Chapter 13

2.1K 105 0
                                    

Reina sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Walau sedikit berbeda dari biasanya. Karena rambutnya yang dikuncir satu, tak lagi memakai bando dan semacam aksesoris lainnya dan baju putih yang ia masukkan kedalam rok.

Tak ada lagi Reina yang memakai baju ketat dan rok cingkrang diatas lutut. Karena baju yang lamanya telah ia buang karena kotor. Dan ia memakai baju baru yang baru ia beli lusa kemarin dan sudah diberi lambang sekolahnya dilengannya oleh pembantunya.

Ia sedang mengoleskan selai cokelat dirotinya. Setelah itu melipatnya dan memakannya.

"Rein?" Panggil Pangeran saat sudah menyelesaikan kunyahan terakhirnya. "Apa?" Masih mengunyah rotinya. "Gue lagi suka sama kakak kelas," Reina menoleh menatap Pangeran kurang yakin.

"Siapa?" Kali ini ia menunda makannya dan menatap Pangeran tak sabaran. "Temen lo," Reina berdecak kesal. Karena sedari tadi Pangeran berbicara separuh-separuh. "Ya siapa?" Nadanya yang mulai meninggi. "Mmm... Niki," Reina terkejut.

"Niki?" Karena setahunya Pangeran sangat membenci Niki. Karena Niki sangat play girl sama seperti kakaknya.

"Lo yang bener aja deh, bukannya lo itu benci banget sama dia?" Dan juga diantara teman Reina hanya Niki yang paling tidak Pangeran suka. Karena sikapnya yang semena-mena sama seperti Reina.

"Gue juga nggak tau kenapa gue suka sama Niki," sebenarnya Reina ingin membantu Pangeran untuk mendekati Niki. Tapi bagaimana caranya? Karena ia juga sudah tidak dekat dengan teman-temannya.

"Pang maafin gue yah? Gara-gara gue lo jadi nggak punya bantuan buat deketin Niki," ia merasa bersalah kepada Pangeran. Karena bagaimana pun caranya Pangeran sudah sangat sering memberinya saran.

Dan dimana Pangeran sedang membutuhkan pertolongan seperti sekarang ia malah tidak bisa menolongnya.

"Nggak usah kali Rein, gue itu cuma pengen curhat aja. Dan gue nggak minta bantuan lo," semakin Pangeran berbicara seperti. Reina semakin merasa bersalah.

"Lo jangan ngomong gitu dong, gue kan jadi nambah bersalah," Reina memukul lengan Pangeran. Yang membuat Pangeran meringis kesakitan.

"Yaya ampun, udah cepet makannya nanti gue tinggal nih," Reina langsung kembali mengunyah makanannya dengan cepat setelah itu meneguk susu putih dan berjalan menuju rak sepatu yang berada disebelah pintu masuk rumahnya dan mengambil sepatu.

Tidak seperti biasanya ia mengambil sepatu berwarna hitam putih. Karena biasanya ia memakai sepatu bebas. Yang membuatnya sering mendapat poin.

Dan setelah memakainya ia berjalan menuju Pangeran yang sudah menaiki motor besar yang berwarna merah.

----

Reina sedang berjalan melewati koridor banyak sekali pasang mata yang melihat penampilan Reina dari atas sampai bawah.

'Si Reina tumben pakaiannya gak ketat.'

'Ih... gue iri deh sama dia. Pake apa aja selalu cocok liat deh tetep cantik'

'Gila masih cantik banget ya ayang beb gue'

'Gue tau kenapa Reina nggak pake baju ketat'

'Emang kenapa?'

'Kan bajunya dia kan kotor, gara-gara Retna'

Banyak sekali pujian dan hujatan yang Reina dengar tapi ia hanya cuek bebek tak menanggapi.

Ia memasuki kelasnya yang masih sepi hanya beberapa orang yang sudah dateng.

"Hai Devin," Devin adalah ketua kelas Reina yang sedang merapihkan meja guru yang berantakan. Devin hanya menatap Reina heran. Karena biasanya Reina tidak seperti itu.

Reina langsung menaruh tasnya dikolong meja dan mengambil buku pelajarannya untuk ia baca.

"Dar, sekarang ada ulhar nggak?" Sambil membalikkan badannya menatap Dara yang duduk dibelakangnya. Dan karena kemarin Reina tidak masuk dan tidak dapat informasi.

Dara yang mendengar pertanyaan Reina heran. Karena sebelumnya Reina tidak pernah peduli soal ulangan harian karena ia lebih memilih menyontek keteman terpintar dikelasnya.

"Ada sih tapi cuma satu," akhirnya Dara menjawab. Karena memang Dara malas mengurusi urusan orang.

"Apa?" Tanya Reina lagi. "Fisika," singkat padat dan jelas itu lah Dara ia adalah cewek tercuek dikelas Reina tapi banyak sekali yang menyukai Dara. Ada yang menyukainya dengan sifatnya ada juga yang menyukainya dengan bentuk cinta.

Oke kembali ke Reina. Reina pun kembali menghadap kedepan setelah berucap 'terima kasih' kepada Dara dan mengambil buku tulis dan buku cetak biologi dari tasnya yang berada dikolong meja.

--

Tet tet!!

Bel istirahat berbunyi. Yang menandakan ulangan harian Fisika dikelas Reina selesai.

Reina langsung berjalan menuju meja guru dan menaruh kertas lembar yang berisi jawabannya disana. Mitha guru Fisika yang mengajar pelajaran Fisika  dikelas Reina menatap Reina senang. Karena perubahan Reina. Membuatnya tak lagi harus mengeluarkan urat untuk memarahi Reina.

Reina pun kembali menuju tempat duduknya dan membereskan alat tulis yang sempat ia pakai.

Selesai itu ia memasukkannya kedalam tasnya. Dan berjalan menuju keluar kelas untuk pergi menuju kelas Pangeran. Agar ia tak sendirian kekantin.

Ia berjalan dikoridor sampai tiba-tiba ada yang menabraknya dengan sengaja.

Kepala yang semula menunduk kini menoleh melihat siapa pelaku yang sudah menabraknya ini.

"Hai Rein," Niki, Bella, Anya dan Retna. Retna yang menyapa Reina. Ia menatap Reina dengan tatapan membenci.

"Oh jadi lo udah berubah?" Tak kalah tajam Reina menatap Retna dengan benci. Reina langsung menjawab pertanyaan Anya. "Kalian itu maunya apa sih? Gue udah nggak ganggu hidup kalian, sekarang kalian malah ganggu gue," geram Reina.

Semua murid yang berada disekeliling mereka menatap mereka. Ada yang menatap iba kepada Reina ada yang malah mendukung perlakuan Niki, Anya, Bella dan Retna.

"What?! Ganggu hidup lo?!" Dan ternyata suara Retna yang seperti itu membuat semua orang mengerubungi mereka dan menjadikan mereka sebagai bahan tontonan.

"Heh! Dengar ya, lo tadi yang nabrak kita dan lo fitnah kita kalo kita ganggu elo? Ck, ck, ck," Retna menggeleng tak percaya.

Sebenarnya Niki, Retna, Anya dan Bella sudah tahu kalau Reina sedang menunduk. Dan mereka sengaja ralat terutama Retna ia sengaja menabrak Reina karena ingin membuat Reina kesal.

Reina menghela nafas jengah. "Terserah lo," karena ia sudah malas meladeni Retna. Belum sempat ia melangkah menjauh suara Retna membuat Reina yang dulu kembali muncul.

"Dasar pengecut bisanya lari dari masalah!!" Reina langsung membalikkan badannya dan menatap Retna dengan lekat.

Plak!!

Satu tamparan yang meluncur begitu saja dari tangan Reina menempel mulus kepipi Retna.

Semua orang yang menonton terutama perempuan berteriak histeris.

"Bisa nggak kalo ngomong itu dijaga?" ia kembali berbicara dengan nada biasa.

"Nggak," nada ketus Retna keluar. "Oh ya gue baru inget, padahal baru beberapa hari lo bilang sesuatu kegue..."

"Apa yah?" Berpura-pura berpikir.

"Oh ya gue inget, perasaan lo pernah bilang kegue dan kemereka 'Apa temen itu yang ngebuat kebahagiaan gue ancur? Kalian tuh mikir... Kalo Reina itu nggak baik buat kalian, sering keclub, pulang malem,' inget nggak?" ia mengikuti perkataan Retna kemarin dan sambil terkekeh pelan.

Retna langsung melotot sempurna. "Katanya gue itu nggak bener lah, ngebuat kebahagiaan temennya hancur lah, dan sekarang terbuktikan siapa yang lebih ancur dari gue," setelah itu ia langsung berjalan menuju rooftop meninggalkan Retna yang terdiam menatap punggung Reina yang makin lama menjauh dan tak terlihat.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang