Evana Side
Sudah tiga hari ia seperti ini. Pesta pernikahan sudah dibatalkan, dan kini aku melihat ia sedang terduduk diam.
Dia sedih.
Entah kenapa aku merasa sangat bersalah. Sepertinya aku memang salah.
Dia duduk ditaman sendiri, tidak peduli dengan angin yang mulai berhembus kencang.
sebentar lagi musim panas, tidakkah ia menikmati hari cerah itu?
Aku lama lama geram melihat ia seperti itu, ada rasanya aku ingin menampar pipinya agar dia marah.
Ah, kenapa aku tidak melakukan itu saja?
Dengan langkah kacau, aku menghampiri dirinya. Gaunku benar benar sangat menggangguku!
Aku melihat dia melihat kearahku, dan dia terdiam. Aku berdiri menyerong, tidak tepat lurus.
Aku menarik nafas dalam, kuharap ini berhasil.
'Plakk'
Ia memegang pipinya dan menatap kearahku terkejut. Aku terdiam menatapnya kesal,
Aku baru saja menamparnya. Tanpa sebab.
"Kau gila?!" katanya kesal, aku berdecak.
"Aku kesal padamu!! Kau tau tidak aku geram padamu! Kau terlihat sedih itu membuatku sangat merasa bersalah" kataku, dia berdecih.
"Aku pangeran! Dimana sopan santunmu!! Lagipula ini urusanku, jadi untuk apa kau ikut campur?!" geramnya, aku menghela nafas.
"Aku lebih suka melihatmu marah daripada sedih. Lebih baik kau marah padaku daripada sedih pada hal yang tidak berguna" kataku dan melangkah pergi, meninggalkan pangeran itu.
entahlah, ada rasa puas aku menampar pangeran itu. Menurut psikologi yang kupelajari, rasa sedih itu tidak baik dipendam lama lama.
Aku melangkah dan berniat mencari sesuatu yang bisa menenangkannya.
Tak mungkin aku menaruh bunga rafflesia didekat hidungnya, bisa bisa ia pingsan secara mendadak.
Aku memilih ketaman umum dekat istana, dan mencari bunga yang menengangkan.
Melati, itu bagus untuk keadaan psikologinya. Hm, lavender juga bisa, wanginya sangat tenang.
Tapi masalahnya, aku memang boleh diijinkan masuk keistana?
Ah, aku suruh pelayan saja.
Aku memetik beberapa bunga, setelah itu aku memberikannya apda salah satu pelayan. Untungnya ia mau dan menuruti semua perkataanku, aku tersenyum.
Sekarang aku merasakan jika hawa panas mulai menghampiriku, aku mengelap dahiku yang dipenuhi peluh.
Aku mau pergi ditempat yang sejuk, tentu di dekat hutan.
Saat aku berada didepan istana, aku melihat pangeran itu berjalan. Aku sempat menatapnya, tetapi ia membuang pandangannya dariku.
Apa aku salah? Ah, kenapa aku sangat ceroboh?
Siapa suruh dia mengikutiku!
Aku melangkah keluar menuju hutan, gaunku terasa sangat sangat berat.
Aku tak mau memakai kuda, karena sangat merepotkan rasanya.
Aku juga mau mencari beberapa tumbuhan obat, atau mungkin racun untuk meracuni pangeran itu.
Tapi itu jika aku sanggup.
Beberapa menit aku sampai dihutan, aku menghela nafas. Memang, itu terlihat menyeramkan. Tapi aku suka tantangan, jadi kenapa tidak?
Aku melangkah memasuki hutan,
Tapi benar, sepertinya ini berbahaya. Aku suka tantangan tapi..
'Srekk srekk'
Aku mendengar suara semak semak,
Aku menyisir segala pandanganku terhadap hutan ini, matilah aku!
"Kenapa kau berada disini nyonya?" kata seseorang yang membuatku menoreh.
Tidak, siapa lagi itu?
Pria itu berempat membawa pedang, seperti prajurit tetapi bukan prajurit istana yang biasa kulihat.
Mereka memakai masker.
Astaga, aku sendiri.
Aku memilih diam tanpa melakukan apapun, saat aku melihat ada celah untuk melarikan diri, aku berlari.
Aku berlari tanpa arah, berharap seseorang menolongku. Aku tak mau ajal menjemputku sekarang, aku belum mendapatkan jodoh!
Aku menatap sekelilingku, gaunku benar benar mengangguku! Aku tak akan memakai gaun seperti ini lagi!
'Krak!'
"Arghh"
Sial, kenapa aku terjatuh?! Ini tidak lucu!
Sekarang aku mati, beberapa pengawal itu kini mengepungku dari berbagai sisi, mengarahkan mata perangnya kearahku. Tidak, disini hanya ada aku, tak mungkin ada yang menolongku!
Aku takut, tubuhku gemetar dan berkeringat, aku mau sekali memejamkan mataku tetapi sulit!
Mereka melangkah mendekat dan semakin dekat, aku memejamkan mataku. aku tak mungkin melihat kematianku sendiri.
Selamat tinggal Senna, selamat tinggal jodohku.
'Tring!'
Aku membuka mataku, aku melihat pangeran itu..
Pangeran itu datang..
Pangeran itu melawan keempat prajurit entah dari mana itu, dan menghabisinya seorang diri dengan pedangnya.
Aku terdiam, dia sangat peduli denganku. aku? Aku kagum.
Aku melihat bagaimana ia melawan keempat itu seorang diri, tak lama mereka terkapar tak sadarkan diri ditanah. Aku masih melihat pangeran itu membelakangiku, aku terdiam.
Perlahan lahan, dia membalikan tubuhnya dan menatap kearahku. Ia berjongkok dihadapanku, dan menatap kearah wajahku dan apapun itu tentangku secara intens.
"Tidak ada luka" kata pria itu, astaga padahal aku melihat ada luka goresan dipipinya!
Tanganku terulur untuk memegang luka itu pelan, dan sontak ia menatap kearahku. aku terdiam dan menatap kearahnya, dan mata kami saling bertemu.
Untuk pertama kalinya ia menatapku khawatir.
Dan bodohnya, dadaku bergemuruh kencang.
Aku malu, dan kini udara disekelilingku berubah.
"Jangan membuatku khawatir lagi" kata pria itu, aku mengangguk kaku. Hey hey! Ini bukan drama Eva!
'Hap!'
Ia menggendongku, menggendongku layaknua tuan putri dan pangeran.
Tidak!
"Aku bisa sendiri!" kataku, dia tidak mendengarkanku. Aku menatap kearah wajahnya.
Ia menatap lurus, rambut cokelatnya kini menghinoptisku. Ia tidak menatapku, tapi aku menyukainya. Ia manis.
"Sudah selesai mengagumiku?" katanya, aku sontak membuang pandanganku.
Jangan jatuh cinta padanya Eva, dia berbeda dimensi denganmu.
Pria itu berbeda denganmu.
Kuharap, aku bisa menepis perasaanku jauh jauh agar aku bisa pulang tanpa beban.
Aku takut sekarang, sangat takut.
"Jangan takut, aku disisimu. Jangan ulangi itu lagi, jika tidak.." katanya menggantung, aku masih terdiam mendengarkannya.
"aku akan melakukan sesuatu diluar akal sehatku"
Haiiiii 👋 3 chapter ya? 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hidden Prince
FantasyHighest Ranking : 16 in Fantasy (25/06/17) [PRIVATE, YOU CAN FOLLOW ME FIRST] Evana Antonia Damsell adalah seorang gadis muda yang cukup manis. ia bertingkah seperti anak kecil, dan ia sangat menyukai romansa. ia berkali kali mendapat cerita kisah y...