-3.1- Special Part : Moonlight

2K 263 9
                                    

Now playing : Heora - Moonlight is Setting





Biarkan merpati yang membawa semua kenangan itu pergi

Biarkan angin yang membawa semua harapanmu padaku

Biarkan hujan yang menghapus rasamu untukku

Karena kita hanya selembar frasa di masa lalu

Wendy POV

Aku sekali lagi memandangi kamarku. Kamar yang sebentar lagi akan kutinggalkan. Kamar ini, rumah ini dan Kota ini mencatat banyak kisah dalam hidupku. Kisah yang tak akan pernah aku lupakan.

Malam itu, Mark tiba-tiba menyatakan perasaannya dan yang lebih mengejutkan adalah dia melamarku. Bingung? Tentu saja! Aku bahkan kehilangan kata-kata saat Mark dengan tulus mengucapkan bahwa dia mencintaiku. Hatiku sakit mendengarnya. Aku tidak tega jika harus membuatnya sakit hati. Dialah yang selama ini selalu berada di sisiku saat aku jatuh. Semua rentetan kejadian yang menimpaku bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Aku harus berjuang mempertahankan hatiku yang rapuh agar tidak semakin hancur.

Keputusanku menerima lamaran Mark bukanlah keputusan sesaat. Aku sudah memikirkannya matang-matang. Dan aku pikir, Mark memang baik untukku dan masa depanku. Tentu saja aku sudah memikirkan semuanya dengan matang. Termasuk kepulanganku ke Amerika.

Aku memutuskan untuk kembali bersama ibu dan ayah tiriku di sana. Aku akan pergi dan menetap di sana. Bukan hal mudah meninggalkan Kota dan Negara yang punya banyak kenangan. Separuh jiwaku ada di sini. Di Kota ini.

Aku akan memulai kisahku yang baru. Kisahku bersama dengan orang-orang yang mencintaiku dengan tulus, yang akan menjagaku dan melindungiku. Akan kututup kisah ini dan kujadikan kenangan berharga di dalam hidupku.

Aku melirik arlojiku. Sudah pukul 11 malam, tapi mataku menolak untuk tidur. Padahal, seharusnya aku merasa lelah sekarang. Apalagi setelah membereskan barang-barangku di rumah ini. Tapi entah kenapa mataku justru menolak untuk tidur.

Pandanganku terkunci pada satu bingkai foto yang belum sempat aku bereskan. Di sana, ada dua orang yang tersenyum bahagia ke arah kamera. Lihatlah betapa bahagianya mereka.

Tanpa aku sadari, air mataku tiba-tiba jatuh. Aku segera menghapus air mata itu. Ah, kenapa juga aku menangis? Ini bukanlah hal yang patut ditangisi Son Wendy.

Sekali lagi aku memandangi foto itu. Aku meraih foto itu agar bisa melihatnya lebih dekat. Aku sungguh merindukan saat-saat itu. Saat dimana aku selalu tertawa bahagia dengan orang yang kucintai. Saat dimana dia selalu menghujaniku dengan cintanya yang seakan-akan tak pernah habis.

Dadaku sesak ketika mengingat semua kenanganku bersamanya. Dia yang jelas-jelas sudah lalai dan mengabaikanku. Dia yang jelas-jelas sudah menyia-nyiakanku. Lalu, mengapa aku terus mencintainya?

Ini gila! Oh hati kumohon bertahanlah. Aku lelah harus menyembuhkanmu yang selalu sakit.

Segera kuletakkan kembali bingkai foto itu. Akupun beranjak menuju jendela kamarku yang sengaja belum ku tutup. Aku memandangi langit malam. Tak ada bintang hari ini. Kemana para bintang pergi? Oh ayolah, aku sendirian di sini. Bahkan para bintangpun tak mau menemaniku.

Aku membuang napasku kasar. Apa aku terlalu jahat untuk Mark? Aku seakan-akan hanya memberikannya harapan palsu. Aku bersikap seolah-olah mencintainya juga, padahal separuh hatiku masih dimiliki oleh orang lain.

Aku memandang langit malam yang gelap. Tak ada apapun di sana selain awan yang tak terlihat.

Entah mengapa pikiranku melayang pada kenanganku malam itu. Malam dimana semuanya terasa indah. Menikmati malam yang dihiasi meriahnya kembang api dengan orang yang dicintai. Bukankah itu sangat menyenangkan? Awalnya kupikir iya. Tapi kata-katanya kembali menusukku. Dia lagi-lagi memintaku menunggu. Lalu apa yang kulakukan selama ini selain menunggunya huh? Aku hampir frustasi saat itu. Aku marah dan kesal padanya. Tapi aku juga tidak bisa meluapkan semua itu padanya. Bodoh! Aku terlalu bodoh!

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang