Disaat kenaikan kelas, mungkin bagi sebagian murid ini menyenangkan. Tapi tidak bagi Ara, entahlah ia menyesali memilih Global Mandiri National Highschool.
Sekolah bergengsi, namun peraturannya membuat Ara ingin lenyap.
Satu tahun yang lalu, ia senang bisa memasuki SMA bergengsi dikotanya, setelah melalukan test, alhamdulillah otaknya masih berguna hingga ia masuk ke lingkup sekolah ini.
Satu tahun itu juga, Ara mengenal teman-teman barunya, dan ia nyaman.Tapi entah baguskah atau tidak, Ara tetap dikelas unggulan. Sedangkan teman-temannya? Haduh terlempar kemana saja. Bahkan ia menggerutu saat orang-orang yang dihindarinya, menyasar dikelasnya. Dan peraturan ini yang Ara sama sekali tak suka.
Takdir mempermainkan Ara sepertinya.
Tapi bagusnya, teman-teman sekelasnya saat SMP dulu, terdepak masuk kedalam kelasnya. Ini kabar bagusnya, Ara senang. Sekali.
"Araaa!!" teriakan itu menggema saat Ara masuk dengan tatapan lurus dan datar. Ia tersenyum tipis-sangat tipis, lalu meletakkan tas yang tersampir dibahunya keatas bangku.
"Dikacangin gue ya!" sungut teman SMP nya, oh ayolah, mereka sahabat. Sejak SMP dan kembali bertemu dikenaikan kelas.
Resya Alviona-sahabatnya yang kembali sekelas dengannya menghampiri dengan tatapan bersungut-sungut. Sedangkan Ara hanya mengedikkan bahu acuh, lalu meletakkan bokongnya keatas kursi.
"Apa."
Satu kata pertama untuk Resya hari ini, mirisnya hanya 3 huruf.
"Lo nanya atau apaan sih, bingung gue?" Resya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, gerakan refleks.
Ara hanya mendengus kemudian merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.
"Minggir."
Ara diam, pura-pura tak peduli. Padahal batinnya berulang kali memaki.
"Ih, kok lo ngatur?"
Resya melawan sosok dihadapannya. Ucapan 'minggir' itu dari sosok yang sedang berdebat dengan Resya.
"Ya karena gue duduk disini."
Ara diam, tak membalas. Percuma ia buang-buang waktu untuk meladeni lelaki dihadapan Resya. Mendingan, ia baca wattpad.
Nah itu dia, wattpad memang selalu menjadi kegemaran Ara. Dulu sewaktu SMP, dirinya sangat fanatik dengan wattpad. Ia suka senyum-senyum bahkan tergelak keras-sendiri, disaat tak ada yang lucu disekitarnya. Tapi menurut Ara, wattpad yang dibacanya pasti lucu. Unyu dan gemesin, bahkan beberapa tahun yang lalu teman-temannya mengira Ara gila, gila karena wattpad.
Dan sekarang Ara hanya berharap, jika wattpadnya tak akan membuatnya dicap gila lagi. Ngomong-ngomong, Ara sudah pandai mengontrol ekspresi, tak seperti saat SMP.
"Mana ada lo duduk disini, disini tempat Naya!"
Ara mendesah pelan karena acara membacanya lagi-lagi terganggu. Resya selalu bertengkar, bahkan hanya karena perkara kecil.
"Nah lo tau, terus ngapain lo duduk disitu, nyonya besar?"
Hah, Ara sebenarnya ingin mengantukkan kepalanya ke tembok saking geramnya. Tapi Ara tak melakukan hal bodoh itu, ia hanya diam, lagi lagi diam.
Resya mencebik kesal, "Bapak Alvarez Valderan Prasetya, ini bukan tempat duduk anda. Jadi anda tak berhak mengatur saya, puas?"
Alvarez Valderan Prasetya, sosok tengil yang selalu ingin mengganggu Ara. Sosok yang dihindari oleh Ara. Namanya membuat hati Ara sedikit risih, hingga ia mendongak. Tak tahan dengan keributan yang diciptakan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Home
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Ini tentang Ara. Bagaimana rasanya dikelilingi cowok-cowok tampan yang baik hati dan tulus? Sayang, masa lalu Ara membuatnya terkurung. Hatinya dingin, beku dan seolah mati rasa. Bukan bahagia ketika dia menjadi rebutan orang...