(Reno)

4.2K 189 0
                                    

05 : 45

Reno sudah menginjakkan kakinya di SMA BAKTHI. Seperti biasa. Ia selalu datang pagi. Mungkin paling telat. Sekitar jam 06 : 15.

Pakaian yang sudah rapih. Kacamata yang sudah dipasang  di hidung mancung itu. Dan rambut jampul yang ia ubah menjadi terbelah dua.

Reno memegang tali tasnya erat. Sangat sepi sekali. Hanya cleaning servis saja yang berada di sana. Ada yang sedang menyapu dedaunan taman. Menyapu lapangan basket. Memasukkan bola basket yang berjejer ke dalam tempatnya dan menaruhnya di ruang olahraga.

Dan masih banyak lagi. Reno masih berjalan melewati koridor yang sedang disapu oleh cleaning servis. Karena tak tega. Reno mendekati cleaning servis yang mungkin sudah berkepala tiga itu.

"Pak mau saya bantu?" tanyanya ramah sambil mengukir sebuah senyum.

"Nggak usah dek, ini udah tugas saya," elak cleaning servis itu merasa tak enak, mengingat ini sudah tugasnya dan tak pantas murid sekolah ini membantunya.

"Udah pak saya iklas kok." Reno merebut sapu ijuk yang bapak itu pakai.

Lalu melanjutkan kegiatan sang Bapak yang sempat tertunda,  mengusir debu yang masih banyak di sisi koridor. Menyapunya perlahan. Kadang ia merasa tak tega. Melihat orang yang bekerja seperti ini.

Tapi ia juga bangga. Karena masih ada saja orang yang bersemangat untuk bekerja dan mensyukuri pekerjaan yang mereka dapatkan dan tak merasa malu.

Selesai menyapu. Reno mengembalikan sapu ijuk milik cleaning servis yang sedang duduk sambil memijit punggung badannya.

"Ini Pak." Reno memberikan sapu ijuk tersebut.

Ia ikut duduk di sebelah orang itu. Dengan sorot khawatir Reno bertanya, "Bapak sakit?"

"Nggak hanya pegal-pegal saja. Terimakasih ya nak." Reno tersenyum dan mengangguk.

"Ya udah Pak saya mau pamit yah. Mau ke kelas dulu," Bapak itu mengangguk dan membalas senyum Reno.

Reno melambaikan tangan dan kembali membalikkan badannya. Melanjutkan berjalan menuju kelas. Dan tanpa ia sadari. Kelas sudah mulai terisi oleh beberapa murid yang mmiliki jadwal piket untuk hari Senin yang cerah ini.

Reno melihat arloji-nya.

06 :05

Ternyata tanpa ia sadari waktu sudah makin cepat. Dan tanpa ia sadari juga sebelah tempat duduknya sudah diisi oleh lelaki bernama Diditㅡ sahabat Reno sejak mereka kelas tiga SMP.

Dan yang jelas. Didit sedang menyalin sesuatu.

"Woy Dit," sapa Reno seceria mungkin.

Reno memerhatikan tugas apa yang sedang Didit kerjakan. Beberapa murid juga ada yang sedang sibuk mengerjakan, sama seperti Didit. Tapi sampai saat ini Reno tak mengetahui apa yang mereka kerjakan.

"Eh No," Didit menengok dan membalas sapaan Reno dengan alisnya.

"Lagi ngerjain apa lo?" Dan satu lagi yang harus kalian tahu, Reno hanya  mengucapkan lo-gue kepada Didit. Mengingat Didit teman yang paling dekat dengannya.

"Nih Biologi susah banget," Didit menggaruk kepalanya yang pastinya tak gatal, merasa frustasi dengan soal yang ia kerjakan.

"Biasaan banget si lo," Reno menduduki kursi yang berada di sebelah temannya yang sedang sibuk itu.

Melepas tasnya. Melihat tugas yang sedang Didit salin. Ya, padahal Didit sendiri hanya menyalin tapi rasanya ikut merasa pusing, sebenarnya yang bikin pusing itu adalah jawabannya begitu panjang.

"Gue juga ada kali. Ngapain lo nyontek ke orang?" Reno sudah terbiasa memberikan jawaban ke orang lain.

Karena memang ia sudah terbiasa. Selalu disuruh geng The Pink grup cheerleaders yang selalu menindas orang lemah. Termasuk Reno.

Jika ada tugas. Pasti diberikan kepada Reno. Dan menyuruh Reno untuk mengerjakan semuanya. Dan jika ulangan. Reno selalu dipaksakan untuk memberikan jawaban yang ia kerjakan. Karena yang juga mereka tahu walaupun kelas berbeda tapi dengan guru yang sama soalnya pun akan sama.

Lewat kertas yang sudah disediakan oleh geng The Pink. Dan salah satu anggota yang paling terkenal adalah REINA.

Cewek manis, cantik, dan memiliki kulit putih. Tapi bersifat, sok kuasa, selalu memimpin jika ingin menindas seseorang termasuk Reno yang selalu merasa tertindas. Pertama yang mengusulkan untuk menindas Reno adalah Reina.

Reno tahu alasannya mengapa. Masa lalu yang belum dimaafkan Reina. Masalah yang belum bisa ia selesaikan sendiri.

Masalah keluarganya, dan dirinya. Seperti sebuah cermin besar yang dipecahkan oleh sebuah batu besar dan tak akan bisa kembali disatukan. Masalah itu begitu menyakitkan jika diingat dan begitu susah untuk diperbaiki.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang