Chapt 25

421 32 22
                                    

Madeline terkesiap. Ia susah payah menelan ludahnya. Sama sekali sulit dipercaya, apa yang ia takuti sekarang ada di depannya.

"F--Fred?"
Suara Madeline bergetar. Ia menggigil sekarang. Padahal sekarang dirinya tidak merasa kedinginan.

Fred berjalan mendekat ke arah gadis itu. Ia tersenyum miring saat melihat Madeline sangat ketakutan.

"Aku merindukanmu, Madeline... Sangat..." Bisik Fred tepat di telinga gadis itu.

"Back off...!" Suara Madeline melemah. Keringat dingin mulai menjalar pada tubuhnya. Ia tidak bisa meredam rasa takutnya sekarang. Sangat payah...

"Ssssstttt... Aku sangat memikirkan mu. Sungguh..." Dengan mudahnya Fred mengendus wajah Madeline.

Rasanya, Madeline ingin menghantam kepala Fred dengan tasnya. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia terhimpit antara tembok dan Fred. Posisi yang sangat tepat untuk mengintimidasi seorang gadis. Lagi pula Madeline juga tidak ada keberanian untuk menghantamnya.

"Aku akan berteriak..." Madeline bergetar lagi. Alih-alih ingin berteriak, tapi suaranya malah melemah.

Sial...

Madeline terlihat seperti gadis idiot sekarang.

Baiklah...

Menutup mata adalah pilihan yang tepat untuk Madeline sekarang. Ia sama sekali tidak ingin melihat wajah bajingan macam Fred.

Itu membuat Fred tergelak. Ia sedikit menjauh satu langkah dari Madeline untuk mengetahui bagaimana ekspresi gadis itu secara keseluruhan. "Jangan menyibukkan diri untuk berteriak. Karena aku akan kembali ke kelas. Aku hanya merindukanmu, Sayang."

"Pergi kau..." Madeline membuka matanya saat mengetahui Fred sudah memberikan jarak untuknya.

"Sampai jumpa... Sayang."

"Bajingan..." Gumam Madeline yang masih ketakutan. Dan nafasnya masih kembang kempis belum beraturan.

Fred tersenyum manis sebelum ia pergi meninggalkan Madeline di lorong itu. Senyum yang dulu pernah membuatnya terlena kini membuatnya muak.

Fred sudah tak terlihat. Tapi rasa takut masih belum hilang darinya. Madeline melihat kesekelilingnya. Sepi dan sangat menakutkan. Ia baru sadar, tempat sepi untuk saat ini tidak cocok untuk nya.

"Aku tidak ingin menangkan diri di tempat terkutuk ini..." Madeline benar-benar menyesal dengan keinginannya untuk mencari tepat sepi.

Dengan langkah gontai , gadis itu berjalan ke kelasnya. Kejadian yang baru saja terjadi akan membuatnya semakin ketakutan dan trauma.
.
.
.
.
.
.
.
Kriiiiinggg...

Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk tak terkecuali Marc dan teman-temannya. Marc berjalan santai mengarah ke mejanya. Ia duduk bersandar dengan bersedakap menunggu gurunya.

"Kau yakin, Marc?" Tanya Alex yang duduk di belakang Marc. Ia mencondongkan badannya ke depan untuk bisa berbicara dengan Marc lebih jelas lagi.

"Sangat yakin... Beruntung dia mempunyai ayah yang cukup bisa menanggung malu untuk anaknya. Tidak seperti Julia." Sedikit mencurahkan isi hatinya.

Marc tersenyum simpul. Dan Alex kembali memposisikan dirinya seperti semula.

"Selamat pagi..." Sapa Mrs. Nial yang tiba-tiba masuk ke kelas. Semua berseru.

"Hhaaaaaaa..."

Semua menatap ke satu titik. Pasalnya kedatangan seseorang membuat mereka tak percaya.

Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang