(Reina)

7.6K 262 1
                                    

06 : 00

Sinar matahari menembus cela-cela jendela kamar yang masih tertutup itu, kamar yang dominan berwarna ping dengan suhu enam belas derajat masih begitu terasa dingin. Sinar matahari yang mengintip masuk kini  mengenai wajah mulus nan putih milik gadis yang tak peduli adanya sinar tersebut.

Sampai suara pintu kamarnya diketuk dan terdengar nyaring. Membuat gadis bernama lengkap,

REINA SYAKILA NAUTA.

Mengerjapkan matanya sebentar. Menyesuaikan cahaya matahari yang masih mengenai wajahnya.

"Non ini Bibi!!" teriak seseorang.

"Masuk aja Bi!!" Reina membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan duduk sebentar di sisi ranjang.

"Non ini Bibi buatkan nasi goreng dan susu sudah Bibi siapkan, tolong dimakan ya?" tawar wanita paruh baya sambil menaruh nampan berisikan nasi goreng dan susu vanilla di nakas sebelah ranjang yang Reina gunakan.

"Iya Bi, taro aja di meja," ucap Reina masih dengan mata yang belum seratus persen terbuka, merasa seperti ada sebuah lem yang membuat matanya tak bisa terbuka lebar.

"Ya udah Bibi tinggal ya, masih ada kerjaan yang belum Bibi selesaikan?" pamit lembut wanita paruh baya itu yang sudah menganggap Reina sebagai anak kandungnya.

Reina mengangguk pelan. Masih dengan mata yang sayup. Tangannya berusaha mengambil jam weker yang berada di nakas dekat ranjangnya. Bersebelahan dengan makanan dan minuman yang sudah Bibi buatkan.

"Mati gue?!" Reina menepuk dahinya pelan.

Ketika melihat jam weker berbentuk bulat, putih, sudah menunjukan pukul 06 : 15 pagi. Ia langsung dengan gesit mengambil handuk yang ia gantung di gantungan belakang pintu dan memasuki kamar mandi yang menyambung dengan kamarnya.

Seperti biasa. Reina selalu bangun dengan waktu siang, melewatkan waktu untuk beribadah. Karena setiap malam ia selalu berada di luar rumah. Tepatnya di club malam. Meminum-minuman yang tak pantas ia minum sampai hampit tujuh gelas ia menegaknya.

Pulang dengan keadaan tak sadarkan diri. Lalu membuat orang yang berada di rumah khawatir. Untung saja orang tuanya tidak ada di rumah. Jika ada mungkin ia sudah dimarahi habis-habisan. Mengingat Reina anak pertama, tak seharusnya memberikan contoh yang tak baik kepada sang adik. Mungkin saja dirinya akan di pindahkan keluar negeri atau homeschooling jika Mamah dan Papah mengetahui itu.

Baik kembali kepada Reina, gadis itu  tak tunggu waktu lama sudah memakai seragam putih abu-abu yang selalu dipakai murid SMA BAKTHI yang terkenal dengan siswa dan siswinya yang memiliki otak cerdas dan berprestasi.

Reina sendiri kini termasuk murid berprestasi di non akademik. Karena dia adalah ketua dari ekskul cheerleaders yang selalu mendapatkan juara satu berturut-turut.

Oke, beralih kepada Reina. Dia dengan mudah dan cepat  mengoleskan liptint dengan tipis. Selain itu ia menaburkan sedikit bedak. Dan memasangkan gelang-gelang di pergelangan tangannya.

Dan menyisir rambut hitam legam yang ia punya. Ia biarkan begitu saj rambutnya tergerai dan memasang pita kecil bercorak polcadot untuk menghiasi rambut agar tidak terlihat membosankan.

Setelah selesai merias diri. Reina menyambar tas coklatnya yang bercorak bunga dandelion. Dan meneguk susu favorit yang tadi Bibi bawakan. Lalu bergegas berjalan ke bawah.

Ia tak bersama Pangeranㅡ Adik laki-lakinya. Karena Pangeran sendiri sudah lebih dulu berangkat. Memakai supir pribadi yang mereka miliki. Pangeran adalah saudara kandung yang Reina punya satu-satunya.

Reina mencari keberadaan Bibi yang akhirnya yang ia temukan di dapur, sedang sibuk memasukan piring-piring yang baru dicuci ke dalam lemari piring.

"Bi?!"

"Eh copot!! Copot!!"

Seperti biasa pembantunya memang latah. Membuat kadang Reina sendiri ingin tertawa.

"Bi, makanannya belom aku makan. Buat bibi aja aku berangkat!!" Reina berlari meninggalkan Bibi yang hanya bisa menggelengkan kepala.

Reina membuka pintu garasi sesudah mengambil kunci mobil yang sebelumnya ia simpan di atas meja yang berisikan kumpulan foto keluarga. Setelah itu Reina membuka pintu mobil BMW-nya. Menyuruh supir pribadi yang sudah datang membukakan pagar hitam tinggi  rumah Reina.

Tak tunggu waktu lama. Reina langsung melepas rem tangan, mengganti gigi, menginjak koplink, dan mengegas mobilnya perlahan.

Ia mengenderai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Masa bodoh dengan polisi. Yang terpenting ia tak terlambat. Tentu kecepatan seratus ia mengendarai mobil itu. Menyalip sana-sini kendaraan yang menghalangi Reina berjalan.

Sampai pada akhirnya ban mobil hitam tersebut melintasi aspal bagian gerbang sekolah yang bertuliskan SMA BAKTHI. Beberapa murid yang sudah masuk ke dalam sekolah berlari kecil mengingat bel sekolah sudah dibunyikan sebelum mereka datang.

Lalu Reina menglakson satpam yang sebentar lagi akan menutup pagar. Untung saja tak menyerempet satpam sekolahnya.

Pak Satpam hanya menggeleng-gelengkan kepala. Melihat tingkah laku salah satu muridnya yang selalu saja membuat masalah.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang