Marc terlalu berlebihan. Seketika ia menginjak pedal rem secara spontan. Sehingga Madeline hampir terjungkal tapi masih aman karena sabuk pengaman. Dan sekarang mobilnya berhenti.
"Kenapa kau ini?" Madeline sangat kaget. Jelas kaget. Ia hampir terluka karena Marc.
"Apa besok ada mata pelajaran matematika lagi?" Marc membelalakkan matanya.
"Tidak."
"Lantas?" Ia menatap dengan tatapan mengintimidasi pada Madeline.
"Aku dihukum harus membersihkan sekolahan gara-gara kejadian di kantin." Jawab Madeline dengan santainya.
"Kau yang dihukum. Jangan membawaku ke dalam masalahmu." Marc sudah bertanduk.
Madeline memutar bola matanya dengan malas.
"Atau...-""Kau mengancamku lagi!" Marc sudah memotong apa yang akan dikatakan gadis itu. Karena ia tahu gadis itu ingin mengatakan apa. Dan sekarang giliran Marc yang memutar bola matanya.
"Kau tak punya senjata lain, hah?" Marc manajamkan tatapannya.
Madeline hanya tersenyum sengir untuk meresponnya.
*****
Roser, ibu Marc menyiapkan makan malamnya di meja dengan senyum manis menghiasi bibirnya. Ia menghidangkan pasta khusus untuk anak tunggalnya. Marc sangat menyukai pasta apa lagi pasta itu buatan ibunya.Suara langkah menuruni tangga. Dan itu Marc. Marc baru saja dari kamarnya. Ia terlihat lebih segar. Dengan rambut yang masih basah, dan siapa yang melihatnya pasti akan tahu apa yang baru saja ia lakukan.
"Kau sudah mandi?" Tanya ibunya yang masih sibuk menata makan malamnya.
"Sudah." Marc berjalan mendekati ibunya dan mengecup rambut belakang ibunya.
Lalu ia duduk di kursi."Pasta, hah?" Ucap Marc dengan riang.
"Kesukaanmu." Ibunya duduk di sebelah anaknya.
Marc melihat ke sekeliling. Ia tak menemukan apa yang ia cari.
"Mana ayah?"
"Jul--"
"Kenapa, Marc?" Julia memotong ucapaan istrinya yang hendak ingin memanggil. ia berjalan mendekati meja makan. Lalu duduk di ujung meja.
Marc menatap ke bawah, ia berpikir sejenak.
"Tidak ada."
"Cepatlah makan." Suruh ibunya.
Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Marc tanyakan pada ayahnya. Tapi ia sendiri juga bingung alasan apa yang ia gunakan saat ayahnya bertanya kenapa ia menanyakan tentang Madeline.
Ya... Marc ingin bertanya tentang Madeline.
Tapi pada akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
.
.
.
.
.
."Duniaku sudah habis saat dia mulai datang!"
Marc mendengus kasar di meja belajarnya. Ia sangat geram dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Baru pertama ini ia dikendalikan seseorang yang sebenarnya seseorang itu adalah gadis yang masih ingusan.
"Licik!!!
Fuck...!!"Ia mengacak-acak rambutnya dengan kasar mengingat ia harus mengikuti perintah dari Madeline.
Drrrrttt.... drrrttttt...
Ponsel yang ia taruh di sebelah lengannya bergetar. Ia mendapat satu pesan baru.
Marc mengerutkan dahinya.
"Dia lagi?
Kali ini apa lagi?" Gerutunya kesal.Siapa lagi jika bukan dari si gadis ingusan, Madeline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfiction18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...