-1.8-

2K 378 51
                                    

Ehe ayo vote dulu








Suga mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa sakit dan tubuhnya terasa lemas. Suga mencium aroma parfum yang khas, dan tentunya ia mengenali pemilik aroma ini.

Suga mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, ia tersenyum. Sebenarnya Suga sendiri tak tau apa yang terjadi semalam. Yang ia ingat hanyalah ia mabuk lalu pergi ke rumah Wendy.

Suga turun dari ranjang milik Wendy. Ia mencari keberadaan Wendy, namun nihil. Suga tak menemukan Wendy baik di kamarnya ataupun di ruangan lain di rumah ini.

Suga melangkahkan kakinya ke arah meja makan, ternyata di sana tersaji sepiring nasi goreng, segelas jus dan ada juga buah-buahan yang sudah di kupas. Di sampingnya ada sebuah catatan kecil yang ditinggalkan pemiliknya.

Abisin makanannya. Aku yakin kamu pasti punya kunci rumah aku kan? Kunci rumah sebelum kamu pergi.

Dan jangan cariin aku!

Suga terkekeh membaca isi catatan itu. Dia tau, walaupun Wendy marah tapi Wendy akan selalu memperhatikanya.

Suga segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu ia akan pergi mencari gadisnya. Wendy Son.

---

Wendy melirik arlojinya untuk yang kesekian kalinya. Ia mengigit bibir bawahnya. Sekarang sudah lebih 10 menit dari jadwal kelas salah satu dosen yang terkenal akan kedisiplinannya.

Wendy mendengus kecewa. Ia akhirnya hanya bisa terduduk di kursi halte. Lagipula jika ia berangkat sekarang, semuanya akan terlambat.

"Son Wendy!"

Wendy mendongak saat ada orang yang memanggilnya. Orang itu tersenyum dan membuka helmnya lalu menghampiri Wendy.

"Lo gak kuliah?" Tanya pria yang sekarang duduk di samping Wendy.

"Udah telat. Lagian percuma juga kalo gue berangkat sekarang." Jawab Wendy sambil mengerucutkan bibirnya.

Pria di samping Wendy tertawa. "Yaudah ikut gue aja." Ajak pria itu. Awalnya Wendy hendak menolak, namun pria itu justru menarik tangan Wendy.

Pria itu menyodorkan helm pada Wendy. Wendy juga mau tak mau memakai helm itu.

Wendy berusaha naik ke atas motor, namun ternyata tubuh Wendy terlalu pendek.

Pria itu terkekeh melihat Wendy yang kesusahan saat berusaha naik ke atas motornya. Pria itu akhirnya turun dan membantu Wendy.

Wendy membelalak saat pinggangnya tiba-tiba diangkat. Wendy hanya bisa memandang punggung pria itu saat sudah berada di atas motor.

"Pegangan." Seru pria itu sebelum menancap gasnya. Awalnya Wendy tak menghiraukan seruan pria itu dan pada akhirnya ia menyesalinya. Pasalnya, pria itu seperti kesetanan menjalankan motornya.

Wendy meremas jaket kulit pria itu, ia juga memejamkan matanya. Wendy terlalu takut untuk melihat aksi pria ini yang menyalip kendaran-kendaraan lain dengan gila.

Angin yang semula berhembus dengan kencang dan menerpa wajah Wendy perlahan mulai hilang. Wendy juga merasakan motor yang ia tumpangi berhenti bergerak. Wendy membuka matanya dan hampir terjungkal saat melihat pria itu tepat di depan wajahnya.

"Aaaaa! Lo ngapain sih ah!" Wendy menggerutu dan pria di hadapannya ini lagi-lagi tertawa melihat ekspresi Wendy.

"Ngapain lagi lo malah ketawa!" cibir Wendy.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang