"Apa yang terjadi?" Madeline nampak khawatir melihat perubahan raut wajah Marc yang mendadak memucat.
"Siapa yang menelepon? Ibumu?" Tanya Madeline lagi karena Marc tak merespon dengan raut wajah yang sama.
"Marc..." Madeline menggoyangkan lengan Marc agar laki-laki itu menjawab dan berhenti membuatnya penasaran. Dan itu membuat laki-laki itu menatap mata Madeline dengan datar.
"This is bad new's..."
"Oh... C'mon... Cepat katakan! Apa yang terjadi?" Madeline tidak sabar.
"Fred...
Fred yang meneleponku."Mendadak wajah Madeline memucat. Ia ketakutan.
"F-Fred?" Suara Madeline bergetar. Badannya melemas. "Ohhh..." Gadis itu kesusahan untuk bernafas.
"Made..." Marc penopang tubuh Madeline agar tidak jatuh.
"Marc... Apa yang akan aku lakukan ?" Badan Madeline kembali menegak. Ia benar-benar takut sekarang. Ia panik bercampur gugup.
Gadis itu memegangi pelipisnya. Mendadak ia merasakan pusing.
"Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja."
"Kau tahu apa yang terakhir kali dilakukan si brengsek itu? Dia menusukku!" Suara
Madeline meninggi. Matanya sudah berkaca-kaca saat mengingat kejadian paling buruk selain kematian ayahnya."Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Percayalah. Tangan sialnya tidak akan bisa menyentuhmu."
Ada rasa tentram pada diri Madeline saat tangan kekar Marc memeluk tubuhnya, dan degupan jantung Marc membuat gadis itu semakin tenang untuk sementara ini... sementara.
"Tenang... semua akan baik-baik saja." Tangan Marc mengusap pelan rambut Madeline. Dan satu tangannya mendekap tubuh gadis itu dengan erat.
"Apa kau yakin?" Tanya Madeline lirih. Ia ingin lebih meyakinkan dirinya sendiri.
"Yeah..." Marc meyakinkan.
Ada yang salah pada diri Madeline. Ia merasa jika terus 'seperti ini', rasa aneh akan datang menghampirinya lagi dan lagi.
"Aku ingin mandi..." Madeline mencoba mengganti topik. Ia juga ingin mengalihkan isi pikirannya yang aneh.
Seketika Marc merenggangkan jaraknya dengan gadis itu. Satu alisnya terangkat dan senyuman miring terlukis di wajahnya. "Kau ingin aku temani?"
"Ohhh... Back off....!!!" Madeline meninju perut Marc.
"Oouuww..." Pekik Marc berlebihan. Padahal Madeline yakin tinjuanannya tidak sakit.
Madeline beranjak dari pelukan Marc. Ia kembali meneruskan tujuannya sebelumnya. Yaitu berjalan ke lantai atas dan pergi mandi.
"Kau yakin?" Marc menawarkan diri lagi.
"Jika itu kau lakukan, kupastikan kau akan menyesal." Madeline tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang.
"Kutunggu kau di bawah. Mandilah yang bersih dan tetap gunakan sabun krisanmu." Marc mengeluarkan cengiran cabulnya. Tapi tetap... Madeline sama sekali tidak tertarik untuk menoleh ke belakang.
*****
"Apa Marc tidak pulang?" Tanya Julia pada Roser. Julia sekarang sedang bersantai duduk menonton TV."Entahlah..." Sedangkan Roser dengan wajah kesalnya berdiri di depan meja telepon. Ia nampak ingin menghubungi seseorang.
Ekspresi Roser membuat Julia berpaling padanya. "Apa yang kau lakukan?"
Roser langsung melempar tatapan mengerikan pada Julia. "Apa lagi? Ini sudah tengah malam. Anakmu belum pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfic18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...