Reno sedang memperhatikan gurunya yang sedaritadi mengajar kelas XI IPA 1, yaitu guru fisikanya. Mengingat pelajaran fisika harus ekstra fokus, sekalinya tidak mengerti sudah dipastikan materi selanjutnya akan merasakan yang sama.
Tapi baru saja guru fisika Reno ingin memberikan tugas, tiba-tiba bel istirahat sudah berbunyi terlebih dahulu membuat seisi kelasnya girang, tetapi tidak dengan Reno.
Karena Reno harus menuruti kemauan Reina.
"No ke kantin yuk?" ajak Didit kepada Reno yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas ransel.
"Maaf Dit gue nggak bisa, gue harus nurutin kemauan Reina dulu," ucapnya merasa bersalah.
"Lo jadi babu dia lagi?" tanya Didit yang sudah tahu ancaman yang sering Reina gunakan untuk membuat Reno terlihat lebih menderita.
Reno pun mengangguk yang menandakkan itu benar.
"No kenapa nggak nolak?" tanyanya heran kepada sang sahabat yang selalu menuruti kemauan Reina dan selalu memilih mengalah.
"Kamu tau kan, misalkan gue nggak nurutin dia resikonya kaya gimana?" ujar Reno, membuat Didit menghela napas lelah dan terdiam.
Memang benar apa yang dikatakan Reno bahwa jika ia tidak menuruti kemauan Reina mungkin saja ia akan malah mendapatkan balasan yang lebih parah yang akan ia dapatkan dari perempuan cantik itu.
"Tapikan lo bisa alesan apa kek," ucap Didit, karena Didit juga kasihan melihat sahabatnya yang selalu dibully oleh cewek yang ditakuti murid-murid yang ada di sekolahnya.
"Gue nggak bisa Dit, ya udah gue pergi dulu."
Tanpa menunggu jawaban Reno pun pergi. Sepanjang koridor pun banyak yang menatapnya heran, ramah, dan benci.
Ucapan pujian dan hujatan pun ia dengar.
"Ih... Reno keren banget pas di upacara,"
"Oh ini cowo yang katanya adiknya Retna,"
"Dia kok ganteng ya kalo diliat,"
"Najis banget sih dia caper banget ke guru,"
Tak apalah. Yang penting hujatan itu tidak kenyataan. Sesekali menjawab sapaan yang dikeluarkan dari mereka yang memujinya. Tersenyum dengan ramah.
"Reno!!"
Lelaki itu menoleh ke belakang saat mendengar ada seseorang yang memanggilnya, dan melihat seseorang yang ia kenal setahun yang lalu.
"Nih, kerjain tugas punya gue, besok dikumpulin. Nanti lo ke kelas gue aja kalo udah." Rangga, lelaki yang dikenal dengan bermain basketnya.
Seperti biasa. Lelaki itu memberikan tugasnya kepada Reno yang sangat pintar dalam akademik. Tapi tidak dengan rasa hati dan menjaga harga dirinya.
"Makasih ya Bro, gue tunggu besok," ujar Rangga yang begitu saja berlalu meninggalkannya.
Banyak sekali dari mereka yang sok berkuasa di sekolah ini, menyuruh anak-anak pintar yang tidak bisa menjaga harga dirinya. Yang mencoba memendam kekesalan, karena mereka tahu mau membalasnya pun mereka tak bisa.
Dan salah satu dari banyaknya murid pintar yang lemah, yaitu dirinya. Mereka selalu seenak jidat menyuruh Reno. Entah tugas yang sebenarnya ada di buku, mereka menyuruh ke murid yang pintar, atau tugas yang menggunakan print-nan juga mereka menyuruh murid-murid pintar itu.
Kadang juga di kelas Reno. Jika ada yang malas ke kantin. Ia akan menyuruh Reno yang membelinya, walau kadang mereka yang menyuruh Reno di kelas itu dimarahi oleh Didit yang sangat kasihan jika seseorang diturunkan harga dirinya.
Dan sekali lagi, nama lelaki itu dipanggil oleh seseorang.
"Reno!! Hari ini kan lo piket, terus gerombolan gue mau ke mall. Nah orang-orangnya tuh yang piket hari ini. Jadi lo aja yah yang bersihin kelas sendiri?" Dengan helaan napas Reno mengangguk.
Teman perempuannya yang tak kalah menyebalkan, ingin menolak pun bagaimana. Gina, perempuan yang tiba-tiba datang dan meminta tolongㅡ ralat, mungkin lebih pasnya memerintah.
"Oh iya, inih uang. Beliin gue juice strowberry sama somay ya, gue tunggu di kelas." Reno menerima uang itu. Gadis tadi sudah hilang di balik dinding yang langsung menuju taman sekolah mereka.
Reno membalikkan badannya menuju kantin, terlebih dulu ia harus membeli makanan yang dipesan temannya setelah itu menaruh buku di loker.
Ia harus tetap kuat berada di sini. Entah penderitaan ini akan berhenti sampai kapan. Inilah yang dinamakan 'hidup itu keras.'
Reno melangkahkan kaki untuk lebih cepat, selain karena takut akan ada orang yang memanggilnya untuk meminta tolong ia juga tak mau sampai telat ke kelas Reina dan dimarahi habis-habis oleh gadis itu.
Bisa-bisa Reno bukan lagi disuruh dijadikan sebagai babu. Tapi jiga sebagai daging cing-cang yang siap disantap.
Lagipula istirahat di hari Senin memang memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan hari-hari biasanya. Dan Reno tak mau sampai membuang waktu, ia juga butuh mengisi perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DONT GO
Teen Fiction(TAMAT) (Warning! Belum revisi) Reina adalah cewek yang sangat terkenal di SMA BAKTHI sekolah yang sangat terkenal dengan prestasinya dan sangatlah mewah. Tetapi ia sangat memiliki otak yang pas-pasan dan orang tuanya yang memasukinya kearah model...