-3.2-

2.2K 287 26
                                    

Masih dengan perasaan bersalah yang mendalam Suga tetap diam di tempatnya cukup lama. Entah kenapa dia begitu enggan meninggalkan tempat itu.

Suga membuang napasnya kasar. Kakinya berat untuk melangkah. Dia tak tau harus melangkahkan kakinya kemana lagi. Pulang? Bahkan tempat dia pulang sudah pergi meninggalkannya.

"Some people want it all.
But I don't want nothing at all.
If it ain't you baby.
If I ain't got you baby.
Some people want diamond rings.
Some just want everything.
But everything means nothing.
If I ain't got you."

Sayup-sayup Suga mendengar sebuah senandung dari seseorang yang duduk di belakangnya. Apakah ini hanya firasatnya saja? Atau ini memang benar-benar nyata? Suga merasa sangat amat mengenali suara ini. Suara nyanyian yang datang dari orang yang dia cari.

Dengan perlahan Suga membalikkan tubuhnya. Lidahnya terasa kelu begitu dia melihat punggung wanita di belakangnya tadi. Dugaannya bisa saja salah, namun Suga akan memberanikan diri untuk memastikan bahwa dugaannya benar.

Suga mengangkat tangannya, dalam hati ia berdoa semoga Tuhan masih mau memberikan kesempatan untuk memperbaiki semua padanya. Suga menepuk bahu wanita itu.

"Wendy?" panggil Suga.

Wanita itu terlonjak kaget dia segera membalikkan tubuhnya menghadap Suga.

Tubuh Suga membeku. Ternyata dugaannya kali ini tepat. Dia adalah orang yang mati-matian Suga cari di bandara yang luas ini.

"S-suga? Kamu ngapain?" tanya Wendy terbata-bata.

"Aku nyariin kamu," jawab Suga.

Setelahnya suasana begitu canggung. Baik Suga ataupun Wendy tak ada yang berani memulai percakapan lagi.

"Ekhem," Suga berdehem.

"Aku boleh duduk di situ?" lanjutnya sambil menunjuk ke kursi kosong yang berada di sebelah Wendy.

Wendy mengangguk menyetujui. Suga akhirnya duduk di sebelah Wendy. Sungguh suasana yang tidak menggenakkan di saat sepasang mantan kekasih yang kemarin bertengkar sekarang malah duduk berdua di kursi bandara. Konyol.

"Wen," panggil Suga.

"Iya?"

"Aku mau minta maaf sama kamu." ucap Suga kemudian.

Wendy menaikkan alisnya. "Minta maaf kenapa?"

"Aku nyesel udah nyia-nyiain kamu. Aku tau penyesalan itu cuma bakal dateng di akhir. Selama ini aku terlalu bodoh udah ngebiarin kamu sendiri. Aku terlalu egois dengan terlalu mementingkan masalah aku tanpa mikirin kamu yang selalu nunggu aku setiap saat. Aku bener-bener nyesel Wen."

Pengakuan Suga itu cukup membuat Wendy terkejut. Dalam hati ia sangat ingin memeluk pria di hadapannya ini, namun sisi lain dalam dirinya menolak untuk melakukan itu.

"Enggak, gak ada yang perlu disesali. Semua udah terjadi. Aku udah terlanjur tersakiti. Dan kamu udah terlanjur melakukan itu semua," sahut Wendy.

"Semua takdir yang terjadi sudah digariskan oleh Tuhan. Dan garis Tuhan itu tak akan ada yang tahu bagaimana jadinya." lanjut Wendy.

"Iya aku tau itu Wen. Aku bener-bener minta maaf sama kamu. Dan maaf kalo aku kurang ajar, boleh aku minta satu aja permintaan dari kamu?" tanya Suga. Wendy dapat melihat dengan jelas raut penyesalan di wajah Suga.

"Apa?"

"Aku pinta kamu jangan pergi. Bisa Wen?"

Napas Wendy tertahan. Ia bingung harus bereaksi bagaimana. Dengan mudahnya Suga memintanya untuk tidak pergi. Yang Wendy takutkan hanyalah nantinya justru Suga yang akan pergi. Sekali lagi sisi lain dari dirinya menolak semua keinginan terbesar hati kecilnya.

Wendy menggeleng lemah. "Maaf, tapi aku gak bisa."

Suga menatap Wendy tak percaya. Dia lagi-lagi dikecewakan oleh egonya sendiri. Bagaimana bisa dia dengan percaya dirinya yakin bahwa Wendy akan menyetujui ajakannya? Bodoh Min Suga, bodoh!

"Tapi Wen, aku cuma minta kamu buat gak ninggalin aku." Suara Suga sedikit tertahan. Berat rasanya untuk memohon hal yang bahkan ia tau hanya sedikit kemungkinan akan tercapai.

Wendy berdecih.

"Kamu sendiri lupa gimana caranya ngehargain. Tapi minta aku di sini setelah berkali-kali kamu lukain. Sungguh adil kamu ya Ga."

"Aku gak bisa kalo harus kehilangan kamu Wen. Semua kenangan kita, semua yang udah kita lalui bersama itu terlalu manis buat dilupain." ucap Suga.

Wendy menggeleng lagi. "Bukannya kamu sendiri yang bilang kalo kita hidup untuk ke depan? Kita menengok ke belakang hanya untuk mengambil pelajaran yang lalu. Bukan untuk kembali ke belakang dan mengambil semuanya. Karna itu mustahil. Kita hanya bisa mencegah dan memperbaiki."

Suga terpaku. Otaknya dengan keras berkata bahwa usahanya membawa Wendy kembali akan sia-sia. Dan di sinilah Suga merasa sangat putus asa.

"Tapi... kenapa?" desis Suga.

"Karena kamu hanya bagian dari masa laluku. Kamu hanya bagian kecil dari hidupku. Dan kisah kita hanyalah lembaran frasa di masa lalu."

"Aku bakal nunggu kamu sampe kamu mau balik Wen." ujar Suga penuh keyakinan.

Wendy tersenyum, untuk yang kesekian kalinya dia menggeleng pelan.

"Jangan bersikap bodoh sepertiku dulu. Yang mencintai tanpa dicintai, yang menunggu sesuatu yang sebenarnya bukan untukku. Karna itu semua sakit. Kamu gak akan mampu. Kamu tau Ga? Kamu udah nyakitin aku, tapi kenapa aku gak bisa membenci?"

Wendy beranjak dari duduknya. Dia menepuk bahu Suga untuk yang kesekian kalinya. Tak lupa dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya, Wendy perlahan pergi meninggalkan Suga sendirian.

Jadi inilah akhir kisah Suga. Berawal begitu manis, dan berakhir begitu pahit?

Memang benar, cinta itu susah ditebak. Baik rasa ataupun kisahnya.

-Abnormal , annxoel




Fin.
















..

stop sampai sini atau tambah chapter ending/epilog?

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang