36 || Day 10 in Baltimore -Kepulangan

53 8 0
                                    

"Untuk apa lagi aku berjuang sendirian, jika kamu merapalkan untuk selesai di tengah jalan"

Hari 10 di Baltimore, Bella sama sekali tak memperdulikan omongan Daffa kemarin, ia pikir omongannya kemarin itu hanyalah gurauan saja.

Ia kembali lagi ke rumah sakit dengan hati yang lapang, bubur yang sudah ada di tangan, ia sengaja memasak agar Daffa memakannya, semoga semuanya dapat lebih membaik dari kemarin Bella berdoa sepanjang jalan.

Ia menatap ke depan, sambil memperhatikan bubur yang tengah ia pegang.

Langkahnya sangat mantap sekali, lambat laun kelihatan juga ruangannya walau jaraknya lumayan jauh. Ia menyipitkan matanya, ia melihat dokter juga perawat di ruang Daffa yang terus berdatangan sekaligus tiada henti.

Ia mempercepat langkahnya, lalu ia melihat orang tua Daffa mengadahkan wajahnya, seperti sedang berdoa sambil menangis, entah menangis karena apa ia pun tidak tahu sebenarnya.

"Assalamualaikum.. Om Tante" sapanya, lalu langsung melihat ke arah pintu kamar Daffa yang sudah tertutup rapat.

"Waalaikumsalam" Balas mama Daffa yang langsung memeluknya sangat erat. Bella pun membalasnya, ia masih diam seribu bahasa, entah apa yang terjadi tapi pasti ini ada apa-apa.

"Ada apa Tante?" Ucapnya lembut lalu, mamah Daffa melonggarkan pelukannya dan mengajaknya untuk duduk di bangku.

"Keadaan Daffa lagi parah sayang, ia tadi pagi memberontak hebat. Tante, gak tau pastinya soalnya tadi om sama Tante lagi keluar untuk beli makanan" Pandangannya berganti mengarah kepada papah Daffa

"Terus sekarang gimana Tante?" Ia langsung melonjak bangun, pandangannya menatap ke arah pintu yang bertuliskan nama kekasihnya. Dengan sangat cepat ia berjalan lalu membuka pintu itu dan ia melihat sosoknya yang sedang memberontak. Suster yang kewalahan, akibat tidak bisa menahan nya.

Iya, ia seperti sedang marah dengan keputusan akhir, tidak percaya dengan takdir, turut menyalahkan dirinya sendiri. Hingga ia membuka perbannya yang ada di kepalanya lalu, berteriak kesakitan dan tak jarang ia memukul kepalanya dengan tangannya sendiri. Dan menjatuhkan diri dari tempat tidurnya.

Bella hanya melihat di ambang pintu, badannya gemetar menatapnya dari pintu itu sudah benar-benar memilukan. Niat hati ingin masuk namun ia tau pasti ia tidak akan bisa menahannya ketika sudah ada di dalam sana

"Kamu, sama tante dulu yaa anak cantik. Biarin dokter bekerja dengan baik di dalam" Mamah Daffa datang lalu mengelus kepala Bella dan memeluknya kembali.

Setelah itu mereka kembali duduk,  Bella yang terus membayangkan kondisinya ia di dalam, pasti itu sangat menyakitkan baginya.

'Kenapa harus dia, semesta. Kenapa gak aku saja yang merasakannya, buat ia kuat dengan serial rencana mu, buat ia percaya bahwa ia akan sembuh nantinya' Bella membatin

"Kamu kesini baru kan?" Tanya papah Daffa

"Iya om" ia tersenyum sangat tipis. Ia hanya ingin membuat orang tua Daffa baik-baik saja, walaupun sebenarnya ia tidak kuat untuk menahan ini rasanya. Jadi, ia harus bisa lebih dewasa dari sebelumnya. Ia tidak ingin mengeluarkan air mata, ia hanya membatin di dada saja. Biarlah tangis nya, ia curahkan di dalam satu ruangan di isi kepalanya saja.

"Kita berdoa ya sekarang" Papah Daffa menuntun mereka, untuk merapalkan doa kepada anaknya.

Tak lama kemudian, dokter pun mulai keluar satu persatu bersamaan dengan perawat. Katanya, kondisinya Daffa memang sedang buruk, akibat ada hal yang ia pikirkan terlalu berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"WAITING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang