04 || Konsekuensi

206 34 1
                                    

Bekas fisik nya memang tidak nyata, tapi jauh di dalam psikisnya, sebenarnya kita gak tahu kayak apa. Hancurnya

-WAITING -


Ternyata di dekat sana terdapat danau, Bella memegang tangan Daffa dan mengajaknya untuk mengobrol bersama. Karena suasananya selain sepi, juga menenangkan. Cocok untuk hati mereka berdua sekarang ini.

Sorry

"Maafin aku kak karena ini, kak Daffa jadi ikut masuk ke masalah aku." Bella menunduk dan memainkan kakinya begitu saja.

"Coba ceritain, tadi itu siapa dan kenapa?" Daffa memutar tubuhnya 90 derajat, dan menatap wajah Bella.

"Kakak mau aku cerita?" Daffa mengangguk. Ia memperhatikan wajahnya, dan tiba-tiba gadis itu mengeluarkan air mata.

"Lu nangis bell, coba deh jelasiin ke gua. Jangan nangis" Ucapnya lembut, sungguh Daffa sangat tidak bisa melihat perempuan nangis.

"Jadi gini, dia itu mantan aku kak, aku sempet sayang, cinta banget sama dia. Tapi dia malah bohongin aku, ternyata cinta nya itu palsu, sayang nya dia ke aku itu bohong. Dia lebih milih cewek yang tajir itu, pokoknya aku sebel banget. Aku kalau udah sayang sama satu orang lupainnya susah kak. Tapi, karena dia udah keterlaluan, aku jadi takut sendiri" Ia menahan isakan tangis nya.

"Lu polos banget sih. Cowok kayak dia itu gak ussah lu tangisin, gak usah lu harapin. Keputusan lu untuk menyudahi hubungan itu benar, lu gak bisa terus-menerus sakit" Ucap Daffa

Daffa mengusap air mata yang jatuh ke pipi Bella

"Terus juga, yang bikin aku sakit hati banget. Waktu aku lagi kecapean habis selesai olahraga. Terus pas disaat itu juga aku jatuh dari tangga, dan gak sadarkan diri. Dia bawa aku ke Uks lalu, dia cium aku, aku gak sadar sama sekali, karena aku lagi pingsan. Aku tahu dari sosial media, dia nyuruh temennya buat videoin itu. Aku malu banget kak sampai sekarang, terus Ikbal dikeluarin dari sekolah karena hal itu. Aku bener-bener trauma kak, aku takut" Bella menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Daffa terus memperhatikan Bella yang terus menerus mengeluarkan air matanya.

"Dia cium lu? Tapi lu pikir gak sih, kenapa harus sampe divideoin? Kayaknya, ada yang nyuruh Ikbal deh, bell. Tapi mau gimanapun alasannya, dia tetep salah."

Bella terus saja mengelap air matanya. Dan menenggelamkan wajahnya.

"Dia cium lu di mananya?"

"Kalau diliat dari video di bibir sama di wajah kanan aku kak. Udah kak, aku gak mau bahas ini lagi" Ia melemparkan wajahnya

Daffa mendekat ke arah Bella, dan tanpa aba-aba ia langsung mengelap bibir Bella dengan tangannya, mengusapnya lembut. Juga dengan wajah kanannya.

"Walaupun, bekasnya gak hilang di hati lu. Tapi bekas fisiknya sudah hilang. Gua harap, lu bisa lupain dia dan terus bahagia untuk masa depan" Bella menganggukan kepalanya, dan tersenyum manis padanya.

"Makasih kak" Ucap Bella

"Oh iya, satu lagi. Gua mau minta lu buat panggil gua, lu gua aja. Gak boleh nolak ya Bella, lu harus nurut." Ucap Daffa yang memegang kepala Bella.

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang