GRUBRAK!!
Tubuh Dain menghantam tumpukan bangku dan kursi yang semula tersusun rapi di sudut belakang gudang sekolah. Tubuhnya langsung beringsut jatuh kelantai. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan menatap segerombolan orang yang tadi baru saja melemparnya hingga menghantam bangku dan kursi.
"Siapa kalian? Kalian bukan murid sekolah ini kan?!" hardik Dain. Pandangannya kini mulai tampak tajam.
Salah seorang dari mereka melangkah mendekati Dain. Berjongkok, mengelus pipi Dain lalu menamparnya.
PLAK!!
Tamparan itu sangat keras.
Saking kerasnya tubuh Dain langsung terpelanting mengikuti arah tamparan. Darah segar mulai mengalir di sudut bibirnya.
"Aaagh..." Dain mengaduh.
Orang itu lantas tersenyum miring seakan mengolok.
" Sakit? Kemana lagak songong lo kemarin? Gitu aja udah sakit!!" sentaknya.
Dain mengerutkan kedua alisnya. Menurutnya dia sama sekali belum pernah bertemu sama orang ini. Sejak kapan pula dia punya sikap songong. Dain mulai menyadari sesuatu hal.
"Tunggu deh...mung.." perkataannya terputus.
"Nggak usah banyak alas an!!" teriak orang itu tepat di muka Dain. " hajar!!!" komandonya.
Belum sempat Dain menelan semua sentakan itu, tubuhnya sudah dihujami berbagai macam tinjuan dan tendangan. Ini namanya main keroyok. Mereka sama sekali nggak memberi kesempaTan untuk Dain bernapas. Hingga Dain meringkuk pun masi saja tendangan dan pukulan mendarat dengan seenaknya di badannya.
Dain memang nggak bisa berelahi. Nggak bisa sama sekali.
Yang dia bisa hanya bertahan hingga si biang kerok sesungguhnya yang punya sifat songongnya minta ampun itu dating. Tapi berapa lama lagi.
"Apa dia nggak bisa ngerasaain kalo ini semua sakit banget!....Seharusnya dia udah bisa ngerasa gue dimana!!....." batin Dain.
Hingga akhirnya, kesadaran Dain mulai semakin berkurang dan hingga saat itu juga si biang kerok yang sesungguhnya belum juga nongol. Dain sudah nggak sanggup lagi bertahan. Ini terlalu sakit untuk dtahan olehnya.
Hingga akhirnya kesadaran Dain pun tinggal bebrapa persen. Pandangannya perlahan mulai menggelap. Lalu kemudian telinganya menangkap sesuatu terjatuh dengan cukup keras.
Semua pengeroyok menghentikan aktifitasnya, menoleh kearah sumber suara. Begitu juga Dain, dengan kekuaTan terakhirnya ia berusaha menoleh ke arah sumber suara. Di ambang pintu
Nampak si biang kerok yang sesungguhnya tersungkur berlumuran darah seperti halnya darah yang melumuri Dain.Dein perlahan mengangkat tubuhnya dan mengatur napasnya yang Nampak tersengal-sengal.
" Seharusnya lo sesekali berusaha bales donk, jangan pasrah! Gue nya jadi susah buat kesini cepet-cepet...sakit banget..."cerocosnya pada Dain yang sudah terkapar tak berdaya di lantai. Dein memegangi pula perutnya sendiri yang masih agak terasa sakit lantaran seseorang nampaknya memukul dengan keras di perut Dain barusan.
Orang yang mengkomando pengeroyokan beserta para pengikutnya langsung bengong melihat orang yang baru saja mereka tending dan pukul habis-habisan kini tengah berdiri tegap di ambang pintu. Dengan bloon nya mereka berkali-kali menolehkan kepala mereka kea rah Dain yang terkapar di lantai bersimbah darah dan Dein yang kini sudah berdiri tegab nan gagah yang juga bersimbah darah.
"Nggak usah syok gitu deh. Musuh kalian itu gue, bukan sodara kembar gue" kata Dein nyantai.
Makin syok lah mereka.
" Udah pemanasan kan. Sekarang Tanding yang sesungguhnya. Siap-siap Mampus kalian!!!!" teriak Dein penuh emosi dan mulai merangsek ke arah para pengeroyok Dain.
Dain pun tersenyum tipis saat dari sudut maTanya ia melihat Dein mulai membalas perlakuan para pengeroyok padanya.
Sedetik kemudian pandangan Dain semakin menggelap...dan...lenyap...

KAMU SEDANG MEMBACA
TWINKLE LITTLE BROMANCE (Completed)
Romance(Cerita Ini Dipindahkan Ke Fixxo. Temui aku dan semua karya terbaruku disana ya gays) kembar identik tak selamanya selalu sama. ada dua otak yang memiliki pemikiran yang berbeda. Watak pun jelas sangat berbeda. Apa jadinya bila keduanya memiliki du...