Evana Side
Aku menatap kearah langit malam, hari ini cukup gelap. Bulan tidak nampak, bintang seakan bersembunyi dibalik awan.
Hari ini hari yang aneh.
Aku merasakan hawa dingin mulai menusuk tubuhku, aku mengerutkan keningku. Hari ini adalah musim semi, harusnya adalah hawa hangat. Bukan angin yang menghembus tubuhku begitu cepat.
Aku menutup jendelaku, dan mematikan lilin dikamarku. Aku turun kebawah, ke ruang utama kastil. Aku rasa ada hal yang tak beres!
Aku melangkah keluar kastil, angin sepertinya semakin kencang. Aku melihat seorang pengawal melangkah membawa lampion. Ia lumayan jauh dengan posisiku saat ini.
"Pengawal!!" pekikku, ia menatap kearahku. Ia mendengarku.
"Ada apa ini?! Kenapa angin sepertinya sangat kencang?! Ini musim semi kan?!" kataku, dia mengacungkan jarinya tinggi.
"Hari ini ada badai angin!!" kata pengawal itu yang membuatku mengangguk. Aku masuk kearah kastilku lagi, dan menutup jendela jendela kastilku. Apakah aku harus memasakkan cokelat hangat? Ini sangat dingin!
'Tok tok!'
Aku terkejut, siapa yang berada didepan?! Tak aman dia berada didepan! Dengan cepat aku setengah berlari kearah pintu guna membukakan pintu untukku.
Itu pasti salah satu pengawal!
'Krek'
'Wushh wushh'
'Tek tek'
'Jlek'
Aku terdiam melihat gerakan pria yang memasuki kastilku seenaknya.
Pangeran bodoh itu..
"Kau kan sedang bertengkar denganku!" pekikku kesal, ia menatapku tajam dan marah.
Dia marah.
"Aku baru saja pulang dari kunjunganku! Aku tidak sempat keistana karena badai terlalu kencang!" omel pria itu, aku hanya menghela nafas lelah.
Aku melihat, bibir pria itu membiru dan wajahnya memucat. Ah, dia pasti kedinginan! Ia duduk di kursi ruang utama kastilku, aku menghela nafas.
Aku melangkah kearah dapur, dan membuatkan dua cokelat hangat. Untukku dan dirinya. Walau aku membenci dirinya, tetap saja melihatnya lemah seperti ini membuatku sedikit kasihan.
Sedikit.
sesudah aku membuatkan cokelat hangat, aku melangkah menghampirinya dan membawa secangkir cokelat hangat untuknya.
Dia benar benar kedinginan.
Kupikir ia adalah orang yang kuat dingin, mengingat musim salju ia jarang memakai mantel atau sebagainya.
Dia menatap kearahku, aku menyodorkan cokelat hangat itu. Dia tersenyum dan berterima kasih.
"Kau ternyata diam diam memperdulikanku" katanya, aku berdecih.
"Aku seperti itu karena kasihan" kataku dan duduk disampingnya, menikmati kehangatan dari cokelat ini.
Hening.
Aku malas membuka konversasi dengannya, karena mungkin saja akan berujung keributan.
Begitu juga dia.
"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Banyak" katanya, aku masih diam. Aku tak tahu harus berkata apa.
"Tapi yah, kau sepertinya cuek dan tak peduli" katanya, aku masih ingin diam. aku malas meladeni dirinya.
"Apakah kau rindu dengan keluargamu?" katanya, aku terdiam.
Itu sudah pasti tapi..
"Jika ya memang aku bisa apa. Aku tak tahu lagi harus seperti apa. Pulang saja sudah susah rasanya" keluhku putus asa, pintu rahasia itu saja tidak kutemukan. Bagaimana aku bisa pulang?
"Jika kau memilih, kau akan memilih pulang atau menetap?"
"Pulang" jawabku cepat. Tentu, tanpa berpikir lagi aku akan pulang.
Aku sempat melihat berlian yang diberikan penyihir itu, berlian yang kukalungkan itu. Sedikit ujung berlian itu mulai memutih.
Aku menatap kearahnya, aku melihat ia menatap kearahku dengan tatapan sulit diartikan. Aku menatapnya datar, ia masih bergulat dengan pikirannya. Sepertinya.
"Aku tak tahu, disini kau enak. Kau tidak perlu memikirkan uang yang harus susah dicari. Disini kau sudaj ada kereta. Aku tidak tahu jamanmu seperti apa, tetapi sepertinya itu tidak sebaik ini" katanya, aku menggeleng. Pria itu mengerutkan keningnya dan menatapku bingung.
"Duniaku lebih indah. Duniaku mementingkan kebebasan setiap orang. Duniaku sudah sangat canggih! Duniaku ada handphone, sebuah alat yang mempunyai multi fungsi. Diduniaku ada mesin mobil, tanpa kereta aku bisa berjalan dengan cepat. Diduniaku, wanita dan pria memiliki derajat yang sama. Kami berpikir realistis dan kami menghargai pendapat. Kami juga memiliki hak untuk bahagia. Maka dari itu, aku senang dengan duniaku. Ada banyak gedung pencakar langit, memiliki 10 lantai, 20 lantai atau lebih. Semua indah. Aku bisa bebas" kataku, dia mengerutkan keningnya.
Dia tidak mengerti.
"Intinya, pemikiran kita berbeda Arthon. Kau tahu, aku seperti apa. Kau otoriter, kau juga sangat gila hormat. Sedangkan aku tak bisa seperti itu" kataku, dia memutar bola matanya.
"Lalu, kenapa kau bisa kesini? Kenapa kau mau bertahan jika duniamu lebih indah?!" katanya jengkel, aku menghela nafas frustasi.
"Jika bisa aku mau. Tapi pintu yang membawaku kesini saja tidak ada, aku mau pulang seperti apa?" gerutuku kesal, dia terdiam.
"Apa yang akan kau lakukan saat kau pulang?" tanyanya, aku berpikir sebentar. Saat aku pulang?
"Mungkin aku akan menjalani kehidupanku lagi. Seperti biasa" kataku, dia mengangguk.
"Dan melihat Erick"
"Erick? Pria yang di bingkaimu bukan?" katanya yang membuatku tersentak. Bagaimana dia bisa tau?!
"Jangan marah dulu, santai saja! Saat aku mencarimu karena hilang tak sengaja aku melihat dirinya. Tetapi ternyata masih tampanan aku" kayanya angkuh, aku berdecih.
"Jangan terlalu percaya diri, dimataku dia tampan" kataku, dia tertawa.
"Tetapi empat hari lagi kau akan menikah, kenapa aku tidak melihat adanya persiapan?" kataku, dia menghentikan tawanya dan membenarkan posisi duduknya.
Entah kenapa aku merasa tak enak saat mengatakan itu. entah kenapa.
"Aku sudah memilih gaun pernikahan untuk kami. dan yah, masalah pesta sudah kuatur" katanya bangga, aku tersenyum.
"Kuharap kau bisa bahagia. Harapanku saat kau bersamanya" kataku sedikit menyindir, dia mengerutkan keningnya. Saat hendak membuka mulut, aku memilih memotongnya.
Aku tak mau dia bertanya lebih lagi.
"Angin sudah reda, kembalilah!"
"Tapi-"
"Aku mau tidur, jika kau berbicara lanjutkan besok"
"Hey aku-"
"Hey aku mengantuk!"
"Kau tau tentang sesuatu?" tanyanya menyelidik, menatapku aneh.
"Tidak" kataku acuh, dia tersenyum setan. Tidak, aku merasakan hal aneh!
"Aaaaahhh!" pekikku kesal. Dia mengelitikku!
"Hentikan!" pekikku, dia menghentikan dan tertawa.
"Baiklah besok. Tidur sana" katanya dan melangkah meninggalkanku.
Aku menghela nafas, entah kenapa ada rasanya kasihan melihat dia.
Melihat dia bersama Clairen.
Kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hidden Prince
FantasyHighest Ranking : 16 in Fantasy (25/06/17) [PRIVATE, YOU CAN FOLLOW ME FIRST] Evana Antonia Damsell adalah seorang gadis muda yang cukup manis. ia bertingkah seperti anak kecil, dan ia sangat menyukai romansa. ia berkali kali mendapat cerita kisah y...