Chapt 6

607 47 114
                                    

Sebelumnya maaf buat Mamarika...

Selamat membaca...





Madeline membersihkan lantai toilet. Ia sudah memulainya kekitar 30 menit yang lalu. Dan benar kata Marc, Anna tak akan datang hanya untuk membersihkan sekolah. Gadis itu benar benar kerja sendirian.

Ada Marc, tapi ia hanya duduk diam di wastafel dangan memasang earphone di telingannya.

Madeline melirik sekilas.

Dasar tak berguna!!!

Gumamnya.


Klonteng....


Gadis itu menjatuhkan alat pelnya. Dan itu dengan sengaja...
Lalu Marc melepaskan earphone-nya dari telingannya. Ia langsung melempar tatapan tajam ke arah Madeline.

"Apa-apa an kau?"

Bagus... memang itu niat Madeline. Ia hanya ingin mendapatkan perhatian dari laki-laki itu. Ia hanya ingin laki-laki itu membantunya. Itu saja...

Apa Marc tak ada belas kasian sama sekali terhadap Madeline?

Tapi Madeline tak kalah tajamnya menatap mata Marc.

"Aku tidak meminta mu untuk menemaniku saja. Tapi setidaknya kau membantuku, Brengsek!" Nafas gadis itu tak beraturan. Bukan karena emosi, tapi karena ia kelelahan.

"Whhoooaa...
Ini salahmu, ingat?
Kau yang membuat masalahmu sendiri, ingat? Kenapa aku harus membantumu?" Marc tergelak.

"Tapi aku memerintahmu!" Teriak Madeline.

"Kau mulai lagi?" Marc membuang nafasnya secara kasar.

"Berhenti memerintahku untuk yang ini! Karena aku tidak akan melakukannya." Marc kembali memposisikan bokongnya dengan nyaman. Ia kembali memasang earphone-nya kembali.

"Brengsek!" Gadis itu tak bisa mengatur nafasnya. Tapi kali ini, karena emosi.

Madeline melanjutkan membersihkan lantai toilet. Terdengar dari luar, seperti ada segerombolan anak yang akan masuk ke toilet. Perlu diketahui. Sekolah ini tidak memisahkan toilet wanita dan pria. Semua itu jadi satu. Bagaimana mungkin sekolah sehebat itu tak memisahkan toilet antara wanita dan pria?
Apa mereka sengaja...?

Langkah kaki itu semakin mendekat. Tapi Madeline tak memperdulikannya. Ia tetap membersihkan lantainya.




"Madeline?" Suaranya sedikit kaget saat melihat gadis yang dipanggilnya membawa alat pel. Ia datang tidak sendirian. Ia membawa semua koloninya.

"F-fred?" Madeline tak kalah kagetnya. Dan itu membuat pipinya menjadi merah.

"Apa yang kau lakukan, sayang?" Fred membelai pipi mulus gadis itu yang sudah memerah. Dan sekarang Madeline merasakan panas di pipinya ketika mendengar laki-laki idamannya memanggil dengan sebutan 'sayang'.

"Dan apa yang kau lakukan di sini, Marc?" Fred mengalihkan pertanyaan nya untuk Marc.

Marc yang ternyata sudah mengetahuinya lebih dulu, ia sudah menampakkan benjolan-benjolan otot yang terlihat di lehernya. Bahkan rahangnya sudah mengeras seperti menahan sesuatu. Laki-laki itu sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Ia tetap menatap Fred tajam dan earphone tetap di telinganya.

Abaikan Marc, Fred beralih pada Madeline lagi.

"Aku senang bertemu dengan mu, Manis." Senyum lebarnya dengan sengaja membuat gadis itu hanyut dan meleleh. Dan apa yang ia katakan tadi? Manis? Itu hanya menambah deritanya karena Madeline tak kuat lagi menyangga tubuhnya. Itu hanya membuat dirinya seperti tak bertulang.

Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang