Chapter 22

1.8K 74 0
                                    

Reina memakan kentang yang barusan teman sekelasnya beli dikantin sesekali mencolek saus cabai yang sudah sepaket.  Ia sengaja menitip untuk dibelikan karena ia sedang tidak mood bicara dan belum lagi sekarang ia sedang datang bulan.

"Sendirian nih?!" Suara itu lagi. Ia berusaha sabar. Sampai suara itu lagi membuat emosinya memuncak. "Gue tuh bersyukur... banget Farel meninggal. Karena Ayang beb Rangga jadi naik jabatan," Rangga adalah wakil ketua basket. Reina menggebrak mejanya. Dan menatap lurus Retna yang sedang tersenyum menantang.

"Bangsat lo!! Kalo lo mau ngatain gue, katain aja jangan ngatain orang yang udah tenang disana, Bego!!" Dengan gemas Reina menjambak rambut Retna dan membuat rambut Retna sedikit rongtok.

Retna yang melihatnya langsung melotot senpurna. "Dasar tua! Rambut aja rontok nggak betah tuh?!" Sambil terkekeh bahagia. Dan berjalan keluar kelas melewati Retna yang menahan emosi.

----

Reina sedang berada didepan gundukan tanah. Ia menitikan air mata. "Rel maafin gue yah. Gue gak bisa jadi dewasa. Lo seneng yah disana? Kalo disini gue nggak seneng. Rel gue pengen nemenin lo," Reina mengepalkan tangannya diatas gundukan tanah.

"Ya udah Rel gue mau balik dulu yah... Dada Farel...," Reina pun bangun dan melambaikan tangan. Reina tidak sadar jika sebenarnya Farel berada didekatnya dengan tangis menyesal. Menyesal karena ia tidak berjuang melawan penyakitnya agar ia bisa melindungi Reina.

Dan disaat Reina melambaikan tangan Farel pun melambaikan tangan. Mungkin saja jika ia masih hidup ia akan memeluk Reina dengan erat.

Kembali kepada Reina. Ia sedang berada didepan gerbang kuburan. Jalan raya sudah sepi. Matahari sebentar lagi akan menjadi bulan. Tak ada angkutan yang lewat. Ia tak mau kejadian waktu itu terulang lagi.

Reina tak membawa ponsel. Bagaimana ini? Sampai suara klakson motor membuatnya menoleh kepusar suara. Ternyata disana sudah ada Reno yang memakai motor besarnya dengan wajah masih memakai helm full facenya.

Reno melepaskan helmnya. "Yuk naik? Lagi nyari angkutan kan?" Reina menekuk bibirnya keatas. Dan menaiki motor besar Reno dengan perlahan.

"Makasih ya Reno," Reina langsung memeluk pinggang Reno dengan erat. Ia merasa jika ia berada didekat Reno. Beban yang berada ditubuhnya hilang.

Dan lagi mereka tak sadar ada roh yang tenang melihat kedekatan mereka. Dan sebaliknya ada seseorang yang tak senang melihat kebahagiaan mereka.

"Awas aja lo Rein lo nggak akan tenang selama lo deket sama Reno. Gue akan berusaha untuk ngehancurin hubungan kalian liat aja nanti," dengan senyuman dan kekehan licik.

---

"Reno makasih yah udah nganterin aku," sambil mengembangkan senyumannya. Senyuman yang sangat manis itu membuat Reno berbunga-bunga didalam hatinya.

Reno menganggukan kepalanya sambil tersenyum tak kalah manis. "Ya udah aku-- eh gue. Masuk dulu yah," Reno yang mendengarnya hanya terkekeh.

Baru kali ini Reno merasa sesenang ini. Reno langsung mengegas motornya setelah melihat Reina yang sudah masuk kedalam rumah besar.

---

Sedangkan disini Reina dia sedang menyenderkan badannya dipintu rumahnya. Ia memegang dadanya yang berdetak kencang.

Reina meloncat tak jelas. Sambil berteriak-teriak. "Aaaa!! Senengnya!!" Ia langsung berlari menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk miliknya.

Reina mengganti bajunya dengan baju rumah setelah menyelesaikan ritualnya seperti biasa jika mandi.

Ia berjalan menuju meja belajarnya. Dan mendudukan bangku yang berhadapan dengan  meja belajar. Ia mengambil pulpen dan buku diarynya.

Membuka lembaran baru.

Aku sangat senang sekali hari ini. Hari ini adalah hari yang sangat aku sukai. Hari ini adalah yang membuat aku bisa melihat lagi sifatnya yang dulu. Aku senang melihat senyumnya. Mungkin banyak orang kira senyumnya sangat biasa tapi bagiku itu sangat membuat hatiku berbunga-bunga.

Karena senyum itu yang menandakan bahwa dirinya senang berada didekat orang itu. Senyum yang istimewa. Yang sangat aku sukai didirinya.

Yang membuat lesung pipinya muncul. Aku selalu merasa jika berada didekatnya diriku akan terlindungi. Dirinya seperti benteng yang menjagaku dari orang-orang yang ingin melukaiku.

Hatinya yang penuh dengan cinta. Yang membuat jika seseorang yang berada didekatnya akan menyukainya akan mencintainya dengan setulus hati. Jika dijadikan bunga mungkin seperti bunga mawar. Walaupun berduri tapi sangat indah dipandang.

Tercatat Reina yang suka Reno dengan segenap hati.

Reina menutup buku diarynya dan kembali kekasur merebahkan tubuhnya yang kelelahan.

Hai temen2 maaf telat update soalnya aku lagi miskin kuota.
Sedikit yah? Maaf yah nanti chapter selanjutnya aku panjangin deh.

Jangan lupa vote and commentnya.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang