-1.9-

2K 325 26
                                    

Wendy menyerahkan helm yang baru saja ia pakai pada Mark.

"Lo yakin gak mau mampir dulu?" Tanya Wendy untuk yang kesekian kalinya, dan masih tetap dijawab dengan jawaban yang sama.

Mark menggeleng sambil tersenyum, "Gak hari ini deh Wen, kapan-kapan aja."

"Yaudah deh gue juga gak bisa maksa kan. Thanks ya buat traktirannya." Ucap Wendy yang dibalas anggukan kecil dari Mark.

Setelah Mark pergi, Wendy melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Wendy sempat tertegun saat melihat mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Wendy menghela nafasnya pelan.

Wendy membelalak saat melihat seseorang yang sedang berdiri di depan rumahnya. Dengan sebatang rokok yang orang itu selipkan diantara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Min Suga.

Ia menyeringai saat melihat Wendy yang datang menghampirinya. Ia menghisap ujung rokok itu dan membuang hasil pembakaran tembakaunya melalui hidung dan mulut. Lalu ia membuangnya ke tanah dan menginjaknya.

"Wen." Panggil Suga begitu Wendy benar-benar ada di depannya. Wendy justru malah menatap Suga dingin.

"Kamu ngerokok lagi?" Wendy memekik, Suga malah terkekeh membuat Wendy mengerutkan keningnya.

"Ya gimana lagi. Bibir aku rasanya asem banget gak dapet ciuman dari kamu Wen." Jawab Suga.

Wendy berdecak lalu memutar bola matanya malas. Jadi usahanya selama ini untuk menjauhkan Suga dari barang terlarang termasuk rokok itu sia-sia?

Wendy melangkah melewati Suga, namun langkahnya terhenti saat Suga menahan tangannya.

"Aku mau ngomong."

Wendy terdiam sesaat, nada bicara Suga tiba-tiba berubah menjadi sangat serius. Wendy lalu membalikkan tubuhnya menghadap Suga.

"Di dalem aja." Wendy bisa mati kedinginan jika ia terus berada di luar, maka dari itu ia mengajak Suga untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Wen." Panggil Suga dengan suaranya yang rendah dan berat. Wendy menghembuskan nafasnya pelan lalu menghadapkan tubuhnya ke depan Suga.

"Aku tau aku salah. Aku gak maksud buat nyakitin kamu Wendy, aku bener-bener di jebak." Suga meraih tangan Wendy dan menggenggamnya erat.

Wendy menutup matanya. Ia menghindari menatap mata Suga secara langsung saat ini. Hatinya berkecamuk. Jauh di dalam hatinya, ia sebenarnya sudah memaafkan segala kesalahan Suga. Wendy juga tau kalau Suga memang dijebak.

"Wen." Suga memanggil Wendy yang sedari tadi hanya diam sambil memejamkan matanya.

Wendy membuka matanya. Memberanikan diri menatap manik mata milik Suga. Ada kehangatan yang selalu Wendy dambakan selama ini di sana.

Suga mengecup tangan Wendy. "Aku mohon jangan kayak gini Wen, aku gak tahan."

Wendy hampir saja kembali runtuh ke dekapan Suga, kalau saja ia tak kembali ingat Suga yang tega membohonginya. Hatinya bergemuruh, matanya berkaca-kaca dan wajahanya memerah.

Suga gelagapan melihat perubahan Wendy yang drastis. Ia menangkup kedua pipi Wendy dengan tangannya. Suga mengusap pipi lembut Wendy dengan ibu jarinya.

"Wen, kamu ke-"

"Tapi kamu udah bohongin aku Suga!" tiba-tiba Wendy berteriak. Pertahanan Wendy runtuh. Ia tak dapat menahan air matanya lagi.

"Aku kan udah bilang kalo a-"

"Kan kamu bisa ngehubungi aku dulu kalo emang kamu mau ketemu atau mungkin nemenin Jiae. Aku bisa ngerti itu Ga! Asal kamu punya alasan yang kuat buat ngelakuin itu. Tapi sekarang mana? Kamu bahkan susah banget aku hubungi! Gimana aku gak khawatir coba. Kamu tuh brengsek! Jahat! Jahat! Jahat!" Wendy menangis. Ia memukul dada Suga denga isakan yang masih tedengar jelas.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang