31-Afraid

95 10 83
                                    

Ketakutan itu justru semakin terasa nyata, disaat satu-satunya alasan kamu pergi sekarang tengah bergerak mendekati kita. Aku tak bisa menduga apa yang akan terjadi, namun berjanjilah akan tetap bersamaku disini.

***

Rabu siang, Ara sudah berada di lain tempat. Ya, dia dan semua rombongannya, sudah berhasil menginjakkan kaki di Singapura. Jika Mama dan Papanya, beserta keluarga Naya memilih untuk makan siang di restoran, kini Ara lebih memilih bergelut dengan kasur lengkap dengan selimut juga suhu ruangan kamar hotelnya yang dingin.

Tipikal Ara memang gadis yang gampang lelah. Padahal mereka tak melakukan sesuatu yang melelahkan, hanya ke bandara dan duduk manis di dalam pesawat. Tapi, itulah Ara. Entah darimana rasa capek itu datang menyerangnya.

Sebenarnya, Ara tidak jatuh terlelap. Hanya saja, dirinya terlalu malas bergerak. Seperti sekarang, ia hanya duduk di atas kasur dengan sebuah popmie yang ia seduh beberapa menit yang lalu di genggamannya. Sambil menonton channel TV di hadapannya yang tayangannya itu sendiri sama sekali Ara tak mengerti.

Ara mendesah bosan, tapi ia tetap melanjutkan kegiatan melilitkan mie itu ke garpunya dan melahapnya. Terus begitu, sampai isi gelas styrofoam tersebut kandas.

Sejurus kemudian, ia melangkah untuk membuang gelas tersebut ke dalam tong sampah. Namun saat ingin berbalik, ponselnya yang berada di atas kasur berbunyi melantukan nada dering yang ia setel. Refleks, Ara langsung berlari menjangkau ponselnya.

Naya is calling....

Alis Ara mengerut, ada perlu apa Naya hingga ia menelpon? Bukannya gadis itu sekarang sedang mencari kepuasan lahir dan batinnya—yaitu makan?

Cukup lama terdiam, Ara akhirnya memilih untuk mengangkat panggilan itu. Tetapi gerakannya terhenti saat panggilan itu terputus begitu saja.

Ada gelenyar aneh yang merasuki hati Ara, entah apa, tapi ia merasa gugup seketika.

Mungkin Naya abis pulsa, batinnya mencoba berpikir positif.

Cukup lama berdiri, akhirnya kaki Ara melangkah naik keatas kasur dan mulai menyelimuti diri. Kekosongan disini membuatnya jengah. Beruntung saat bosannya sudah melesak kemana-mana, seseorang memberi notifikasi lewat pesan.

Alvarez Valderan P
Bunga dari siapa nih, hm?

Mata Ara seketika membelalak diikuti ritme jantungnya yang sudah berdentum tak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Ara seketika membelalak diikuti ritme jantungnya yang sudah berdentum tak karuan. Bahkan Ara sendiri tidak bisa mengingat foto itu kapan diambil, lantas mengapa Alva bisa memiliki fotonya?

Foto jaman kapan sih ini?

Mikayla Azahara
Anjir, foto jaman kapan tuh? kok bisa sama lo? HAH? kok bisa? malah muka gue aib banget lagi.

Be My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang