Saat ini Reina dan Renata sedang berada dikafe yang berada didepan sekolah mereka. Dan tentu saja mereka tidak bolos. Saat ini Renata sedang menenangkan Reina yang masih mengeluarkan air bening.
Flasback On
Tess...
Tess...
Tess...
Reno mendekati Reina yang masih mengeluarkan air mata. "Lo tau Rein? Hidup lo dan keberadaan lo disini nggak dibutuhin tau nggak? LO ITU UDAH NGEBUAT KEBAHAGIAAN ORANG HANCUR SEHANCUR HANCURNYA!! Termasuk gue yang udah dihancurin sama lo. Dan satu hal lagi gue nyesel udah pernah nolongin dari psikopat. Lo itu kaya sampah yang busuk tapi nggak diambil-ambil ditong sampah. GUE BENCI SAMA LO!! INGET ITU," dan setelah itu kejadian yang dulu terulang kembali.
Membuat hatinya kembali sakit. Reno pergi meninggalkannya yang terduduk lemas dengan kedua telapak tangannya. Yang menutupi air matanya yang terus menetes sedangkan Retna menatap Reina puas. Renata terus menenangkan Reina.
Dan sampai saat itu hatinya yang sudah kering kembali basah. Merasakan perih hatinya yang seperti ditusuk 1000 jarum tajam.
Flasback Off
"Nat... Ini udah kedua kalinya gue sakit hati. Dan pelakunya orang yang sama. Yang selalu mengeluarkan kalimat yang selalu membuat gue putus asa," Reina menghela nafas lelah.
"Apa gue berhenti berharap aja? Gue cape Nat, selalu diginiin. Hidup gue kaya penuh drama banget sumpah," setelah beberapa menit terdiam Reina kembali berbicara. "Mmm... Nat mau nggak lo tolongin gue sekali lagi aja," ucap Reina penuh permohonan.
Renata tersenyum, "Reina kapan pun lo minta tolong. Gue akan selalu bantu lo, walau kita baru kenalan, tapi gue udah nganggep lo sebagai sahabat gue, " mereka berpelukan dengan perasaan yang lega dan bahagia.
---
Sekarang mereka sudah berada didepan gundukan tanah yang diatasnya masih ada bungan kering. "Nat ini adalah satu dari banyaknya mantan gue yang paling sayang sama gue. Dan bahkan dia tau kalo gue nganggep dia sebagai pelampiasan tapi dia tetep bertahan."
Reina berusaha menahan air matanya yang akan keluar. Ia menggigit bibir bawahnya. "Tapi katanya dia sayang sama lo, tapi kenapa kalian jadi mantan?" Renata tidak tahan mengeluarkan rasa penasarannya. Dan kembalilah sifat Reina yang sangat gampang menangis.
Ia kembali menangis. Mengingat mimpinya yang pada saat Farel berpamitan kepadanya. "Dia mutusin gue, bukan karena dia marah. Tapi karena dia nggak mau nambah gue sedih dengan rasa bersalah. Pada saat itu dikantin dia mutusin gue dan ngasih cincin ini," Reina menunjukan cincin yang masih dipakainya.
"Jadi itu cincin yang dikasih sama mantan lo?" Tanyanya yang langsung diangguki oleh Reina. "Dan ada lagi. Gue nyesel udah nyia-nyiain dia. Karena satu surat yang ditulis dia dua hari sebelum dia meninggal ngebuat gue merasa bersalah," Reina mengambil surat itu dari saku tasnya dan memberikannya kepada Renata yang ingin membacanya.
Dan pada saat itu juga Renata menangis. "Rein lo bodoh banget tau nggak," Renata melipat kembali surat itu dan memberikannya kpada Reina.
"Emang, gue itu bodoh...!! Banget. Harusnya dihari terakhir dia gue ada buat dia. Tapi gue malah nyia-nyiain hari itu. Dan lo tau, malemnya gue dimimpiin Farel. Dia pamit sama gue. Dia nyium kening gue, dan gue ngerasa kalo kening gue beneran kecium," Reina menangis tersedu-sedu. Ia mencium nisan yang bertuliskan nama lengkap Farel.
"Dan pada saat itu juga gue nggak mau nyia-nyiain hati orang yang udah cinta banget sama gue," Reina menghentikan tangisnya. Mengusap pipinya yang basah.
"Udah yuk, Nat. Gue mau pulang cape," Renata mengangguk. Mereka berjalan menuju pintu keluar kuburan.
----
Reno sedang memukul dinding dengan tangannya. Yang membuat jari-jarinya menjadi biru. Tidak tahu kenapa, pada saat melihat Reina yang menangis membuatnya menyesal melakukan sifat yang sepertinya sangat kasar. Tapi bagaimana lagi? Reina sudah membuat hidupnya menjadi berantakan. Oke ralat, keluarga Reina membuat keluarganya berantakan.
Walaupun sebenarnya yang salah itu adalah orang tua Reina. Tapi tetap Reina juga yang menjadi anaknya.
"REIN BISA NGGAK SIH SEBULAN AJA KITA NGGAK BERHUBUNGAN JAUH!!"
Bukk...
Sekali lagi ia memukul dinding dengan kakinya. Reno selalu mengorbankan badannya jika dia sedang frustasi. Setelah lelah ia mengganti baju seragamnya dengan baju rumah. Setelah itu membentuk badannya seperti bintang diatas kasur menatap langit-langit kamar.
Kenapa gue ngerasa bersalah ya? Udah ngebuat Reina nangis. Goblog banget sih lo, Reina kan gak tau apa-apa batin Reno.
Kadang ia merasa bingung kepada dirinya yang sangat bimbang. Dia merasa dirinya tak pernah terkontrol. "Bodoh banget sih Lo?!" Ia baru sadar omongannya tadi siang sepertinya sangat kejam. Karena merasa menyesal. Akhirnya ia memilih untuk berganti baju.
Setelah beberapa menit berganti baju, ia memakai jaket adidasnya yang berwarna biru dongker. Ia memakai kaos hitam dan jeans hitam pekatnya. Berjalan mengambil kunci mobil dan berjalan menuju garasi.
----
Sesampainya didepan rumah besar. Pagar besar terbuka menampilkan lelaki paruh baya yang masih memakai seragam hitam. "Eh... Den Reno, Ada apa den?" Tanya lelaki paruh baya yang ternyata adalah supir sekaligus satpam pribadi Reina.
Ia menyilahkan Reno untuk masuk. Reno pun memasuki mobil BMW-nya. Dan berterima kasih kepada satpam sekaligus supir Reina. Reno mengetuk pintu rumah Reina. Terlihat sepi dari luar. "Eh silahkan den masuk saja," Reno langsung mematuhi wanita paruh baya. Tiba diruang tamu ia mendengar tangisan yang terdengar dilantai atas. Karena penasaran Reno mendekat kepusat suara. Dilihatnya Reina yang sedang menangis sambil meremas-remas bangku sofa yang berada dikamar Reina.
"Reno!! Kenapa sih lo nyalahin gue!!" Reina memukul bantal sofa. Tangisannya menjadi deras Melihat itu Reno merasa terpukul. Mengingat kejadian disaat Reno berbicara kasar kepada Reina.
"Rein!!" Panggilnya. Reina menoleh baru menyadari keberadaan Reno disini. Ia menatap tajam Reno. "Ngapain lo disini?!" Dengan tajam ia bertanya. "Pergi sana!! Bukannya lo benci sama gue," Sepertinya sifat kasar Reina kembali muncul. "Rein maafin gue, seharusnya gu--,"
"Pergi!!" Walaupun Reina berteriak. Reno tidak akan pergi. "Maafin gue Rein," lirihnya. Ia mendekat. "Nggak usah deket-deket gue!! Pergi!!" Kali ini Reno berusaha meraih tubuh Reina yang memberontak. "Nggak usah pegang-pegang hiks... hiks...," Dan kali ini Reina tak memberontak. Membalas pelukan Reno. ia merasa sengatan listrik ditubuhnya. Detak jantungnya berdetak begitu cepat. Tapi ia merasa nyaman.
"No kenapa sih lo selalu nyalahin gue," kali ini suaranya melemah. "Maafin gue Rein gue yang salah," Reno melepaskan pelukan mereka. Menatap wajah redup Reina. Dan menghapus air mata Reina yang membuat mata Reina menjadi sembap dan membuat pipi putih dan cabi Reina terasa lengket.
"Sekali lagi maafin gue. Gue yang salah, " Reno kembali memeluk Reina. Dengan sangat erat. Mencium aroma yang khas. Yang sangat ia suka. Reina melepaskan pelukan mereka yang kedua kalinya. "Tapi maaf No, gue nggak bisa maafin lo yang kedua kalinya. Gue udah ngelepasin lo No. Gue cape tau nggak," karena ia lelah selalu memperjuangkan sesuatu yang tidak pasti yang akan ia dapat.
"Lo boleh pulang sekarang kok," Reina sudah pasrah sekarang. Terserah tanggapan Reno apa. "Ya udah Rein gue balik dulu," Reno membalikan badan dan berjalan keluar dengan perasaan putus asa.

KAMU SEDANG MEMBACA
DONT GO
Ficção Adolescente(TAMAT) (Warning! Belum revisi) Reina adalah cewek yang sangat terkenal di SMA BAKTHI sekolah yang sangat terkenal dengan prestasinya dan sangatlah mewah. Tetapi ia sangat memiliki otak yang pas-pasan dan orang tuanya yang memasukinya kearah model...