26 || Mari kita mulai

30 6 0
                                    

mereka diciptakan untuk saling ada di bumi dan melengkapi

"Kenapa tidak kamu ungkapkan semalam di dalam mimpi, pasti aku tidak akan meninggalkanmu sendiri." Ucapnya dengan pasrah

"Langkah awal, kamu harus menyiapkan diri, stamina, juga energi. Karena ku katakan sekali lagi. Ini perjalanan panjang dan kamu gak boleh sedih. Gak boleh ada tangisan apalagi ke kecewaan. Aku gak mau itu sampai terjadi"

"Oke, seperti apa yang Daffa ucapkan. Walaupun samar-samar masih bisa jelas kuingat. Bahwa, hal pertama yang harus dilakukan adalah aku harus menyiapkan energi tidak boleh sedih, nangis apalagi kecewa. Aku ikhlas bila ini sudah hukum semesta." Sambil bicara, ia sambil berjalan. Dengan isakan tangis yang masih membekas. Entah kemana, dirinya dibawa. Dia pun sebenernya juga tidak tahu akan kemana jalannya.

Di jalan ia sambil berfikir, sepertinya langkahnya menuntun ia untuk membawanya kerumah pohon. Tepat sekali

"Ternyata aku dibawa kesini, haii.. hari ini aku sedih sekali. Coba, bayangkan ketika kita sudah benar-benar mengikhlaskan rencana Tuhan. Tapi, justru Tuhan dengan cepat untuk mengambil semua itu, keyakinan, kepercayaan, bahkan orang yang kita sayang juga. Semuanya hilang begitu saja dalam waktu yang sangat sebentar rasanya. Rasanya juga semua ini sulit untuk aku lalui, apalagi harus dihadapi sendiri. Aku membutuhkanmu daff. Saat ini, detik ini." Rasanya sulit bagi Bella untuk tidak kecewa, untuk bersikap biasa aja ketika ditinggal pergi orang yang kita cinta tanpa aba-aba. Tanpa ada persetujuan, langsung dadakan.

"Aku pasrah, namun aku tidak mau kalah. Selagi, masih ada kesempatan belum saatnya bagiku menyerah. Tetap berdoa, yakin sepenuh jiwa"

"Neng Bella, pasti kesini ingin mencari sesuatu ya." Tanya pak Tatan yang datang membubarkan lamunannya. Sejujurnya ia tidak tahu sedang mencari apa untuk datang kesini, mungkin melati putih. Aah, tapi bukan. Melati itu sudah jatuh ketika ia mendengar kabar yang sama sekali tak diharapkan. Ia tidak suka. Mungkin badannya sendirilah yang menuntunnya untuk pergi ke tempat ini. Pak Tatan langsung menghampiri Bella yang sedang merenung tengah duduk di pasir. Dan berjongkok untuk menjajarkan posisi mereka.

"Gak tau pak" Gelengan kepala, disertai senyuman palsunya

"Sudah bapak bilang, kamu tidak pandai bersandiwara. Bapak tahu alasan kamu kesini untuk apa?" Balas pak Tatan

"Untuk apa pak?" Tanyanya yang begitu serius dan menatap bola mata pak Tatan dengan amat seksama

"Bapak ingin memberikanmu sesuatu, ini perintah nak Daffa." Bella tidak menjawab. Ia langsung pergi, tampak mengambil sesuatu dari rumahnya yang dekat sekali jaraknya dengan rumah pohon ini.

"Ini dari nak Daffa untukmu." Diberikan lah kopper, paspor, dan tiket pesawat untuknya

"Maksudnya apa ya pak?" Tanyanya, yang masih belum tau untuk apa pak Tatan menyerahkan ini padanya.

"Pasti kamu ingat. Daffa menyuruh saya memberikan ini. Ketika kamu sudah tidak menangis menderu-deru di tempat ini, ketika kamu sudah siap untuk berpetualang maka, saya berkewajiban untuk memberikan Ini catatannya, buku-buku, rekening Daffa sudah ada di sana lengkap. Hanya tinggal berangkat, hanya tinggal menunggu kesiapan kamu untuk pergi menyusul Daffa kesana." Ucapnya sambil menerangkan

"Maksudnya apa, saya masih tidak mengerti?" Ungkapnya terus terang yang terus memperhatikan barang-barang yang kini tengah ia pegang.

"Keberangkatannya 5 jam lagi, pasti kan kamu tidak telat ketika sampai di bandara" Ucapnya lagi.

"Baik pak, aku mulai mengerti." Ia membuka catatan kecil, beserta pulpen. Ia ingat ternyata, ini bagian dari mimpinya semalam. Ini sebuah rencana dari perjalanan.

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang