34 || Day 8 in Baltimore

18 5 0
                                    

"Aku rasa aku terlalu jahat selama ini, membiarkanmu seorang diri.
Kamu sangat istimewa sekali"

Ia berjalan menuju kamar rawat milik Daffa dengan hari ke delapan ia disini.

Apakah ini menjadi jawaban dari setiap pertanyaan? Senyuman ia mengembang begitu lebar, dengan hati yang berbunga-bunga juga dengan perasaan yang bahagia tidak hentinya.

Ia memegang 2 tangkai tulip, yang katanya Daffa selama disini jika tidak ada bunga mawar ia boleh membeli bunga tulip sebagai pengganti.

'Tetap saja, mawar masih sangat kunanti daff' ia tersenyum lalu, meraih ganggang pintu yang sudah di depannya itu.

"Hi.." Ucapnya lalu, ia berjalan mendekati lelaki itu dengan senyum yang masih mengembang jelas. Namun, sepertinya, ia sedang tidur ia berhati-hati agar sosoknya tidak terbangun.

"Aku bawakan bunga tulip, katamu ini sebagai penggantinya. Tapi, aku tidak terlalu menyukainya. Sebenarnya, aku tidak ingin mengganti bunga pertama karena pastinya, hal yang pertama itu sangat istimewa, tapi ini katamu, jadi kulakukan. Semua yang kamu ucapkan akan aku lakukan" Ia menaruh bunga itu di meja tempat biasa. Dan untuk beberapa waktu ia kembali terpana dengan kecantikan bunga mawar putih, walaupun sudah layu.

Benar-benar mengapa setiap apapun bentuknya jika Daffa yang memberikannya pasti akan berbeda tentunya itu sangat berharga, dan akan ia jaga.

Ia meraihnya, lalu menuju kamar mandi untuk mengambil air, seperti biasanya. Ia masih tersenyum sambil menatap bunga itu yang sebentar lagi akan hilang cantiknya. Setelah cukup ia menyirami bunga itu

Ia menaruhnya kembali di meja. Lalu kini, pandangannya kembali menatap lelaki itu yang masih memejamkan matanya, karena kelelahan. Ia membaringkan kepalanya lalu, mengeluarkan buku sakunya dan pulpen di kantongnya

'Hii... Kabarmu pasti baik-baik kan sekarang, aku lagi ada di dekatmu tapi, kamu sepertinya sedang kelelahan. Gapapa, aku akan menunggu sampai kamu sadar. Ini sudah hari ke 8 aku disini. Tapi, rasanya aku sudah mendapat jawaban dari berbagai pertanyaan. Kamu akan untukku kan? Dan selalu begitu? Walaupun, aku tahu kamu amnesia saat ini tapi, itu gapapa aku akan berjuang lagi untukmu. Untuk membuat mu percaya pastinya.' ia meletakkan kembali buku itu begitu saja.

Tak terasa, jam pun berlalu begitu cepat. Ia sudah 3 jam disini menemani namun, nampaknya selama itu justru ia yang ketiduran.

"Hi.. daff kamu udah bangun" Sapanya yang baru sadar bahwa ia sudah ketiduran. Dan ia meniduri tempat tidurnya yang seharusnya digunakan oleh Daffa sementara Daffa sedang melihat-lihat bunga itu di sampingnya

"Gapapa, kamu lebih membutuhkan, aku tau kamu ke kelelahan" Daffa berjalan mendekatkan diri ke Bella lalu, memegang bahunya untuk tetap tidur disitu saja

"Engga" tolaknya lalu "Aturan kamu yang disini, maaf ya aku memakai tempat tidurmu. Sini daff" Ia mencoba untuk bangun, namun Daffa lebih dulu mencegahnya

"Gapapa, ngapain juga minta maaf kamu gak salah, dan gak akan pernah salah. Aku tadi bangun, ngeliat kamu disini yang sepertinya ketiduran. Yaudah deh, aku baringkan saja tubuhmu disini. Kamu kurus sekali, pasti banyak memikirkan tentang ku ya?" Daffa terkekeh pelan. "Bercandaa" Ia mengusap kepala Bella

Lalu Bella tersenyum dan Daffa duduk di sampingnya, di dekat tubuhnya Bella atas permintaannya

"Tadi aku baca bukumu"  Ia menatap Bella sambil memegang buku saku itu.

"Bukan bukuku, tapi bukumu sepenuhnya milikmu" Ucap Bella yang langsung memotong

"Oh iya?" Bella mengangguk "Maafin aku ya, aku rasa aku terlalu jahat selama ini membiarkanmu seorang diri. Kamu sangat istimewa sekali, aku menyukaimu, semuanya milikmu." Ia tersenyum lalu menatap lekat mata itu.

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang