Bab V - Don't cry -

802 37 3
                                    

Dua hari sebelum hari masuk sekolah setelah liburan akhir semester.

"Dein gue berangkat!" pamit Dain saat melewati Dein yang lagi nonton film di ruang tengah.

"jangan lupa oleh-oleh pesenan gue!" teriak Dein Tanpa menoleh kearah adiknya yang berlalu di belakang sova yang dia duduki.

Dain hanya diam sambil melangkah menghampiri Maminya yang sudah berada di ambang pintu. Maminya nampak sibuk mengobrol dengan bang Ed.

"Mam" panggil Dain begitu sampai di samping Maminya.

Moon menoleh kearah anaknya.

" berangkat ya!" pamit Dain sambil mencipika-cipiki Maminya dan melangkah pergi.

"ati-ati ya. Kalo ada apa-apa telfon Mami. Jangan lupa pamit ke Papi!" kata Moon melepas kepergian salah satu anak kembarnya.

"iya, nanti Dain telfon Papi di mobil!" sahut Dain sambil membuka pintu  bagasi belakang.

Kemudian masuk kedalam mobil. Disusul Bang Ed setelah berpamiTan terlebih dahulu dengan Maminya.

"dah Mamii!!" seru Dain.

"dah Tante!!!" seru para member EMTIONS yang sedari tadi duduk menunggu Dain di dalam mobil van mereka.

Ketujuh cowok keren itu melambaikan Tanganya begitu Dain menutup pintunya.

Moon membalas lambaian mereka. Mobil pun mulai melaju dan menghilang di pagar tinggi rumah megahnya. Moon mulai berbalik dan melangkah masuk kedalam rumah.

"mereka udah berangkat Mam?" Tanya Dein yang menyadari Maminya sudah duduk di sova sampingnya.

"udah, barusan" jawab Moon yang kini ikuTan nonton film bareng Dein.

"kemana lagi tuh?"

"kaTanya mau ke bali. Kok kamu masih Tanya sih? Kan tadi kamu udah nitip oleh-oleh"

"iya nitip oleh-oleh khas dari daerah yang mau dia datengin. Tapi Dein nggak tau dia mau kemana. Entar deh Dein chat dia soal oleh-olehnya" jawab Dein masih fokus dengan filmnya.

"oh iya Dein. Ntar jam 7 malem jemput Jill di bandara ya?" pinta Mami yang langsung membuat Dein membeku di tempat.

Sunyi sejenak. Lalu perlahan Dein menoleh kearah Maminya.

" kenapa harus Dein? Ada sopir noh!" Tanya Dein serasa menolak permintaan Maminya.

"nggak sopan ah kalo yang jemput Jill itu supir" tolak Moon.

"emang Jill siapa? Anak presiden? Apa yang salah dengan di jemput sama sopir? Sopir juga sopir kita, nggak mungkin bakalan nyasar atau salah rumah" Dein nampak keukeh mencoba menolak permintaan Maminya.

"Hhhh.. kalo aja Dain ada, Mami nggak akan minta tolong sama kamu Dein"

"ya udah, suruh Dain balik buat jemput Jill"

"kamu kenapa sih? Padahal dulu kamu jauh lebih deket sama Jill ketimbang Dain. Kamu nggak seneng Jill tinggal dirumah kita"

Dein terdiam. Nggak mungkin dia bilang alasan utamanya kenapa dia agak keberaTan Jill tinggal disini. Sebenarnya bukan agak keberaTan, melaikan Dein mearasa sangat nggak nyaman tinggal serumah sama Jill.

Bukan berarti Dein membenci Jill, justru karena Dein pernah sangat menyayangi Jill itu lah yang membuat Dein merasa sangat nggak nyaman tinggal serumah dengannya.

"ok! Pokoknya Mami nggak mau tau. Pesawat Jill sampe jam 8 malem di bandara. Kamu yang harus jemput!!" dengan seenaknya Moon mengambil keputusan sendiri dan kemudian langsung bangkit meninggalkan Dein yang masih menatapnya nggak terima.

TWINKLE LITTLE BROMANCE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang