"Permisi-permisi.." seru Dein sedikit lantang agar para ibu-ibu yang tengah ngerumpi di tengah jalan itu menyingkir dari jalannya. "Ini piring berat isinya full!" tambahnya lagi.
Moon dan Tata menoleh kearah Dein yang sudah berdiri di belakang keduanya dengan menjinjing tinggi piring berisi daging barbekyu yang siap di pangga oleh para laki-laki di taman samping rumah.
"Kok malah bengong sih, berat ih!" eluh Dein kesal melihat kedua ibu-ibu rumpi itu bukannya menyingkir malah bengong melihati dirinya.
Moon dan Tata lantas terkekeh lalu menyingkir menepi ke sudut lain. Mereka melanjutkan obrolan yang tertunda karena interupsi anak sulung Moon. Ya itu lah yang terlihat dari sudut pandangan Dein.
"Hhhh..." ia menghela napas sambil berjalan kearah papinya yang juga tengah asik mengobrol sambil membakar beberapa daging, udang, paprika dan lain-lainnya.
"Taruh mana ini Pap?" tanya Dein dari kejauhan.
Ronov menoleh. " Taruh sini aja Dein" ia menunjuk meja kecil yang berada disampingnya. Sebelum Dein meletakkan piring berisi daging itu, ia mengambil sebuah baskom kosong yang sebelumnya mengisi meja itu. Ia mengangsurkannya pada Dein begitu anaknya sudah meletakkan piring berisi daging itu.
Dein menerima baskom itu lalu celingukan. Sebenarnya ia ingin bertanya pada sang Papi soal dimana ia harus meletakkan baskom merah itu. Tapi karena sang Papi sudah kembali sibuk mengobrol dengan sahabat lawasnya, ia pun mengurungkan niatnya.
Ia lantas celingukan sambil memutar badannya. Matanya menangkap sosok Jill yang baru saja memasuki area taman dengan sebuah mangkok kaca besar berisi koktail yang terlihat sangat menggoda tenggorokan.
Dengan sigapnya Dein meletakkan baskom merahh itu di sembarang tempat kemudia berlari menghampiri Jill yang nampak kepayahan membawa mangkok kaca koktail raksaksa itu.
"Kenapa dibawa sendiri sih?" tanya Dein heran sambil mengambil alih mangkok kaca itu.
"Aku bisa kok" sahut Jill berusaha menolak bantuan Dein.
"Bisa apanya. Lo keliatan mau ambruk kebelakang bawa mangkok segede gentong ini!" cecar Dein yang langsung menyahut mangkok itu dan memutar badannya menuju meja yang sudah tertata rapi di tengah taman.
Jill sempat berhenti di tempat sambil memandangi punggu lebar pujaan hatinya yang makin terlihat lebar bahkan berhasil mencetak bentuk otot di balik kaos putih tipis yang ia kenakan. Puas memandangi penampakan otor hot itu, ia pun menyusul Dein.
"Kok lo nggak minta bantu si Milla sih? Tuh anak kemana?" tanya Dein begitu meletakkan si mangkok koktail di tengah meja.
"Lagi nelfon temennya yang di Surabaya" jawab Jill sembari memijat lengan Dein yang sudah bersusah payah membawa gentong koktail tadi.
"Hah? Tau repot begini malah nelfon temen? Ck..."
"Biarin aja lah. Toh ayah sama ibu kita juga sama. Mancep! Ngobrol sendiri-sendiri. Dan Cuma kita yang kerja buat mala mini" seloroh Jill.
Dein terdiam. Lalu mendesah lirih.
"Mau gimana lagi. Maklum aja, mereka kan udah lama nggak reunion" ucap Dein dengan nada pasrah.
Jill mengangguk dengan senyum kecil.
Di sudut lain, kedua bapak-bapak ini tengah membicarakan sesuatu hal yang cukup menyita konsentrasi mereka. Saking kusyuknya dengan materi obrolan keduanya, mereka nyaris beberapa kali hampir menggosongkan daging dan udang yang tengah mereka bakar.
"Kemarin pas reunion akbar, banyak banget yang dateng loh" ucap Radit.
"Oya?" sahut Ronov.
"Hem.. ck, ck, ck... pkoknya ajang pamer banget"

KAMU SEDANG MEMBACA
TWINKLE LITTLE BROMANCE (Completed)
Romansa(Cerita Ini Dipindahkan Ke Fixxo. Temui aku dan semua karya terbaruku disana ya gays) kembar identik tak selamanya selalu sama. ada dua otak yang memiliki pemikiran yang berbeda. Watak pun jelas sangat berbeda. Apa jadinya bila keduanya memiliki du...