Mau tanya, itu yang di lengannya Marc apaan sih? Tato kah? Tapi mirip borok... Hahahaha...
Marc memutuskan tidak malam itu dirinya akan ke rumah Madeline. Mungkin hari ini adalah waktu yang pas.
Marc berangkat ke sekolah dengan wajah yang penuh semangat. Ia menghabiskan sarapannya sampai habis.
"Kau kelaparan?"
Julia terus memandangi putranya yang lahap sekali menyantap sarapannya."Aku suka masakan ibu..." Marc menjawab dengan mulut penuh.
Bahkan itu bukan soupy rice, atau pasta, atau sup kental buatan Madeline...
"Berhati-hatilah... Kau bisa tersedak." Ingat Roser. Ia menuangkan air putih ke dalam gelas panjang lalu ia berikan untuk Marc.
"Terima kasih..." Marc meminum air putih itu sampai habis.
"Baiklah... Aku harus berangkat sekarang." Marc berdiri dari kursinya. Ia membenarkan tas punggungnya.
"Marc..."
"Iya?" Marc berpaling pada Julia
"Kau bertengkar lagi?"
"Haa?" Marc tidak tuli. Ia hanya pura-pura tuli saja.
"Kau menghajar Fred?"
Marc menaikan kedua alisnya. Ia nampak berpikir. "Dari mana ayah tahu?"
"Murid-murid..."
"Benarkah itu?" Roser ikut-ikutan.
Marc kembali duduk di kursinya. Ia bisa menjamin, percakapan antara orang tuanya dan dirinya akan berakhir lama.
"Marc..." Tuntut Roser.
"Fine... Fine...
Karena dia pantas mendapatkannya." Marc akhirnya menyerah. Ia mengakuinya. Ia ingin segera mengakhiri percakapan yang menurutnya sangat konyol.Mengaku... dan selesai...
Pikirnya.
Roser langsung menganga dan reflek menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Kau berlebihan, Ibu..."
"Kenapa?" Tuntut Julia.
"Dia hampir saja melecehkan Madeline lagi." Jawab santai Marc.
"Benarkah...?" Roser tambah kaget. Matanya seakan-akan ingin keluar.
"Oh... Ayolah... Bisakah aku berangkat sekarang. Sepulang sekolah kalian bisa melanjutkannya lagi." Ingat, Marc itu sedikit kurang ajar.
"Marc..." Roser memprotes balik.
Marc berdiri. Ia sudah siap berangkat. "Aku sayang kau, Ibu..." Marc dengan kilat mencium pipi ibunya.
"Ohhh..." Roser tersentak karena kaget.
"Lihat anakmu..." Kata Julia.
Marc segera pergi dari jangkauan orang tuanya. Ia tidak ingin orang tuanya terutama Roser meneriakinya lagi sehingga hari baiknya akan tertunda. Yaitu, bertemu dengan Madeline.
Marc ingin membuat pengakuan. Ia sudah memikirkan itu selama semalam suntuk, sampai dirinya susah untuk tidur.
Marc mengendarai mobilnya dengan tenang. Sampai di sekolahan, ia juga sangat tenang. Berbeda dengan kemarin. Marc terus mengumbar senyumnya seperti orang sinting sekarang.
"Waauuu... You look so... Idiot..."
Alex melihat Marc nampak aneh sekarang. Tapi tidak dengan Marc. Malah ia merasa dalam keadaan yang paling baik seumur hidupnya. "Apa rahangmu baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfictie18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...