Epilog

3.3K 93 11
                                    

Gadis kecil dengan pipi tembamnya itu tengah memegang boneka barbie dimasing-masing tangannya.

Sampai tiba-tiba boneka disalah satu tangannya itu hilang. Lebih tepatnya diambil seseorang. Membuat gadis itu menangis meraung-raung.

"Mama!! Kakaknya nakal!!" Teriaknya kepada wanita dewasa yang tengah membuat sesuatu didapur. Teriakan gadis itu begitu kencang membuat seseorang yang ada didalam rumah besar itu mendengarnya.

Termasuk wanita yang sedang berjalan cepat. Disusul pria yang sebelumnya sedang memasukkan pakaiannya kedalam koper.

"Kenapa sayang?" Tanya Wanita dewasa itu sambil mengelus rambut hitam gadis berpipi tembam itu. "Kakaknya... Nakal...," Ucap gadis itu sambil sesenggukan.

Pria yang mendengarnya langsung mendekati bocah lelaki yang kini sedang cengengesan dang menggendongnya. "Kok Alfan nakal sih, balikin dong nak bonekanya, kesian tuh Aleysanya sampe nangis," yang ditegur hanya tersenyum dan memberikan barbie itu ke pria dewasa.

Itu adalah Reno. Kini pria itu sudah memiliki keluarga kecil yang sangat ia sayangi. Reina pun begitu dia terlihat bahagia dengan keluarga kecilnya ini.

"Lagian Lethanya nggak mau main thama Alpan, kan Alpan pengen main baleng," kini Reno menurunkan Alfan dan duduk bersebelahan dengan Reina yang sedang duduk menenangkan Aleysa.

"Sini nak," ajak Reina. Ia lalu memangku Alfan. Sebaliknya Aleysa di pangku oleh Reno. Alfan dan Aleysa kembar tak identik. Dan entah mereka sangat berbeda. Alfan yang sifatnya dominan kepada Reina dan Aleysa yang dominan mirip dengan Reno.

Umur mereka hanya berjarak waktu lima belas menit. Dan sekarang yang menjadi kakak adalah Alfan yang seharusnya pantas menjadi adik. Karena sifatnya yang lebih manja.

Beda dengan Aleysa yang lebih memilih bermain sendiri dan terkesan cuek. "Leysa, kenapa nggak mau main sama kakak?" Kini Reina yang bertanya. Ia kadang merasa lucu sendiri jika melihat dua anak yang berumur empat tahun itu.

Kadang ia juga bisa melihat sifat dirinya di Alfan yang sangat manja. Seperti sedang berkaca. "Kalo main sama kakak, nanti Leysanya dikejal-kejal telus. Kan kakak kalo main, main kejal-kejalan. Leysa nggak bisa lali cepat kaya kaka," ucap gadis itu sambil mengambil boneka yang diberikan Reno.

Alfan yang mendengarnya cemburut dan kembali tersenyum saat Reno membisikan sesuatu. "Iya deh, maap ya Leytha," Alfan pun menjulurkan telapak tangannya.

"Iya deh Leysa maapin," dan kini dua bocah itu saling tersenyum. Reno senang memiliki keluarga kecil seperti mereka. Sampai kapan pun tak ada yang bisa menggantikan keluarga kecilnya itu.

***

Tamat

Halo temen-temen. Ceritanya udah selesai nih. Oh ya ngomong-ngomong aku mau minta saran dari kalian. Tolong dijawab ya.

Aku mau buat sequel anaknya Reno sama Reina. Kalian setuju nggak? Kalo misalnya banyak yang nggak setuju.

Aku tetep bakal buat cerita. Tapi nggak ada kaitannya sama Reno dan Reina.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang