Akhirnya Madeline mau dibujuk pulang bersama laki-laki itu. Walaupun membujuknya membutuhkan waktu yang lama dan sangat sulit.
Marc menatap sekilas ke arah Madeline dengan menyetir. Ia memperhatikan gadis itu yang sejak tadi hanya diam termenung saja.
Marc menggeleng pelan tak percaya kejadian seperti itu akan terjadi. Tapi ia bisa memahami bagaimana perasaan gadis itu sekarang.
Berhenti di depan rumah Madeline. Marc menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menyiapkan beberapa pembicaraan untuk Madeline. Dan setelah itu, Marc berpaling pada gadis itu.
"Semoga harimu besok menyenangkan..." Marc mengucapkannya sangat hati-hati. Ia takut jika perkataannya diabaikan.
Madeline menoleh. Ia memaksakan sebuah senyuman tipis di bibirnya. "Terima kasih."
"Jadi... besok aku masih bisa menjemputmu?"
"Aku sudah membebaskan mu. Harusnya kau senang, bukan?"
Marc melihat ke arah bebas. Ia nampak seperti berpikir.
"Aku hanya ingin melakukannya.""Kau merasa kasihan padaku?"
"No, kau terlalu tangguh untuk kukasihani."
Gadis itu menyipitkan matanya,"Lalu?"
Marc menarik nafasnya dalam-dalam. Lalu ia berpaling pada mata Madeline yang sudah lebih dulu menatapnya.
"Karena aku sudah biasa denganmu--mengikutimu."
Mereka saling manatap. Tapi pada akhirnya gadis itu menyerah. Ia mengalihkan matanya ke bawah. Tanpa berkata, Madeline membuka pintu. Tapi sebelum ia keluar, Madeline menoleh ke arah Marc.
"Jam 8... jangan sampai kau terlambat."
"Tentu..."
Madeline turun dari mobil. Lalu ia berjalan pelan menuju rumah. Marc yang melihatnya, merasa cukup senang. Apa lagi gadis itu sudah bisa meredam amarahnya.
*****
Marc sudah sampai di rumahnya setelah mengantar Madeline. Ia berjalan menuju tangga."Marc..." Roser memanggil. Dan Marc menghentikan langkahnya untuk bertatapan langsung dengan ibunya.
"Apa?"
"Kau dari mana saja?" Roser sudah berdiri di dekat Marc.
"Madeline."
"What happened?"
"Nothing," Marc melanjutkan langkahnya.
"Ayahmu sudah menceritakan apa yang terjadi hari ini. Bisakah kita berbicara sebentar?"
Perkataan Roser dapat menghentikan langkah Marc, dan membuatnya berpaling pada ibunya.
"Di kamarku," Marc menyetujuinya. Dan Roser mengembangkan bibirnya.
Mereka berjalan menaiki tangga ke kamar Marc. Roser ingin berbicara empat mata bersama anaknya. Mereka masuk ke dalam kamar, lalu Roser menutup pintunya.
"Katakan..." Marc sudah duduk di tepi kasurnya. Dan Roser juga sudah berdiri di depannya yang berjarak 5 langkah dari Marc.
"Kau sudah mengetahuinya semua," Itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan dari Roser. Dan anaknya menundukkan kepalanya. Ia kesulitan untuk menjawab.
"Marc, 5 tahun yang lalu aku sama sepertimu. Aku sama sekali tidak bisa menerima kenyataan ayahmu yang sudah berselingkuh dariku. Aku marah, bahkan aku memilih untuk pergi mengajakmu dari rumah. Tapi ayahmu mencegahnya, dan mengatakan jika dia menyesal, bersalah, khilaf, dan lainnya...--" Roser memberi jeda untuk menarik nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Hayran Kurgu18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...