-2.7-

1.7K 286 11
                                    

"Gue tau penyebab bokap lo meninggal, gue juga tau siapa yang bunuh Eunseo, gue tau pelaku semua teror ini. Gue tau semuanya Min Yoongi."

Suga terdiam. Bagaimana bisa Jiae tau semua itu? Atau jangan-jangan Jiae yang melakukannya? Tapi tidak mungkin. Jika Jiae yang melakukannya, maka Jiae tak akan membocorkan semuanya. Atau ini semua hanya jebakan?

"Gimana caranya biar gue bisa percaya sama lo, kalo bukan lo yang ngelakuin semua itu?"

"Lo inget Song Baekhi? Gue akan sms-in alamat dia ke nomor lo. Dan gue juga akan kirim alamat baru gue ke lo. Kalo gue bohong, lo bisa dateng ke sana dan bunuh gue."

"Alamat baru? Kenapa alamat baru?"

"Yoon, posisi gue di sini gak aman. Gue juga nelpon lo dengan keadaan mendesak. Mereka itu licik. Mereka yang buat gue udah gabung dalam permainan, tapi nyatanya gue juga dimainin sama mereka. Gue bener-bener nyesel udah ngelakuin semua itu sama lo."

Kening Suga berkerut. "Ngelakuin apa?"

"Gue dateng ke kehidupan lo karena gue di suruh sama seseorang. Dia ngancem dan mengiming-imingi gue dengan tawaran menggiurkan. Tapi nyatanya hidup gue malah terancam karena itu."

"G-gue masih gak paham."

"Yaudah lah soal gue gak penting. Lo harus datengin alamat yang gue kasih kalo lo mau kejelasan atas semua ini. Dan satu lagi, jangan lupa perkenalkan diri lo atas nama Min Yoongi."

Pip

Sambungan telpon terputus. Tak lama kemudian sebuah pesan dengan dua alamat di dalamnya masuk ke ponsel Suga. Sementara itu, Suga masih terdiam mematung. Ia masih tak percaya dengan apa yang Jiae katakan. Jadi kedatangan Jiae itu bagian dari rencana orang yang akan meneror keluarga Min? Dan seketika Suga langsung teringat pada seseorang.

"Eunbi? Apa mungkin?"

○○○

Wendy membongkar isi tasnya, berharap menemukan flashdisk miliknya. Ia cukup panik, pasalnya di dalam flashdisk itu ada tugas-tugasnya yang sedikit lagi selesai.

"Kok gak ada sih?"

Wendy menyerah membongkar tasnya, karena memang barang yang dia cari tak ada di sana.

"Gue tanya Seulgi aja deh."

Wendy mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Seulgi.

"Halo Seul, lo dimana?"

"Gue di cafe deket kampus. Kenapa?"

"Gue kesana ya. Tapi gak lagi sama Jimin kan? Bisa-bisa gue jadi kambing conge!"

Terdengar kekehan dari seberang telpon. "Enggak kok tenang aja. Gue sendiri sekarang."

"Oke deh berangkat!"

Tak butuh waktu lama bagi Wendy untuk sampai di cafe itu. Mengingat memang jarak cafenya yang sangat dekat dengan kampusnya, membuat Wendy jadi lebih mudah untuk sampai di sana.

"Kenapa?" tanya Seulgi ketika Wendy baru saja mendudukkan pantatnya di kursi.

"Lo liat flashdisk gue gak?"

Kening Seulgi mengerut, "Flashdisk?"

Wendy mengangguk. "Iya flashdisk gue yang warna biru itu loh. Itu isinya tugas-tugas gue yang hampir selesai. Dan gak bakal keburu kalo misalnya gue harus ngulang tugasnya."

"Kayaknya gue gak liat deh." ucap Seulgi sambil menyeruput jusnya.

"Biasanya kan lo suka liat. Atau enggak biasanya barang gue suka ada di lo kalo gak ada. Kok sekarang ilang ya." Wendy menghela napasnya kecewa.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang