Reina sedang menyisir rambutnya yang baru ia keringkan. Menatap dirinya dicermin rias yang berada dihadapannya.
Ia menyentuh pipinya yang sempat dicium Reno. Dan tersenyum mengingat dirinya yang bullshing.
Jam baru menunjukkan jam tujuh malam. Reina belum tidur karena ia harus belajar. Walau jika belajar pikirannya terus melayang memikirkan kejadian tadi dimana Reno yang berucap lucu dan Reina yang berucap gugup.
Reina terkekeh pelan. Dan melanjutkan menyisir rambutnya yang semakin hari semakin panjang.
Ia berjalan menuju lemari bajunya. Mengambil sesuatu yang masih ia simpan sampai sekarang. Foto keluarga kecil yang bahagia dan surat kecil dari Stefan untuk Reno.
Dimana saat kejadian itu dan ia belum sadar, surat dan foto itu tak mau lepas dari genggamannya walaupun ia tak sadar. Dan dimana setelah ia sadar sikapnya kepada Reno berubah menjadi Reina yang pemberontak dan susah diatur.
Dan saat itu Reno merasa bersalah dan frustasi dan akhirnya karena keputus asaannya ia merubah hidupnya sebagai cowok lemah yang gampang dibully dan tak memberontak jika seseorang menyakitinya.
Dan jika Reina membullynya. Dan dirinya selalu diam itu karena ia pikir biarkan Reina menyiksanya. Biarkan Reina membalas perlakuannya yang dulu.
Ia sengaja menyimpannya. Dan akan ia beri jika sudah tepat waktunya. Disaat ia sudah malas dan lelah menyiksa Reno.
Mungkin beberapa bulan atau beberapa hari lagi akan ia beri. Jika ia sudah siap. Ia butuh waktu untuk melakukannya.
Reina kembali menyimpan foto dan surat kecil diselipan bajunya yang berada dilemari. Ia berjalan menuju meja belajarnya dan menduduki dirinya dibangku yang sepasang dengan meja belajarnya.
Mengambil buku diarynya yang berwarna hitam yang berada disisi meja dan mengambil pulpen hitam ditempat pulpen yang ia sediakan untuk menyimpan pulpen.
Membuka lembar baru.
Aku sengaja menghindarimu agar engkau mengerti seberapa aku mencintaimu.
Apakah kau mengerti isi hatiku? Apakah kau merasakan yang sama yang aku rasakan?
Disaat kau menyelamatiku dari orang-orang jahat. Hatiku berkata bahwa kau adalah malaikat pelindungku. Tapi aku mengerti itu hanya angan-anganku dan kebahagiaan tersendiri untukku.
Aku bingung bagaimana mengungkapkannya. Dan akan bagaimana reaksimu disaat aku mengungkapkannya? Apakah akan seperti lelaki lain yang menolak mentah-mentah disaat aku mengungkapkannya?
Aku bisu seribu bahasa disaat berada didekatmu. Karena aku sadar bahwa hatiku masih memilihmu.
Reina menutup buku diarynya dann menaruh pulpennya ditempat pulpen dan pensil.
Ia mengambil tas sekolahnya yang berada dibawah meja dan mengambil buku cetak biologinya.
Membaca materi yang akan diajarkan besok.
Sampai suara pembantu Reina menghentikan kegiatannya. "Non makan malam dulu, nyonya dan tuan akan pulang sebentar lagi," bibirnya terangkat membentuk senyum bahagia.
Ia langsung menutup bukunya. Dan berjalan keluar kamar yang pastinya menuju ruang makan. Ia mengetuk pintu kamar Pangeran yang kamarnya berada disebelah kamarnya.
"Pang mamah papah mau dateng!!" Sambil mengetuk pintu kamar Pangeran pelan. "Iya bentar!!" Pangeran pun keluar dengan jeans pendek dan tshirt polos berwarna hitam.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang makan dengan wajah berseri-seri.
"Assalamualaikum," salam Vera-- mamah Reina dan disebelahnya Marcel-- papa Reina yang membawa satu koper.
"Papa!!"
"Mamah!!"
Mereka mendekati kedua orang dewasa itu. Reina memeluk Marcel, tinggi Reina sudah sebatas dada Marcel. Pangeran ia memeluk Vera yang tingginya sudah sebahu Pangeran.
"Anak mamah sudah besar yah," Vera langsung melepaskan pelukannya. Dan menatap Reina yang tingginya sudah sepantar dengannya.
"Tapi Pangeran belum bisa ngalahin tinggi papah," ucap Pangeran penuh dengan nada yang sangat manja. "Bentar lagi juga sama sekarang aja udah seleher papah," Marcel mendekati Pangeran dan memeluknya. Reina pun sama memeluk Vera.
"Mamah kangen kamu nak," masih dalam pelukannya. "Aku juga mah," jika disejajarkan mungkin Reina dan Vera seperti adik kaka. Karena muka Vera yang masih terlihat tiga puluh tahunan dan Reina yang terlihat dewasa juga muka mereka yang hampir sama.
Mereka berempat melepaskan pelukkannya masing-masing. "Pah mah yok kita makan dulu?" Ajak Pangeran yang langsung dituruti oleh mereka berdua. Sedangkan koper sudah dibawakan Pak Tarjo.
---
Reno terlelap ditengah ruangan rahasia miliknya. Darah yang berada ditangannya sudah kering. Luka robek ditangan sedikit besar.
Ia terbangun dengan jarinya yang sangat perih. Ia mencari kacamatanya. "Ahh... Lupa," sambil menepak dahinya pelan. Jarinya bertambah perih jika ia bergerak. "Aww... Ssh.. Sakit banget gila," ia berjalan keluar ruangan meninggalkan pecahan cermin yang berserakan.
Ia mencari tempat P3K dan menemukannya disebelah pintu kamar mandi kamarnya yang menempel dengan tembok.
Setelah selesai menyembuhkannya. Ia langsung berjalan menuju kamar mandinya karena ia belum mandi sejak siang.
----
Reina terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak. Ia berjalan menuju kamar mandinya.
Setelah beberapa menit mandi ia pun keluar dengan pakaian yang sudah rapih dengan dandanan yang sama seperti kemarin.
"Rein bangun," teriak Pangeran dari depan kamar Reina. "Udah bangun kali," saat Reina sudah rapih dan memeletkan lidahnya kepada Pangeran yang berkerut bingung.
Reina makan bersama dengan keluarganya yang sudah lengkap. Setelah selesai ia dan Pangeran pamit untuk berangkat sekolah dan bersaliman.
----
Reina sudah berada dikoridor sekolahnya sampai tiba-tiba.
Brukk!!
Ia menabrak seseorang. Ia mendongak menatap siapa yang menabraknya.
"Reno?" Ia bingung melihat penampilan Reno yang berbeda. "Hai," sapa Reno. "Hai, tapi lo kenapa nggak pake kacamata lo nggak burem?" Tanyanya yang terdengar khawatir.
Reno yang mendengarnya tersenyum. "Gue nggak punya penyakit mata gue nggak min dan plus," jelasnya.
"Hah terus selama ini lo pake kacamata itu cuma boongan?" Reno langsung menggangguk. "Ekhem guys ada yang udah baikkan nih," tiba-tiba saja Retna dan kawan-kawan datang. Reina memutar bola matanya malas.
"Dasar giliran ganteng aja dideketin dulu aja dibully," ketua Retna. "Huwwww....," semua orang yang tak menyukai Reina menyorakkinya Retna dan kawan kawannya yang mendenhar tersenyum kemenangan.
"Diem lo, Retna yang ngaku-ngaku kaka gue, mending lo pergi deh sebelum gue berbuat kasar sama lo," ucapan Reno membuat semua yang mengerubungi mereka terkejut. Pasalnya mereka tak pernah mendengar suara Reno yang berucap ketus seperti itu.
Eh ternyata selain dia berubah ganteng, dia juga jadi dingin ya?
Bisikkan gaib yang terdengar dikuping Reno tapi tak ia hiraukan.
Karena menahan malu Retna dan kawan-kawan pun melewati mereka semua dengan menabrak bahu Reima keras yang membuatnya meringis kesakitan.
"Huwww....," semua yang mengerubungi mereka menyoraki Retna dan kawan-kawan yang sudah pergi dan kembali beraktifitas seperti tadi.
"Lo nggak papa?" Tanya Reno khawatir. "Nggak papa No," Reina tersenyum. "Makasih yah," Reno mengangguk. Reina pun pergi setelah mendengar ucapan Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
DONT GO
Teen Fiction(TAMAT) (Warning! Belum revisi) Reina adalah cewek yang sangat terkenal di SMA BAKTHI sekolah yang sangat terkenal dengan prestasinya dan sangatlah mewah. Tetapi ia sangat memiliki otak yang pas-pasan dan orang tuanya yang memasukinya kearah model...