-2.3-

2K 336 36
                                    

"Kenapa?"

Wendy menengadah saat ada orang yang menegurnya. Ia mengisyaratkan orang itu untuk duduk.

Mark mengernyit melihat tingkah Wendy yang aneh, ia pun akhirnya duduk di hadapan Wendy.

Mark manatap Wendy penuh selidik. "Lo nangis?" Sahut Mark. Wendy mengabaikan pertanyaan Mark dan kembali memainkan sedotan di gelas minumannya.

Mark menghela nafasnya kasar. Ia melipat kedua tangannya di dada.

"Lo nyuruh gue dateng ke cafe ini cuma buat diem-dieman Wen?" Ujar Mark.

Wendy menggeleng.

"Terus kenapa? Masalah Suga?" Tanya Mark, lagi. Wendy membelalak mendengar pertanyaan Mark barusan.

"Lo pikir gue gak tau kalo lo ceweknya Suga? Kalian tuh pasangan terfamous di kampus. Mana bisa gue gak tau." Jawab Mark seolah-olah tau arti dari tatapan Wendy.

Wendy masih bungkam. Sejujurnya ia tak tau harus apa sekarang. Yang ada di pikirannya tadi hanya menghubungi pria yang berada di hadapannya sekarang. Walau Wendy tak tau apa yang ingin dia lakukan, tapi rasanya hanya Mark yang terlintas di pikirannya saat itu.

"Lo tuh pacaran sama orang atau sama bawang? Nangis mulu." Ejek Mark. Wendy memajukan bibirnya kesal.

"Kalo gini caranya, gue kesannya mau nikung Suga tau gak." Mark terkekeh setelahnya.

"Maksud lo?" Tanya Wendy setelah sekian lama bungkam.

"Lo lagi berantem sama cowok lo, dan gue ada di sini sama lo. Kesannya tuh kayak gue pengen nikung Suga." Jelas Mark.

"Emangnya lo mau nikung Suga?"

"Ya enggak lah! Ngapain juga gue nikung dia. Emang cewek di dunia cuma lo doang!" Ucap Mark yang terdengar seperti ejekan di telinga Wendy. Wendy lalu mengendus kasar.

"Eh Wen, kemarin gue liat Suga bareng cewek. Tapi gue yakin ceweknya bukan lo deh."

Wendy terhenyak. Yang Mark maksud barusan adalah Eunbi.

"Dia temen gue."

"Temen kok nikung." Sambar Mark cepat.

"Sok tau lo!"

"Emang gitu kan?"

"Lo tuh gak tau apa-apa!"

"Ya mana bisa gue tau, orang gue aja gak dikasih tau."

Wendy mendecak mendengar kalimat terakhir Mark. Arghhh pria di hadapannya ini begitu keras kepala dan menjengkelkan.

Wendy mendelik ke arah Mark lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Ia menatap Mark.

"Gue siap dengerin kalo lo mau cerita," kali ini Mark yang menyahut.

Sebuah senyuman kecil terbentuk di bibir Wendy. Ia pun mulai menceritakan semuanya. Wendy sendiri tak mengerti apa yang terjadi padanya. Ia dan Mark bahkan baru kenal beberapa waktu yang lalu, namun Wendy seringkali merasa nyaman dengan Mark. Seolah-olah mereka sudah berteman sejak lama.

Mark menyeruput minumannya yang agak dingin sesaat setelah Wendy menyelesaikan ceritanya.

"Lo tau hal yang paling buruk apa?" Mark meletakkan gelas minumannya dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Wendy.

"Apa?" Tanya Wendy.

"Hal yang terburuk adalah berpura-pura membohongi diri sendiri seolah baik-baik saja, disaat orang yang kita cintai mencintai orang lain." Tegas Mark.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang