"Buka mulutnya, Sayang." Ucap Piter siap memasukan sesuap nasi tim yang menjadi menu sarapan untuk Molly. Beruntunglah kondisi Piter lebih cepat pulih di hari kedua mereka inap di rumah sakit, sedangkan Molly untuk berjalan dan duduk saja masih terasa nyeri.
"Nggak mau!" Molly menggeleng, menu makanannya di rumah sakit, sangat tidak dia sukai. Lihatlah, betapa mualnya Molly melihat nasi yang sangat lembek itu di atas piringnya, dia lebih memakan bubur ketimbang nasi seperti itu.
"Kamu harus makan, kamu nggak mau kasih ASI Aiden?" Pertanyaan Piter membuat Molly menggeleng dengan cepat.
"Mangkannya buka mulutnya, ayo dong."
"Aku nggak mau nasih tim, itu terlalu lembek. Kenapa tidak sekalian bubur."
"Kan bertahap, kemarin sudah bubur dan jadwal makan kamu sudah di atur sama dokter gizi." Piter mencoba merayu Molly. Akhirnya dia mengalah, Piter segera meminta suster untuk mengganti makanan Molly menjadi bubur sumsum permintaanya.
Menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan Molly tiba. Piter dengan sabar menghadapi Molly yang manja, tetapi dengan sifatnya seperti itu yang membuat Piter semakin mencintai Molly.
"Mama kapan kesini?" Tanya Molly setelah menelan buburnya.
"Tidak tau, Mama kamu sibuk mempersiapkan keberangkatan Papa ke Malaysia dan Mama aku, ada jadwal janjian sama pasiennya."
"Megan?"
"Nanti siang, kasihan kalau terlalu pagi. Biarkan dia olahraga bersama Buster terlebih dahulu." Piter menghapuskan gula merah yang mengotori sekitar bibir Molly.
Mereka baru mengetahui kebiasaan Megan setiap pagi melalui Mely setelah kehadiran Buster di rumah, Megan selalu meminta berjalan-jalan bersama Buster sekitar komplek atau bermain di taman belakang.
Setelah menyelesaikan makannya, Piter memandikan Molly dengan menyekanya menggunakan handuk hangat yang sudah disiapkan suster tadi. Dengan penuh perhatian dia membersihkan wajah Molly. "Cantik." Ucap Piter, sangat dia menyeka bagian pipi dan hidungnya.
Blush!
Pipi Molly sudah pasti memerah dan mulai terasa panas. Padahal Piter hanya mengeluarkan satu kata, tetapi sangat berefek padanya.
"Kamu mah." Molly mencoba menutupi wajah rona merahnya, namun sayang, Piter sudah menyadarinya.
"Cie yang malu." Goda Piter menjawili dagu Molly.
"Kamu resek." Molly menutup wajah Piter dengan satu tangannya dan membuat mereka tertawa lepas. Akhirnya, Molly dan Piter merasakan kembali apa yang dinamakan pacaran.
Mereka seperti tidak sadar kalau kondisi mereka belum sembuh sepenuhnya, bahkan hampir melupakan sebuah jarum yang menancap di tangan mereka masing-masing.
Setelah Piter membersihkan tubuh Molly, giliran dirinya yang di bersihkan oleh sentuhan Molly, dengan lembut Molly menyeka bagian wajah dan tubuh Piter yang atletis.
Tiba-tiba Molly mencium sekitar ketiaknya "Ahh aku kangen cium ketek kamu. Hhmmm wangiiii...." Molly mengendusnya dalam-dalam. Melihat tindakan Molly, membuat Piter mendorong kepala Molly tepat di keningnya menggunakan telunjuk.
"Sayang, kamu jorok." Piter dengan cepat menarik baju gantinya yang sudah tersedia. Kenapa kebiasaan Molly saat hamil terbawa sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Baby
RomanceEdisi Revisi|| ada Chapter yang di private sebelum baca lebih baik follow terlebih dahulu ---------------- Siapa yang menginginkan pernikahan sekedar untuk menjaga nama baik keluarga? Tak terima? Tak sudi? Apalagi pernikahan adalah sakral tidak bol...