"Jelaskan, kenapa ini terjadi?" Marc tetap menuntut meminta penjelasan dari Julia.
Julia menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka hal buruk masa lalunya diketahui oleh anaknya. "Ini tidak seburuk yang kau pikirkan."
Marc berjalan mendekat ke arah Julia dengan wajah murka. "Aku mendengarnya sendiri. Kau mengkhianati ibu...--" Suara Marc melemah.
"Kau mengkhianati ibu, Julia." Sambung Marc dengan meninggikan suaranya.
"Marc..." Julia mencoba menyentuh tangan anaknya
"Hentikan..." Marc mengangkat tangannya agar Julia tidak bisa menyentuhnya.
"Aku sudah memahami semuanya. Aku cukup tahu apa yang kau lakukan saat kau pergi ke Amerika." Sambung Marc. Ia penuh amarah. Pupilnya menggelap dan matanya berkaca-kaca. Tapi ia masih bisa menahan agar tidak menangis."Maafkan aku... maafkan aku!"
"Memintalah maaf pada ibu dan Madeline."
Sudah tidak tahan lagi dengan situasi di sana. Marc memutuskan untuk meninggalkan ruangan ayahnya. Ia tak sanggup lagi berhadapan dengan pria yang mengkhianati ibunya, ayahnya sendiri. Itu semua bisa mengguncang dirinya. Mengingat sebelumnya, merasa ayah dan ibunya adalah sepasang suami istri yang harmonis, tidak ada masalah yang berarti di antara mereka berdua. Tapi Marc tidak menyangka ternyata ayahnya menyembunyikan masalah besar darinya, terutama ibunya.
"Haaah!!!" Teriak Marc frustrasi di lorong saat mengingat apa yang ia dengar dari mulut Madeline. Hingga suaranya mendapatkan perhatian dari anak-anak yang lalu lalang di sana.
*****
Madeline tetap melangkahkan kakinya dengan isa tangisnya. Ia tak ingin berhenti dan berharap agar dirinya bisa tidak merasa sesakit saat ini.Ini adalah luka lama yang sangat memilukan baginya. Pangalaman buruk masa kecilnya yang membuat trauma pada dirinya.
Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Di dalam ada seorang pria dan wanita yang sedang bertengkar. Sedangkan anaknya berada di jok belakang hanya bisa menangis saat menyaksikan.
"Haaaaa... haaaa..." Tangisan itu semakin menjadi melihat ke dua orang tuanya bertengkar hebat, sampai mobilnya berkelok-kelok tak beraturan.
"Jeff, dengarkan aku. Aku bisa menjelaskan semuanya. Menepilah... hentikan mobilnya! Kita bisa berbicara baik-baik." Bujuk Nelson dengan tangisan yang menjadi-jadi. Ia menggoyangkan tangan Jeff, suaminya, agar Jeff menghentikan mobilnya.
"Jangan menyentuhku, Murahan!" Jeff menghepaskan tangan Nelson dengan sikunya. Sehingga wanita itu terdorong kuat. Wanita itu menangis lagi.
"Ibu... ayah..." Madeline menangis lagi.
"Bagaimana bisa kau melakukan itu? Aku melihatnya sendiri. Dan kau bercumbu dengan si keparat itu. Apa kau tidak punya otak, hah?
Madeline menangis. Dan dibarengi tangisan dari Nelson.
"Maafkan aku...
Dengarkan aku..." Nelson tetap memohon. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan agar suaminya memaafkan semuanya."Jeff..."
Nelson kembali menggoyangkan lengan suaminya."Hentikan, Murahan!"
Jeff menyikut kembali tangan Nelson. Sehingga ia membanting setirnya ke sisi jalan."Aaaahhhhhh..." Teriak Madeline ketakutan dibarengi tangisan.
"Jeff... Madeline..."
"Ahhhhh..."
Mobilnya berjalan terus. Karena panik, Jeff tidak sempat menginjak pedal rem.

KAMU SEDANG MEMBACA
Follow Me(Marc Marquez & Madeline Carroll)
Fanfiction18+ Dibutuhkan pembaca yang bisa menyingkapi dengan dewasa. Dan lupakan dulu Marc Marquez seorang pembalap. Marc di sini masih SMA. Semuanya berawal dari ancaman kampungan yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Yang sebelumnya saling membenci dan...