"Kau mengusirku? Kau serius?"
"Pergilah!
Kau hanya mempersulitku saja." Marc melempar bantal ke arah Alex dengan kasar."Auuw..." Alex menghidar dengan gaya yang berlebihan--seperti perempuan. Padahal Marc yakin, itu tidak akan sakit.
"Cepatlah!" Marc membentak dengan nada bercanda. Tapi Alex hanya tergelak, lalu meninggalkan temannya di dalam kamar bersama gadis yang dari tadi tersiksa karena libido-nya.
Alex sudah pergi entah kemana. Sekarang Marc tinggal mengambil keputusan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Masih berdiri di dekat ranjang, berpikir dan masih memandangi pemandangan yang--indah--sekali.
"Marc... kemarilah!
Ahhh... apa kau tega melihatku seperti ini?" Madeline gelisah, mendesah dan merengek. Masih dalam keadaan yang hampir telanjang dan itu membuat Marc marasa sedikit kagum dengan badan kecil indah milik gadis itu."Kau--
Fuck!"Marc membuang muka dan berbalik membelakangi Madeline yang masih menggeliat di atas ranjang. Berdiri di depan lemari, lalu membukanya. Mengacak-acak isinya untuk menemukan baju atau kaos dan sejenisnya. Marc menarik dengan asal tumpukan baju itu, dan ia mendapatkan kaos berwarna putih dengan ukuran jumbo. Berpikir itu bisa digunakan Madeline tanpa menggunakan bawahan. Baju itu cukup untuk menutupi paha mulusnya.
"Come to daddy, dear. I will dress you up..."
Marc menyeringai kegirangan dan sedikit--cabul. Ia berjalan ke arah kasur lalu menaikinya.Madeline nampak senang, ia juga mendekat ke arah Marc dan memeluknya.
"Ayolah..." Goda Madeline.
Marc hanya bisa menelan ludahnya. Ia tak ingin lebih terhasut lagi oleh godaan-godaan dari Madeline. Apa lagi ciuman gadis itu sudah menjalar ke leher dan telinga Marc.
"Marc..." Desah Madeline.
Ini adalah hal yang tanpa di duga oleh Marc. Kaget, senang dan bernafsu. Tapi tak ingin lebih terhasut lagi, Marc sekuat mungkin menahan hasratnya untuk membalas semua perbuatan gadis itu. Ternyata obat perangsang yang diberikan Fred bekerja dengan sangat ampuh dan membuat Madeline liar tak terkandali.
"Diamlah!" Marc mendekap tubuh Madeline dengan kuat, menahan agar gadis itu tidak bisa bergerak. Tetap meronta, tapi Marc masih bisa mengatasinya. Marc memasukan lubang kaosnya melewati kepala Madeline. Lalu ia masukan lubang lengan ke tangan Madeline secara bergantian.
Selesai...
Marc bisa bernafas lega sekarang. Marc menjauh, ia turun dari kasur dan berdiri di dekat sana."Marc... temani aku. Kau mau kemana?" Madeline terus mendesak dan terlihat sangat bergairah sekali.
"Setelah kau benar-benar sadar aku akan menurutimu, oke."
Marc sendiri tidak tau, ia mencoba menenangkan gadis itu atau menenangkan dirinya sendiri. Madeline memang sangat menguji hawa napsunya. Setidaknya Marc dibuat tersadar saat mengingat tujuannya datang ke rumah Fred, yaitu membantu Madeline dari laki-laki bajingan seperti Fred.
"Aku akan ke bawah. Aku butuh kopi. Kau mau?" Ucap Marc santai.
"Aku mau kau!" Madeline masih mengerang dengan menggigit bibir bawahnya dan terlihat sangat menggoda.
Akan ku balas semuanya setelah kau tersadar...
Lagi-lagi Marc mencoba mengendalikan dirinya sendiri. Ia segera berpaling dari gadis itu, berjalan mendekat ke arah pintu.
"Marc... kembalilah..."
Marc mengabaikannya--terpaksa. Marc keluar dari kamar Madeline. Menutup pintun lalu menguncinya. Ia hanya tidak ingin mendapat resiko apabila gadis itu keluar dan menggodanya lagi. Marc tak ingin itu terjadi. Jika iya, mungkin Marc juga sudah tidak bisa mengendalikan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfiction18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...