Chapt 20

591 25 34
                                    

Pertama kali, pengalaman pertama, dan entah bagaimana Madeline menyebutnya. Tapi ia tidak bisa jika harus tidur satu ranjang dengan lawan jenis... dengan Marc Marquez... dengan laki-laki termesum yang pernah ia temui. Walaupun ada Fred, tapi Fred ia masukan dalam kategori bajingan, biadab dan sejenisnya.

Dengan susah payah Madeline menelan ludahnya. Tubuhnya bergetar saat membayangkan dirinya tidur dengan laki-laki macam Marc. Walaupun ia tahu, sesuatu yang ada pada laki-laki itu sangat mengganggu benteng pertahanannya.

So hot...

Gadis itu menggeleng cepat untuk mengembalikan dirinya ke alam sadarnya.

"Aku akan memakainya jika kausku sudah mengering."

"Terserah kau..."

Madeline masih berdiri tanpa menggerakkan kakinya. Ia tetap mematung dan hanya matanya saja yang bergerak ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Yang penting ia bisa mengalihkan apa yang ada di pikirannya.

"Apa yang kau lakukan di sana?" Marc menatap Madeline merasa aneh. Dan itu membuat gadis itu melangkahkan kakinya dengan pelan mendekati ranjang. Lalu ia menjatuhkan bokongnya di sana dengan perlahan.

Marc maraih handuk bersih yang sudah disiapkan penginapan di sana. Ia mengusap rambutnya dengan handuk itu.

Madeline mengalihkan matanya dari pemandangan yang bisa membuatnya tak berdaya. Ia mencoba menenangkan pikirannya dari pikiran-pikiran 'aneh' yang sempat melintas di otaknya.

Brukkk...

Madeline menjingkat ketika handuk tiba-tiba dilempar ke arahnya.

"Pakai handuk itu untuk mengeringkan rambutmu. Jika samakin hitam rambutmu, jangan salahkan diriku jika aku 'lepas kontrol'." Marc berbicara dengan wajah datar. Dan itu sulit untuk Madeline menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tidak ingin apa yang dikatakan Marc terjadi, gadis itu segera mengusap rambutnya dengan handuk agar cepat mengering dan rambut cokelatnya akan kembali.

"Ada apa dengan mu?" Marc berjalan ke arah ranjang dan duduk di sisi ranjang yang berlawanan.

"Apa?" Madeline tetap mengusap rambutnya.

"Hei, kau tidak banyak bicara..."

Mata mereka saling menatap.

"A-aku...-"

"Kau takut?" Marc menertawakan Madeline.

"Y-yeah...
Tapi bukan seperti itu," pipi Madeline memanas. Pipinya memerah.

Marc memiringkan  senyumnya.

"Aku tidur dulu," Marc membenarkan letak bantalnya.

"Apa kau tidak kedinginan?" Tanya Madeline.

"Ada selimut dan ada kau di sampingku. Pipimu memerah, dan aku yakin kau sekarang merasa 'panas'," Marc mencoba menggoda Madeline.
Tapi gadis itu hanya membuang muka untuk menghindari tatapan Marc yang sekarang mengamatinya.

"Tutup mulutmu!" Madeline juga membenarkan bantalnya. Hanya hitungan detik, gadis itu sudah berbaring dan menarik selimut untuk dirinya.

Marc hanya mengerutkan keningnya. Setelahnya, ia mengikuti gadis itu yang sudah terlebih dahulu berbaring memunggunginya.

Marc menarik selimutnya. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut sampai leher.

Lampu kamar memang sengaja tidak dimatikan. Semua itu karena Madeline yang terlalu paranoid dengan pikiran-pikiran negatifnya.

Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang