22 || Ini Bukanlah Akhir

42 8 0
                                    

Aku gak pernah main-main untuk mempertanggung jawabkan ucapan serta tindakan

Malam itu tepat pukul 19.00 gadis itu melangkahkan kaki nya, dengan perasaan bahagia. Gadis itu tampak cantik dengan balutan gaun berwarna putih dan rambut diikat satu di kepala nya dengan tas selempang berwarna hitam. Serta kalung berwarna silver yang ia kenakan.

Di taman, tempat nya saat ini. Dengan lampu warna-warni menghiasi. Juga lampion yang menghiasi tiap sisi.

Lelaki itu telah tiba duluan dengan senyum yang tampak bahagia seperti bunga yang merekah indah pada waktunya. Sama halnya nya dengan senyuman milik Daffa. Ia terus melihat gadis yang lama-lama semakin dekat di penglihatannya. Gadis yang ia cinta dengan penuh rasa. Gadis yang sudah lama ia jatuhkan hatinya begitu saja.

Dua-duanya sama-sama serasi dengan balutan berwarna putih. Mereka bertemu lalu saling menatap, mereka diam untuk sesaat. Senyuman itu masih sama-sama mengembang di pipi mereka.
Sekarang, mulut mereka terkunci hati mereka yang sama-sama bicara. Untuk waktu yang begitu lama, dan juga perasaan yang semakin lama semakin tak pernah kehilangan pemiliknya.

"Hi.. kamu cantik sekali" ucap lelaki itu yang tak kunjung berhenti tersenyum padanya.

"Makasih, bajunya pas banget." Ungkap gadis itu sambil memperhatikan penampilannya dari bawah.

"Sudah kupesankan untukmu secara detail, tidak boleh kurang tapi boleh lebih" jawabnya

"Semua ini indah" ungkap Bella

"Bell, kita kesana yuk" ajak Daffa

Bella menuruti perintah Daffa lalu, ia mencoba untuk berjalan berdampingan dengannya.

Gadis itu tidak bicara sepatah kata, ia hanya tersenyum sambil memikirkan kemana ia dibawa. Nampaknya ini sudah ia rencanakan dengan matang.

Coba bayangkan tepat mereka berjalan sudah dihiasi dengan lampu juga bunga-bunga. Namun, tidak disangka ternyata ia dibawa ke suatu tempat.

"Rumah pohon?" Gadis itu bicara dengan nada bertanya dengan penuh gembira

"Iya, kita keatas ya" gadis itu mengangguk paham. Lalu, lelaki itu menyuruhnya untuk berjalan duluan.

"Daff, ini bagus sekali. Kamu pandai" Bella kini melihat foto ia dan Daffa terpajang rapi di rumah pohon itu. Dengan di pojok sebelah kanan terdapat berbagai bunga yang aromanya wangi sekali terkhusus mawar putih, paling menonjol diantara bunga yang lain. Dan ketika ia melihat kebawah tampak terlihat pemandangan kota yang sangat indah di pelupuk mata.

"Kamu suka? Sudah kusiapkan semuanya untukmu disini. Bahkan bapak yang umurnya tidak terlalu tua sih, kamu tau untuk apa? untuk menjaga rumah ini dan menggantikan bunganya agar tidak layu. Karena kalau layu, pasti pemiliknya akan sedih sekali."

"Kita akan mengganti bunga ini berdua ya?" ucap Bella namun tidak ada balasan dari Daffa

"Kamu pintar sekali sih daff"

"Kamu kan yang mengajarinya. Sekarang, kita hitung sampai tiga bareng-bareng ya?" Bella mengangguk pelan padahal tidak tahu akan ada apa setelah ini

"Saatu"

"Dua"

"Tiga"

Ucap mereka serempak, dan alhasil lampu warna-warni serta kembang api riuh menggelegar terdengar jelas ditelinganya. Daffa menjadikan Bella satu-satunya wanita paling indah, berharga di dunia

"Kamu.." Gadis itu bicara lembut sekali dengan sedikit air mata bahagia yang keluar

"Kenapa Bella?"

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang