23 || Kalian memang sepaket

34 7 0
                                    

Kalian memang sudah sepaket, yang sudah dikemas baik oleh sang pencipta

"Mari." Bapak tua itu menuntun Bella beserta polisi untuk mengikutinya

"Nah, ini rumah saya. Orangnya ada di dalam." Sambil di tunjuk pintu rumah itu

"Boleh kita kesana?" Tanya Bella penasaran

"Tentu boleh, silahkan." Bapak itu berjalan duluan dan Bella beserta polisi mengekor dari belakang

Setelah tiba di ruang tamu, Bella melihat ada lelaki yang tergelatak begitu saja tak berdaya. Seraya muka dan badannya penuh lebam dimana-mana.

"Kalau gak salah, waktu kejadian si masnya berusaha ngejauh dari mobil lalu, tidak disangka ternyata ia malah jatuh ke jurang dan disana terdapat banyak bebatuan serta pepohonan yang sangat lebat." Tangis Bella pecah lagi, tragis sekali nasibnya.

"Aah, Daffa" Tangis Isak semakin menjadi-jadi dari nya seraya memegang pipi Daffa yang penuh lebam itu, juga bibir yang terus mengalir darah segar keluar terus-menerus tiada henti. Padahal katanya sudah diobati oleh bapak itu. Bella tidak kuat untuk melihat ini semua.

"Saya mau bawa ke rumah sakit, niatnya hari ini. Tapi, kebetulan tadi saya sengaja ke jurang siapa tahu sudah terungkap atau di temukan keluarganya. Dan ternyata benar."

"Iyaa... Kita bawa ke rumah sakit sekarang" ucapnya dengan nada lemah.

Ketika dirumah sakit, ia langsung memberi tahu mamah Daffa dan tak lama kemudian mamah Daffa datang.

"Dimana Daffa sekarang?" tanyanya pada Bella

"Ini mah disini." Dilihat ruangan itu dengan kaca besar yang terhubung dengan Daffa, kaca itu ada di samping kanan pintu masuk ruangan Daffa.

Dengan peralataan medis yang cukup banyak sudah menempel di tubuh Daffa. Sebisa mungkin Bella berdoa. Berharap, ini semua tidak terjadi. Namun, lagi-lagi ia harus siap menghadapi realita yang memang tidak sesuai kenyataan.

"Ini semua pasti salah kamu kan, malam-malam saya mendengar kabar kalau Daffa jatuh ke jurang padahal sebelumnya ia ada acara dengan kamu. Kamu apa kan anak saya" tangis Bella makin deras, ia tahu tentang kesalahannya ia juga tahu bahwa mamahnya sangat mengkhawatirkan anaknya itu jadi, ia bisa bersikap apa saja kepadanya.

"Ma.. maaf tante, aku gak bermaksud begitu. Aku juga baru tahu tadi. Maaf Tante." Sambil sesenggukan. Lalu, mamah Daffa pergi meninggalkan Bella seorang diri.

Ia melihat dari kaca jendela transparan. Begitu lemahnya Daffa saat ini.

"Daffa, kamu kenapa bisa kayak gitu? Aku sayang sama kamu, kamu pasti gak mau kan buat aku nangis lagi, buat air mata ini keluar lagi. Kamu ingin air mata aku yang keluar adalah air mata bahagia kan? Jadi, sekarang cepat lah sadar kumohon, satu, dua, tiga. Sadar daff, sadar" Bicaranya yang berusaha menguatkan diri sendiri

Setelah beberapa jam ia disana, ia sepertinya harus pergi ke suatu tempat.

"Hi.. rumah pohon, hi Daffa apa kamu disana?, baiklah tunggu ya aku akan datang untukmu." Ia langsung menjejaki tangga yang sudah terlalu kuat untuk dinaiki dengan mencegah air matanya untuk turun. Karena ia harus bahagia di tempat ini, seperti yang semalam diucapkan Daffa padanya.

Ia tidak boleh membiarkan air matanya jatuh kembali, ia harus mampu bertahan.

"Ini foto nya kita sweet banget, kamu bahagia, aku jauh lebih bahagia." Ia menunjuk kearah foto tepat merk sedang makan ice cream berdua bersama.

"Aku mau nanya deh daff, kenapa ya semesta cepat banget ambil kebahagian kita? Padahal, semalam kita masih sama-sama bisa ketawa, bisa bahagia dalam satu waktu. Terus kenapa tuhan harus secepat itu. Padahal, kita juga perlu bahagia. Gak adil rasanya buat kita. Semesta tolong berikan keadilan mu, maaf aku yang begitu bodoh." Ucapnya sambil terus melihat foto itu

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang