"Uljima.."
Jin kembali mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi istrinya yang kini tengah memandanginya sambil terus menangis. Meski gerakannya masih lemah dan belum bertenaga, Jin tetap menghapus air mata Jisoo dengan tangannya sendiri. Dia mengerti kekhawatiran yang Jisoo rasakan dan wajar saja jika istrinya itu bersikap seperti ini setelah dirinya sadar.
Jisoo menggenggam tangan Jin yang berada dipipinya, rasa lega sekaligus bahagia terluapkan bersamaan dengan air matanya. Jisoo tidak bisa menjelaskan betapa bahagianya dia saat mengetahui Jin sudah sadar, apalagi setelah melihat suaminya itu benar-benar sudah membuka mata bahkan memanggil namanya sesaat setelah dirinya datang, Jisoo tidak bisa lagi menahan air mata bahagianya ini.
Rasanya dia tidak ingin memalingkan wajahnya dari Jin saking takut namja itu akan pergi meninggalkannya.
"Gomawo.. Gomawoyo oppa.." ucap Jisoo penuh perasaan. Jin mengelus lembut pipi Jisoo.
Apa yang bisa dia lakukan selain tersenyum melihat istrinya ini? kepalanya mungkin masih terasa begitu pusing, badannya pun belum bisa bergerak sebebas dulu, tapi hatinya sudah terasa penuh setelah melihat istrinya ini.
"Ssshh.. uljima.. aku baik-baik saja.." ujar Jin mencoba menenangkan Jisoo.
Jisoo mengangguk, diciumnya tangan Jin dengan segenap hatinya.
"Jangan pernah seperti ini lagi.. Kumohon, jangan pernah menyiksaku dengan cara seperti ini lagi.."
Jin menarik Jisoo kedalam pelukannya, membiarkan Jisoo meluapkan isi hatinya didalam pelukan itu. Jin sadar, dia baru saja terlepas dari jurang kematian, jurang yang akan memisahkannya dengan Jisoo dan juga keenam dongsaengnya. Jurang yang akan membawanya pergi meninggalkan mereka semua. Dan Jin bersyukur, dirinya masih diberi kesempatan untuk kembali bersama dengan orang-orang yang disayangi.
Tak bisa dipungkiri, Jin merasa bersalah. Karena dirinya, semua orang mengorbankan kepentingan mereka sendiri. Jin merasa bersalah karena sudah membuat mereka semua cemas dan khawatir dengan keadaannya. Tapi sekarang bukan waktunya untuk berlarut dalam rasa bersalah itu, sekarang waktunya memperbaiki semuanya, semua yang tidak dia lihat selama berhari-hari, semua yang dia tinggalkan selama berhari-hari.
.
.
.
Namjoon, Hoseok dan Rose duduk di kursi tunggu yang berada didepan kamar rawat Jin. Ya, mereka sengaja memberikan Jin dan Jisoo waktu untuk berdua karena memang itulah yang kedua orang itu butuhkan terlebih lagi untuk Jisoo, setidaknya sekarang Jisoo bisa menarik napas lega karena suaminya sudah sadar.
Rose terdiam, dia melamun, entah kemana arah pikirannya Rose juga tidak mengerti. Dia senang karena akhirnya Jin sadar dan Jisoo sudah tidak bersedih lagi, namun disisi lain, Rose ketakutan. Bagaimana dengan Yoongi setelah Jin sadar?
Baiklah, anggap saja Rose egois saat ini. Tapi dia benar-benar tidak ingin Yoongi pergi meninggalkannya atau yang lain. Apa yang harus dia lakukan jika Yoongi pergi? Tidak peduli secuek atau seburuk apapun sikap Yoongi, Rose tetap mencintainya, Rose tetap ingin Yoongi terus berada disampingnya. Rose sudah berhasil meraih hati Yoongi yang dingin itu, apa harus dia membiarkan hati itu pergi dan meninggalkannya?
Rose menarik napas panjang lalu menundukkan wajahnya. Bodoh. Kenapa disaat semua orang bahagia dirinya harus merasa sedih seperti ini?
Hoseok menoleh kearah Rose yang duduk disampingnya. Sejak datang bersama Jisoo tadi, Rose memang terlihat murung. Walaupun belum tahu penyebab pastinya, Hoseok sudah menebak kalau yeoja itu tengah memikirkan Yoongi. Disaat yang bersamaan, Jungkook, Taehyung dan Jimin sampai dihadapan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
FF BTS - Our Lifes [PRIVATE]
Fanficcast : - all BTS member - all Blackpink member - another cast genre -romance -life story cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup tujuh pemuda, beberapa dari mereka tidak memiliki orangtua bahkan keluarga dan saudara. Hidup yang penuh de...