Madeline's POV
Apa ini kebetulan? Di luar sedang terjadi hujan lebat ditambah angin yang sangat kencang. Dan baru saja berita di tv, jembatan yang menghubungkan rumah ku ke rumah si brengsek sementara di tutup karena airnya meluap, karena itu membahayakan.
Tapi biarkan saja... biarkan dia terseret arus dengan mobilnya...Ughhh... Tapi aku tak sekejam itu, aku masih punya hati. Dengan sangat... sangat... sangat terpaksa aku memperbolehkannya menginap di rumahku untuk yang pertama dan yang terakhir... TERAKHIR!
"Hai, Made. Kau tinggal sendirian di rumah?" Dia tersenyum miring. Dan itu sedikit mengerikan. Semoga ulahku yang sudah mengizinkannya menginap di sini tidak menjadi boomerang.
Dia duduk di dekat perapian, sedang menghangatkan diri. Sedangkan diriku, berjalan mendekat dengan membawa dua gelas coklat panas dengan harapan semoga coklat panas ini bisa menghangatkan tubuhku dan juga si brengsek itu
Kusodorkan segelas coklat panas untuknya.
"Aku tinggal sendirian." Aku duduk di depannya lalu menyeruput cokelat panas itu pelan-pelan. Kulihat dia juga menyeruput cokelat panasnya, lalu dia letakkan di meja dekat tempat kami duduk.
Marc mengangkat satu alisnya. Terdapat senyuman cabul yang sangat menjijikkan dia tunjukkan lagi padaku.
Oh... sepertinya dia ingin dipukul lagi...
Yeah... Saat di mobil, si brengsek itu hanya jahil saja. Tidak terjadi seperti bayanganku. Dia hanya menggoda yang seakan-akan dirinya ingin... aku tak ingin mengatakannya. Seketika itu, dengan spontan kepalan tanganku mendarat di pipinya. Tidak seberapa sakit, tapi setidaknya itu bisa untuk membela diri, dan puas karena aku bisa memukulnya. Itu sudah membuatku untuk berbangga diri.
"Kau tidak takut mengizinkan ku menginap di rumahmu?"
"Tidak... aku bisa memukulmu lagi jika hal-hal buruk terjadi padaku karena mu." Kutajamkan tatapanku. Berharap itu bisa membuatnya takut, tapi itu malah membuatnya tergelak. Oh... Tapi itu tidak lucu!!!
"Perlu kau ketahui--"
Tidak... aku tidak ingin tahu. Tapi oke, lanjutkan.
"Aku hanya bercanda. Dan akan ku tekankan padamu---"
Marc menyondongkan tubuhnya ke arahku. Dan itu hanya membuatku mengerutkan keningku tanda tidak mengerti.
"Bokongmu.belum.bisa.menggodaku."
Bisiknya, lalu dia tersenyum miring. Itu kelas pernyataan yang sangat membuatku mendidih, dan aku tidak terima itu. Seakan-akan tubuhku--bokongku tidak begitu menarik dan---iya, aku akui, selama ini belum ada teman lawan jenis yang mencoba mendekatiku. Apa seburuk itu?"Aku juga sama. Kau tidak bisa menggodaku. Karena kau ba-jing-an!" Semoga balasku bisa membalas sakit atas perkataannya yang tajam. Tapi apa? Marc malah tergelak.
Ughh... Aku bukan badut!!!
"Fred sama bajingannya denganku."
"Setidaknya Fred tidak punya ayah yang sangat kubenci seperti ayahmu."
Marc's POV
Apa yang dia katakan? Ayahku?
"Ayahku?" Dengan mengerutkan kening, aku bertanya pada gadis bodoh itu. Made... aku hanya suka memanggilnya dengan panggilan Made. Madeline terlalu panjang dan membuat lidahku kesulitan saat mengucapkannya.
Gadis itu menggigit bawahnya. Aku juga ingin sekali menggigit bibirnya. Tapi tidak sekarang. Gadis itu masih sangat liar dan harus dijinakan.
Made seperti sedang berpikir...
KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfiction18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...