Chapter 20

1.8K 76 2
                                    

Reina menatap lalu lalang kendaraan yang berada dibawah. Ia sedang berada dirooftop. Ia tidak membolos pelajaran. Bel pulang sudah berbunyi satu jam yang lalu. Dia hanya senang saja berada dirooftop.

Ditangannya hanya ada cincin berlian yang diberikan Farel. Menghela nafas lelah. Melamun sebentar dan sampai tiba-tiba ponselnya bergetar.

"Walaikum salam tante.... Iya ini Reina kenapa tante?...," Tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca. "Iya tante nanti saya kesana...," panggilannya pun terputus.

Ia menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba saja badannya terasa lemas. Pintu rooftop terbuka. "Rein kenapa?" Tanya Reno tiba-tiba dan berjalan menuju Reina yang terduduk lemas masih dengan nangisnya yang tak henti.

"Mama Farel tadi... Hiks... Nelfon gue...," tundanya dan mencoba meredakan tangisannya yang sempat deras. Sedangkan Reno dia berusaha menenangkan Reina dengan mengelus punggung Reina.

"Farel... Dia meninggal...," Dan kembali menangis tersedu-sedu. Reno melotot sempurna dan kembali mengelus punggung Reina. "Tante bilang selama Farel... hiks... nggak masuk dia kesingapur buat.... hiks.... pengobatan penyakit kanker paru-parunya... hiks... dan pas tadi dia pulang dari sekolah dan dia tidur dikamar... hiks... dan pas dibangunin nggak bangun-bangun... hiks... ternyata nafasnya nggak berhembus lagi.... hiks....," Reno langsung memeluk Reina. Reina menangis dalam dekapan Reno.

"Dan tante nyuruh gue buat kesana nanti sore dikuburan deket rumahnya," Dan Reina tersadar saat ia menatap cincinnya. Reno menuntun Reina yang masih menangis menuju mobilnya yang terparkir diparkiran sekolah.

Didalam mobil Reno tak henti-hentinya menenangkan Reina. Karena tangisan Reina semakin kencang saat Reina mengenggam cincin pemberian Farel.

"Udah Rein jangan nangis terus nanti Farel nggak tenang disana," karena Reno merasa bingung. Terhadap Reina yang terus menangis.

"Lo mah nggak ngerti gimana rasanya orang yang selalu nemenin lo nggak ada," bentaknya yang membuat Reno mendengus putus asa.

Sesampainya didepan halaman rumah Reina. Reina pun turun setelah mengucapkan. "No nanti lo jemput gue ya jam empat?" Yang langsung dianggukki Reno.

Dan Reina pun masuk kedalam rumahnya. "Non kenapa?" Tanya pembantunya. Karena khawatir majikannya menangis. "Nggak papa mbok nanti bawain air putih kekamar aku yah...," dan menaiki anak tangga dengan cepat.

"Dia kenapa mbok?" Tanya Vera saat melihat anaknya yang menaiki anak tangga dengan menangis. "Nggak tau nyonya dateng-dateng sudah menangis," jawab pembantunya dan berpamiran menuju dapur untuk menyiapkan air putih dan makanan untuk Reina.

Sedangkan Reina dikamarnya ia sedang membaca isi surat yang diberikan Farel. Karena baginya sekarang adalah waktu yang tepat.

Hai Reina.

Maafin aku yah... aku udah mutusin kamu, tapi aku ngelakuin ini biar kamu nggak begitu sedih.

Kamu pasti baca ini disaat aku udah nggak ada kan? Aku tau sebenarnya kamu baik. Aku tau masa lalu kamu. Aku tau kamu cintanya sama Reno.

Reina tidak kuat membacanya. Ia kembali menangis. Dan kembali membaca isi suratnya walau tak kuat membaca.

Tapi aku tau kamu sangat menghargai perasaan orang. Aku tau kamu yang selalu ganti pacar. Aku beruntung bisa jadi pacar kamu walau hanya sebagai pelampiasan.

Tapi itu tak masalah. Aku bersyukur bisa masuk dalam kehidupan kamu. Oh... iya aku mau ngasih tau kekamu makna cincin itu.

Coba deh kamu pake cincin itu.

Reina kembali menunda membaca surat Farel dan memakainya.

Aku beli cincin itu pas aku mau pulang dari pengobatan penyakit aku disingapur. Pas waktu itu pas aku pengen kebandara. Tiba tiba aku liat cincin itu dipajang ditoko perhiasan.

Aku pikir mungkin itu bagus buat kamu. Walaupun ini nggak seberapa sama perhiasan yang biasa kamu pake. Tapi itu mungkin barang satu satunya buat kenang-kenangan aku kekamu.

Maafin aku yah.... Yang gak bilang-bilang penyakit aku kekamu. Karena aku pikir kalo aku kasih tau kekamu nanti kamu nambah sedih.

Jangan nangis yah
Salam manis
   Farel
    ^_^

Reina menghapus bekas  air matanya. Dan memegang cincin pemberian Farel dan tersenyum. Sampai tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. "Masuk!!" Teriaknya. Pintu kamar terbuka. Mbok Tini pun menaruh piring berisi makanan dan air putih diatas nakas.

"Dimakan yah non?" masih dengan wajah khawatir. "Iya bi makasih," Reina langsung mengambil makanannya setelah mbok Tini menutup pintu kamarnya.

----

Reina sudah siap dengan pakaian serba hitam. Sampai suara klakson mobil membuatnya langsung mengambil tas slim bagnya yang berwarna pastel polos.

Dan berjalan keluar kamar dan berpamitan kepada kedua orang tuanya yang sedang bersantai dihalaman belakang. Setelah itu masuk kedalam mobil BMW Reno yang berwarna hitam pekat yang sangat terawat.

"Yuk," Reno langsung melepas rem tangannya dan mulai mengegas mobil.

----

Reina dan Reno sudah berada didepan kuburan setelah membeli kembang dan air wangi mereka berjalan menuju kuburan yang baru terkubur.

Sesudah menyebarkan kembang ditumpukkan tanah. Ia terduduk lemas dan meremas gundukkan tanah. Ia menangis sejadi-jadinya. Sedangkan Reno memayungi Reina. Sampai tiba-tiba hujan turun semakin deras.

"Rein ayok kita pulang," ajak Reno yang empat kalinya sedikit memaksa. Karena baju Reina terlihat sedikit kotor akibat cipratan air yang menyatu dengan tanah.

Reina terus memeluk  nisan yang bertuliskan nama lengkap Farel. "Nggak mau, lo aja sana," ditengah-tengah tangisnya. "Rein cukup kalo lo terus kaya gini roh Farel nggak akan tenang," mencoba menyadarkan Reina.

"Tapi gue sayang dia," jawab Reina. Karena kesal Reno menarik lengan Reina dengan paksa agar berdiri agar Reina tak kena air hujan. Tapi usahanya gagal. Dan malah membuat dirinya dan Reina basah kuyup karena Reina mengambil payung yang Reno genggam dan membantingnya.

Reina kembali memeluk nisan Farel.

Dan Reno mengantarkan Reina kerumah Reina dengan baju yang sudah kering. Mereka pulang disaat jam menunjukkan enam sore disaat hujan sudah reda dua jam yang lalu.

Dan kering karena sebelum Reno mengantar Reina pulang ia membelikkan sepasang baju tidur yang sempat ia beli dimall dekat rumah Reina dan Reina menggantinya dipom bensin yang tak jauh dari mall itu.

TBC.

Seru nggak sih. Terlalu garing yah... Tapi kata aku sih ini udah bagus. Aku yang buatnya aja sedih. Karena aku orangnya bapera. Wkwkwk... Maafkan aku sobat. Aku lanjut yah... bacanya.

DONT GOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang