Chapt-chapt terakhir...
Selamat membaca...
Marc hanya menatap bingung saat melihat Madeline pergi meninggalkannya dengan wajah yang tak seharusnya ia peruntukan untuk Marc. Yaitu marah.
"Kau sialan!" Marc masih menyempatkan menendang tubuh Fred yang sudah tak berdaya. Fred benar-benar habis dibuat Marc.
Marc berjalan cepat mengejar Madeline dengan kebingungan besar yang melanda dirinya. Marc tidak mengerti dengan perubahan sikap Madeline yang sebelumnya Marc yakin ia tidak membuat masalah dengannya. Marc merasa baik-baik saja. Kecuali saat pembicaraannya di pesta tadi.
"Made..." Marc menarik bahu Madeline. Tapi itu belum membuat Madeline berhenti.
"Don't call me Made..." Madeline memberi peringatan keras pada Marc. Marc merasa tidak mungkin jika gadis itu benar-benar marah hanya karena kebiasannya memanggil. Jadi itu tidak mungkin menjadi penyebab kemarahan Madeline.
"Sumpah demi apapun... Aku tidak mengerti apa yang terjadi padamu?"
Madeline menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia memutar tumitnya untuk menemui mata hitam tajam milik Marc.
"Apa yang terjadi? Kau membuatku bingung..." Marc terus meminta penjelasan dari Madeline.
Masih dengan tatapan murka. Tapi kali ini Madeline sudah berkaca-kaca. "Jangan tanya apa yang terjadi!Dan berhenti lah seakan-akan kau memperdulikanku" Madeline menggeleng frustrasi.
"Lalu apa?" Marc mengerang frustrasi. Ia masih bingung.
"Aku hanya ingin menjauh darimu. Mengerti? Jadi, pergilah!" Madeline sudah meninggikan suaranya. Dan ia juga sudah menangis.
Kebiasaan Marc jika ia sedang frustrasi. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang. Ia muak jika berada di dalam keadaan seperti ini. Ini salah satu alasan kenapa Marc tidak suka menjalin hubungan dengan wanita. Terlalu rumit baginya. "Kenapa? Sungguh, kau membuatku bingung sekarang."
"Pergilah... Bahkan aku tidak berharap kau menyelamatkanku! Dan berhentilah bersikap bingung. Karena jelas kau tidak akan ingin tahu!" Madeline berbicara sampai otot di lehernya mengeras.
Marc tidak ingin berteriak-teriak seperti Madeline yang meneriakinya. Ia berjalan beberapa langkah ke arah Madeline. "Aku menyelamatkan mu... Apa yang terjadi jika aku tidak datang? Apa cara mengucapkan terima kasih sudah berganti dengan kau menyuruhku pergi?" Marc memelankan suaranya. Ia tidak harus mengimbangi Madeline yang sudah murka.
"Hah... Kau berbicara seperti itu seakan-akan kau ingin melindungiku...-" Madeline tertawa sumbang.
"Jika kau ingin tahu, kau yang menyakitiku!" Sambung Madeline. Ia memberi penekanan di setiap katanya.
"Made--"
"Don't call me Made!" Ingat Madeline yang sudah mengeraskan rahangnya.
"Fine... persetan dengan namamu.
Aku menyakitimu? Apa yang aku lakukan padamu?" Hampir saja Marc dibuat muak dengan Madeline. Madeline adalah hal terumit baginya.Madeline memajukan langkahnya. Sehingga hanya empat jengkal jarak mereka sekarang. "Kau ingin tahu?" Madeline memberi tatapan tajam yang lebih dari sebelumnya. Tapi Marc hanya diam dengan menatap Madeline yang sudah menangis. Ia menunggu ucapan dari Madeline yang sudah hilang kontrol. Marc juga tidak ingin memperumit masalahnya jika ia sama-sama seperti Madeline--hilang kontrol.
"Aku ingin kau menjauh dariku. Kau adalah sebuah ketololan seumur hidupku. Jika aku tahu akan berakhir seperti ini, aku menyesalkan segala pertemuanku dengan mu. Kau yang harus aku hindari... Karena kau yang sesungguhnya menyakitiku...--" Madeline menangis semakin menjadi-jadi. Sedangkan Marc terus menatap dalam mata cokelat Madeline. Ia ingin mencari tahu apa yang membuat Madeline sekacau ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfic18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...