Chapter 15

2K 88 2
                                    

Reina sedang berjalan dipinggir jalan. Ia baru saja pulang dari sekolah. Tak ada yang menjemputnya dan mengantarnya.

Uang atau ATM yang biasa ia bawa dan ia pakai untuk berbelanja baju tak dia bawa. Disekolah dia hanya membawa sepuluh ribu itu pun sudah habis untuknya sarapan disekolah. Pangeran tidak bisa mengantarnya pulang karena ia ada janji dengan temannya.

Sedangkan supir pribadinya, sebenarnya ada tapi karena baterai ponselnya habis jadi ia tidak bisa menghubungi supir pribadinya.

Sampai tiba-tiba mobil BMW hitam berhenti dihadapannya.

Reina mengerutkan kening. Palingan mobil mogok batin Reina dan kembali berjalan sampai tiba-tiba tangan besar mencekram tangannya dari belakang yang membuat Reina berhenti melangkah.

"Rein," panggil orang itu yang sangat ia kenal dan yang sangat ia hindar-hindarkan saat ini.

Reina membalikkan badannya menatap Reno penuh dengan tatapan benci walaupun sebenarnya orang dihadapannya adalah orang yang sudah ia simpan didalam hatinya.

"Mau gue anterin?" Tanyanya dengan nadanya yang sangat lembut.

"Heh denger yah, walaupun penampilan gue udah berubah tapi gue tetep benci sama lo dasar culun!" Bentaknya dan melepaskan lengannya dari tangan Reno dengan kasar.

Reina langsung berjalan lebih cepat meninggalkan Reno yang menatap punggung Reina yang semakin menjauh dengan tatapan putus asa.

Ini salahnya karena dulu ia pernah menolak cinta Reina. Mungkin ini yang dinamakan karma. Dulu dirinya yang membenci Reina walau sebenarnya ia sangat mencintai Reina dan sekarang mungkin Reina sangat membencinya.

Walau ia tidak bisa mengantar Reina tapi ia tidak mau menyerah dan yang sekarang ia lakukan hanya kembali memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya menuju rumahnya.

----

Reina merutuki dirinya yang berbicara seperti itu kepada Reno. Semakin ia memarahi atau membentak Reno semakin dirinya merasa bersalah.

"Lo bodoh baget Reina!! Apa yang lo lakuin!" Ia merasa bodoh ia menendang batu kerikil yang ada disekelilingnya.

----

Vero sedang memandang Reina dari jauh yang sepertinya sedang frustasi. Sampai pikiran licik berada diotaknya.

Ia langsung mengendap-endap mendekati Reina dari belakang sambil pelan-pelan ia mengambil sapu tangan.

Hap

Sapu tangan berwarna biru dongker itu sudah menutupi pernafasan Reina. Beverapa detik kemudian Reina sudah lemas dan sudah memejamkan mata.

Vero pun puas dan menggeret Reina ketempat yang dekat dari letak Reina pingsan.

Vero membawanya disebuah gubuk yang sepertinya sudah tak terpakai. Vero sudah beberapa bulan dikeluarkan dari sekolah dia selalu memandangi SMA BAKTHI atau mantan sekolahnya dari jauh sampai saat tadi ia melihat Reina yang berjalan keluar sekolah yang sudah sepi karena semua penghuni sudah pulang dan karena tadi Reina habis berkumpul dengan grup chealedersnya kecuali Anya, Bella, Retna, dan Niki.

Untung saja diekskulnya masih memiliki enam belas orang walaupun kurang empat tapi tak masalah karena nanti mereka akan mencari kekurangannya diadik kelasnya atau mungkin teman seangkatannya yang mau ikut diekskulnya. Karena memang ekskul yang diketuai dirinya adalah ekskul yang paling bagus diantara yang lain.

Selalu mendapat juara satu berturut-turut.

Kembali ke Reina dan Vero. Vero sudah mengikat Reina dibangku. Reina belum sadarkan diri.

---

"Arghhh.... Gue kenapa sih?!" Reno sedang berada didepan cermin yang berada dikamar mandi yang menyambung dengan kamarnya.

Reno merasa ada firasat buruk yang menjalar ditubuhnya.

Prang!!

Reno memukul cermin yang berada dihadapannya yang membuat tangannya sedikit sobek dan banyak mengeluarkan darah.

"Shit!"

Ia langsung mencuci tangannya dan mencuci mukanya.

---

"Sshh... Gue ada dimana?" Reina baru bangun dari pingsannya. Lengan dan badannya terasa sakit.

Sampai tiba-tiba. "Oh putri tidur sudah bagun," Vero muncul dengan seringaiannya. Ia mendekati Reina dengan santainya. "Gue dimana?!" Reina menengok sana sini melihat debu-debu disekitarnya dan kardus-kardus kosong yang sudah tak dipakai ia alergi debu.

"Hachih!!" Bersin Reina. "Oh alergi debu ternyata," Reina bersin yang kedua kalinya. "Heh!!" Vero memegang dagu Reina dengan kencang dan gemas. Reina menatap Vero penuh kebencian.

Plak!!

Vero menampar pipi kanan Reina sangat keras membuat Reina meringis kesakitan. Dan setelah itu Vero tertawa sangat kencang.

"Dasar gila!!" Itulah suara Reina yang muncul dari mulutnya. "Iya!! Emang gue gila kenapa?!" Dasar gila gue baru tahu ada orang gila ngaku gila batin Reina.

Reina merasa seram melihat muka Vero yang memerah urat yang keluar dengan mata yang melotot. Tuh mata nggak copot apa? Batin Reina ngeri sendiri melihat Vero yang seperti iblis.

"Lepasin nggak? Kalo nggak--"

"Kalo nggak apa?! Lo mau teriak! Nggak akan bisa karena nggak akan ada yang dengerin lo," Vero kembali tertawa.

"Tolong!! Tolong!!" Ia berteriak sekncang-kencangnya. "Diem nggak!!" Bentak Vero. "Katanya nggak akan kedengeran?" Tanyanya enteng tanpa takut reaksi Vero yang akan merugikannya.

Plak!!

Vero kembali menampar pipi Reina tetapi pipi yang disebelahnya. Ia geram sekali kepada Reina. Kenapa reaksi Reina yang tidak merasa takut kepadanya?

"Hachih!" Reina bersin kembali. Vero ingat Reina sangat alergi dengan debu.

Vero berjalan entah kemana. Yang pasti Reina sangat lega. Ia mencoba melepaskan ikatan dibadan dan kakinya.

---

Reno sedang menyetir mobil BMWnya denga kecepatan diatas rata-rata. Sampai mobilnya sudah berada didepan rumah besar berwarna putih susu ia langsung berjalan menuju pagar besar berwarna hitam.

"Assalamualaikum!!" Suara pagar bergeser dan munculah seorang paruh baya dengan pakaian ciri khas supir. "Ada apa dek?" Tanya sambil memperhatikan Reno dari bawah sampai atas.

Ia merasa mengenal pemuda didepannya tapi ia juga lupa siapa. Karena penampilan Reno juga yang tidak memakai kacamata dan rambutnya yang acak-acakkan membuatnya tak terlihat culun.

"Adek siapa ya?" Karena rasa pemasarannya tak bisa ia batas lagi. "Mmm... Saya Reno," lelaki paruh baya yang Reina panggil Pak Tarjo itu terkejut. Pasalnya Reno yang ia kenal berpenampilan selalu berpenampilan kuno dan tidak pernah membawa mobil.

"Saya boleh nanya? Mmm... Reina udah pulang belum pak?" Tanyanya sekaligus. "Oh non Reina belum pulang sejak tadi dan juga dia tidak menyuruh saya untuk menjemputnya," panjang lebar Pak Tarjo berbicara.

"Oh makasih pak," Reno langsung berlari dan masuk kedalam mobilnya dan menancap gas. Ia membawa mobil di saat Reina menolaknya mengantarkan pulang.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang