Tap tap... Tap tap... Tap tap... Tap tap...
Dain berlari secepat mungkin di koridor rumah sakit yang sangat familiar untuknya. Rasa lelah yang ia rasakan seusai mondar-mandir dengan heli, dari bandara menuju ke kota xxx yang kemudian Keiry sudah di bawa oleh sang Papi. Ia pub harus kembali ke gedung dimana heli itu mendarat dan terbang ke pusat Jakarta dimana keiry kini berada.
Ia berlari hingga dapat menemukan sosok kembarannya dari kejauhan. Sejenak ia merasa lega. Ia semakin mempercepat larinya hingga sang Mami yang tengah berbincang dengan orang tua Keiry menoleh kearahnya
"Dein! Keiry?!" Tanya Dain begitu ia berdiri di hadapan kakaknya.
"Di dalem" Dein menggoyangkan ujung dagunya di sebuah ruang ICU.
Nafas Dain tercekat. Yang semula ngos-ngosan kini makah semakin susah untuk menarik napas.
ICU..
Separah itu kah?..
Entah kenapa ia tiba-tiba merasa ciut nyali. Ia tak siap melihat kondisi Keiry yang jelas terbaring tak berdaya disana.
"Kenapa?" Tanya Dein melihat gelagat aneh kembarannya.
Dain tak langsung menjawab. Ia mengusap kalut wajahnya.
"Kenapa lo diem aja kalau lo tahu Keiry hamil?" Tanya Dain setengah mendecis.
"Lo sendiri?? Gimana lo bisa nggak peka sama cewek lo sendiri yang lagi hamil?? Kenapa mesti gue yang bisa ngerasain??!" Cecar Dein dengan desisan yang penuh kekesalan.
"Seharusnya lo ngomong!" Sentak Dain.
"Keiry ngelarang gue! Dia mikirin karir lo!! Tapi lo nggak pernah mikirin dia!" Tentu saja Dein tak mau di salahkan.
"Seharusnya lo tetep bilang sama gue!" Dain terus mencoba menyalahkan kembarannya.
"Dain! Enough!" Moon datang memisah. "Ini rumah sakit! Jangab bikin keributan!" Tambahnya.
Kedua kembar bersaudara itu sama-sama terdiam kemudian.
"Dain..mami nggak pernah nyangka kamu bisa kayak gitu...tapi mami nggak mau bahas itu sekarang. Yang penting sekarang itu kondisi Keiry. Kamu masuk dan liat dia. Kali aja kalau ada kamu dia mau siuman...abis itu kita bicara bareng sama ortu Keiry!" Tandas Moon yang kemudian sedikit melirik kearah orang tua Keiry yang tengah kalud di salah satu kursi penunggu pasien.
Dada Dain makin sesak melihat kedua orang paruh baya yang seakan tengah saling berbagi kesedihan di sudut ruangan. Ia juga semakin bersalah kepada kedua orang yang sangat baik itu.
"Dain.." panggil maminya lirih, membuatnya tersadar kemudian.
"Hhhh...Dain masuk dulu" pamitnya.
Moon mengangguk
Dain pun berjalan pelan kearah pintu ICU. Ia kemudian masuk yang langsung berpapasan dengan meja para perawat.
Beberapa perawat yang mengenali Dain langsung terkesiap kaget. Senyum cerah memancar dari wajah mereka masing-masing.
Kala Dain dalam kondisi biasa, ia pasti akan membalas senyuman mereka dengan senyuman yang kelewat manis. Tapi sayangnya, perasaan Dain saat ini sangatlah kacau dan tak karuan. Sehingga ia hanya berlalu setelah memakai rompi berwarna hijau dan memakai sendal yaang sudah di siapkan.
"Keiry Syima" ucap Dain menyebut nama lengkap pasien pada seorang perawat yang berada di meja lain.
Yang ditanya tak segera menjawab. Ia malah sibuk membekap mulutnya yang mangap lantaran syok melihat sosok yang tengah bertanya di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINKLE LITTLE BROMANCE (Completed)
Romancekembar identik tak selamanya selalu sama. ada dua otak yang memiliki pemikiran yang berbeda. Watak pun jelas sangat berbeda. Apa jadinya bila keduanya memiliki dunia mereka sendiri? Sang adik yanh notabene artis terkenal dengan puluhan juta fans fan...