-2.5-

2K 327 47
                                    

-Abnormal-

Aku harap cinta ini seperti mawar, tapi tanpa tangkainya. Agar bisa kau hirup wanginya, tanpa melukai walau digenggam.

○○○


Sepeninggal Eunbi, suasana justru semakin panas. Suga menyilangkan tangannya di depan dada. Sedangkan Mark justru dengan santainya memakan dengan ice cream miliknya. Heol, rasanya Wendy ingin menceburkan Mark ke kolam air mancur yang tadi Wendy lihat. Menyebalkan.

"Gue bayar dulu," Mark baru saja hendak berdiri, namun Suga mencegahnya.

"Gak usah! Biar gue aja."

"Gue aja."

"Yang bayar gue aja."

"Ntar ngerepotin lagi. Gakpapa, gue aja."

"Kan rencananya juga gue yang mau traktir."

"Gak gentle gue jadinya. Gue aja deh."

Wendy hanya mampu menggeleng. Kenapa kedua pria ini malah bersiteru hanya karena siapa yang akan membayar?

"Yaudah kalo lo mau, silahkan." ucap Suga pada akhirnya.

"Loh, katanya lo yang traktir. Kok malah gue?"

"Kan tadi lo nyolot pengen bayarin."

Mark menggeleng, "Gak deh! Lo aja sana."

"Gimana sih lo! Tadi aja nyolot pengen bayarin."

"Ya itu kan tadi, be--"

"Udaahhh!" Wendy memekik.

"Gue aja yang bayar!" Lanjut Wendy.

"Eh jangan!" Tolak keduanya bersamaan. Wendy yang semula sudah mengangkat pantatnya, kini kembali meletakkannya pada kursi.

Suga dan Mark berdiri bersamaan. Mereka saling menatap tajam. Wendy menghela nafasnya kasar.

"Duduk." Titah Wendy yang langsung dituruti oleh keduanya.

Wendy memanggil pelayan kedai tersebut dan meminta bon. Wendy mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyodorkan pada pelayan tersebut.

"Bayar masing-masing. Punya Eunbi udah gue bayar." ujar Wendy kemudian keluar dari kedai ice cream itu.

Mark dan Suga mengerjar Wendy yang sudah berjalan terlebih dahulu. Wendy berjalan sangat cepat, sehingga Mark dan Suga jadi sedikit berlari mengejarnya.

"Wen tunggu!" Teriak Suga.

Bugh

"Aw!"

Tubug Wendy hampir saja jatuh ke depan, jika kedua pria itu tak menahan tubuh Wendy dengan cepat. Bagaimana tidak? Saat Suga berteriak untuk berhenti, Wendy tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Suga dan Mark jadi menabrak tubuh mungil Wendy.

Wendy berdecih lalu menepis tangan Suga dan Mark. Wendy lanjut berjalan mendahului Suga dan Mark.

"Wendy jangan ngambek dong."

"Wen ya ampun!"

Keduanya tak berhenti meneriaki nama Wendy. Wendy mendengus lalu berhenti. Dia membalikkan tubuhnya menghadap dua pria yang sekarang sudah berada di hadapannya.

"Apa? Mau berantem lagi?" sungut Wendy.

Mark dan Suga kompak menggeleng.

"Bukan aku Wen, dia yang mulai." Suga angkat bicara.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang