaya sang pangeran. Cool menurutnya.

"Aku melihatmu. Entah kenapa rasanya aku ingin menghampirimu" kata pangeran itu apa adanya, sedangkan Eva hanya terdiam.

Mereka saling menatap satu sama lain melalui pantulan cahaya kolam, mereka menatap wajah mereja satu sama lain.

"Kadang aku merasa, aku tak nyaman padamu. Tapi terkadang, ada situasi yang membuatku tenang bersamamu" kata pangeran itu, Eva hanya terdiam.

Tenang?

"Aku tak tahu" kata gadis itu malas. Ia harap ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Tapi, perkataanmu dahulu membangkitkan perasaanku kembali" kata pangeran itu jujur, sontak Eva menatap langsung kearah pangeran itu.

Manik mata mereka saling bertemu, pangeran itu tersenyum kearah Evana.

Manis.

Satu kata yang mewakili sosok didepannya itu saat ini.

Ini aneh.

"Jika begitu, carilah wanita lain. Wanita yang bisa menjaga perasaanmu. Wanita yang bisa.. Yang bisa mengerti dirimu dan setia padamu" kata Evana yang membuat Pangeran itu meringis.

"Buat apa aku mencari jika aku menemukannya?" kata pangeran itu, sedangkan Evana hanya mengangguk kecil.

Ia sudah mendapatkan wanita lain rupanya. Batin Evana mengerti.

"Dengar, jangan kau cari wanita yang hanya dari fisik saja. Lihat hatinya. Jangan lihat dari kekayaanya. Dan jika kau telah menemukannya, jaga dia baik baik. Sayangi dia, agar dia tidak selingkuh darimu" kata Evana yang membuat pangeran itu menatapnya diam. Ada yang ingin pangeran itu sampaikan, tetapi..

Kenapa gadis itu tidak mengerti kode? Keluh batin pangeran kesal.

"Maksudku, aku sudah menemukannya, sekarang.." kata pangeran itu, yang membuat Evana mengangguk paham.

"Aku sudah mengerti. Sudahlah! Aku harus istirahat! Tidak baik seseorang melihat kita seperti ini! Nanti wanitamu akan marah padaku dan berpikir kau dan aku melakukan sesuatu." kata gadis itu berdiri yang membuat pangeran itu hendak meraihnya.

"Aku harus tidur, aku besok memiliki kegiatan dipagi hari. Sampai jumpa" kata Evana dan pergi meninggalkan Pangeran itu sendiri. Pangeran itu terdiam, dengan cara apa ia harus mengungkapkannya?

Apakah ini terlalu cepat?

Jika iya, biarkan ia melakukan pendekatannya secara perlahan lahan.

Pangeran itu tersenyum melihat gadis itu melangkah menjauhinya. Sepertinya..

Sepertinya....

Sepertinya ..

Sepertinya ia menyukai gadis itu.

Bagaimana tidak? Ia selalu bersikap cuek pada dirinya walau dia tau bahwa dirinya adalah seorang orang yang berharga dengan arogansi tinggi.

Pria itu menghela nafas, dan melangkah memasuki istananya yang megah.

Mungkin, ada satu hal yang harus ia lakukan besok.

Ia menatap kearah jendela kastil sebentar, lalu kembali melangkah menuju istana.

Disisi lain, Evana melihat pangeran itu melangkah memasuki istana.

Ia terdiam, setidaknya pangeran itu sudah menyelesaikan masalahnya. Jika seperti itu dia bisa pergi dengan tenang.

Tetapi, senyum pangeran itu kembali terlintas dipikirannya.

Manis.

Merasa lelah, Evana memilih untuk bangkit dari duduknya dan tidur diatas ranjangnya.

Ia harap, semuanya akan tetap seperti ini.

***

Aku melihat seorang pria tengah terduduk diatas batu dan tengah memainkan kecapinya.

Aku terpanah melihat pria itu, ia memainkan kecapi itu dengan indah. Tetapi dia siapa? Kenapa dia duduk membelakangiku?

"Hey!" panggilku, ia menengok dan kini pria itu menatapku.

"Eh?! Kenapa kau bisa disini?" tanyaku kaget, dia tersenyum dan memberi isyarat agar aku duduk disampingnya, aku menurutinya.

Aku duduk disampingnya, dan ia menatap kearahku. Manik mata kami bertemu dan aku tersenyum.

Ah, kenapa semua tampak indah?

Ia memainkan kecapinya, dan aku kembali menikmatinya.

Suara ini yang mungkin aku cari selama ini.

Dab itu baru kutemukan sekarang.

Me And Hidden PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang