Madeline mendengar suara yang sangat-sangat ia kenali. Suara itu tak asing lagi di telinganya.
"Whooaa... apa Madeline menyebut namamu sampai tiga kali, hingga kau sudah berada di sini?"
Madeline bisa mendengar dengan jelas dari dalam, Fred mengejek kedatangan Marc yang tanpa diundang seperti hantu. Madeline menggeleng cepat. Ia tidak ingin yang lebih buruk dari ini akan terjadi.
Madeline segera membuka pintunya. Ia melihat dua lelaki yang saling melempar tatapan mencemooh.
O-ooo... perang akan terjadi...
Madeline tidak ingin itu terjadi.
"Enyahlah sebelum hidungmu aku patahkan lagi!" Marc berbicara dengan penekanan. Rahangnya mulai mengeras dan otot-otot di lehernya juga mulai muncul di permukaan kulit putihnya.
Fred tergelak. "Kita lihat, siapa yang mematahkan hidung siapa..." Balas Fred yang tak kalah menakutkan.
"Tidak ada siapa yang akan mematahkan leher siapa...--" Sela Madeline. Suaranya meninggi sehingga membuat lebih garang dari pada suara dua lelaki itu.
"Tunggu... apa yang kalian lakukan di sini?" Lanjut Madeline.
Mata kedua lelaki itu berpusat pada Madeline sekarang. Mereka menoleh dengan cepat secara bersamaan. "Whoaa..." Madeline mengkerut sekarang.
Marc beralih pada Fred. "Untuk apa datang kemari? Kau ingin menjadi pencundang lagi, hah?"
Fred maju satu langkah ke arah Marc. Melihat itu, dengan cepat Madeline menghadang badan Fred yang terlihat sekali lelaki itu ingin adu panco dengan Marc. Panco? Yeah... Madeline memang payah saat menebak...
"Hentikan, Idiot! Apa yang akan kalian lakukan di sini?"
Usaha Madeline berhasil. Tubuh Fred menjadi sedikit menjauh dari Marc.
"Biarkan... aku ingin melihat apa yang akan dilakukan pecundang ini..." Marc berbicara dengan nada yang penuh provokasi.
"Oh... yeah? Coba lihat apa yang bisa di lakukan pecundang ini pada calon pecundang." Fred berseringai. Marc pun juga.
Melihat sekitarnya menjadi tampak mengerikan, dengan keberanian yang apa adanya, gadis itu ingin menendang keluar keduanya. Tapi itu masih dalam pikirannya. Nyatanya, ia tidak punya keberanian untuk itu. "Kau berhentilah menjadi pecundang...--" Madeline menunjuk dada Fred dengan telunjuknya.
"... Dan kau berhenti menjadi pahlawan kesiangan...---" Madeline bergantian menunjuk Marc tepat di hidungnya.
"Aku?" Dengan muka polosnya yang menggemaskan Marc mengikuti menunjuk hidungnya.
"Go to hell..." Madeline sudah sangat geram. Semoga Madeline tidak besar kepala. Ada dua laki-laki tampan yang sekarang bertengkar karenanya.
"I'm quit..." Sanggah Fred.
"Ohh... i dont trust you...! Marc menggeleng tak percaya.
"Siapa kau?!" Fred melotot. Kedua laki-laki itu nampak konyol sekali.
"Apa kalian termasuk nokturnal? Ini sudah malam." Suara Madeline menginterupsi. Ini sudah malam. Madeline ingin ketenangan. Ia ingin segera pergi beristirahat. Yeah, tidur dan bermimpi ada dua pangeran tampan perang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkannya.
"Baiklah... aku akan pergi jika si keparat ini pergi terlebih dahulu."
Fred menggigit kulit pipi bagian dalamnya. Ia melempar tatapan tajam ke arah laki-laki itu. "Semua baik-baik saja sebelum kau datang..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfiction18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...