3. DADDY!!?

207K 12.1K 277
                                    


Gambaran Gio... 👆👆👆

Selamat membaca...
Don't forget vote and comment guys..

Ayah...

Ayah...

Astaga apa itu? Pikirku dalam hati. Suara sialan itu seperti suara bocah. Siapa yang dia panggil ayah, akukah? Memangnya aku ayahnya apa.

Ayah...

Astaga aku mendengarnya lagi. Dimana suara bocah sialan itu, siapa yang ia maksud ayah? Aku tak tau dimana aku sekarang. Yang kulihat hanyalah ini seperti di Taman bermain. Tidak ada siapapun di sini selain aku, ayunan, permainan kuda-kudaan dan lainnya yang bergerak sendiri.

Ayah... Ayah...

Suara itu... Terus mengiang di telingaku. Suara bocah yang entah itu suara bocah lelaki atau perempuan aku tidak tau. Karena aku tidak pernah berbicara dengan anak-anak sehingga aku tidak tau bagimana suara para makhluk kecil itu. Dan aku, benci anak kecil.

Ayah...

Suaranya sukses menghantuiku sampai aku merasa terputar kembali ke ingatan masa laluku, lebih tepatnya masa lalu bersama Ayu, mantan terakhirku. Karena selepas dengannya dan aku tinggal di London, aku tidak sempat berpacaran karena aku sibuk bekerja. Aku ingat dulu aku sempat menghamilinya dan dengan hinanya aku melenyapkan bayi kami itu.

Ayah...

Astaga apakah itu...
Apakah itu, anakku.

Tidak.

Anakku sudah mati. Mati karenaku, aku yang bersi keras menginginkan Ayu mengaborsinya. Ini bukan salah Ayu, aku yang memaksakan Ayu untuk menggugurkan bayi itu jadi ini salahku. Anakku, aku membunuhnya. Darah dagingku. Aku... Ak-aku sungguh kejam membunuh anakku sendiri.

Ayah...

AKKKHHHHH!!!

Refan tersentak kaget hingga terduduk di atas ranjangnya. Dinginnya AC kamar tak terasa lagi, keringat membasahi tubuhnya seperti baru terguyur hujan, nafas Refan seperti baru selesai berlari maraton. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Astaga... Astaga... Astaga... Apa itu tadi. Siapa itu yang memanggil-manggili aku ayah. Astaga aku bisa gila, suara bocah sialan" katanya kesal.

Baru saja tadi sore Refan sampai di Indonesia dan mimpi seperti ini yang ia dapatkan. Harusnya Refan mendapatkan mimpi yang baik dan Indah. Tapi ia seolah di mimpikan masa lalunya. Tapi tunggu.. Apakah itu suara anaknya yang ia paksa Ayu untuk mengaborsinya. Mungkin saja dia marah karena Refan meminta ibunya untuk membunuhnya. Tapi apakah iya anak yang sudah mati bisa menghantui orang yang masih hidup?
Sebernarnya ini bukan kali pertama Refan di mimpikan hal buruk tentang suara-suara bocah yang memanggilnya ayah itu. Di London ia sempat memimpikan suara-suara itu kalau tidak salah ada dua kali. Dan jujur, jika di jalan Refan melihat bocah-bocah yang umurnya berkisar 2 tahunan. Batinnya bersuara, andai anakku dengan Ayu masih hidup mungkin ia sebaya dengan anak-anak itu.

Entahlah... Sebenarnya Refan benci anak-anak. Tapi begitu menghayalkan wajah anaknya jika ia masih hidup dan tidak Ayu aborsi, membuat hatinya menghangat dan menyesal telah membunuhnya. Aku menyesali hal bodohku. Aku juga merasa bersalah pada Ayu. Setelah ku paksa dia membunuh anak itu aku malah berangkat ke London.

Tapi sudahlah...
Anakku sudah tiada. Semua sudah terjadi di 2 tahun lalu. Tidak ada lagi penyesalan, aku harus memulai hidupku yang baru. Tentu bersama gadis yang baru.

Meski bayangan tentang wajah cantik nan polos Ayu selalu membuatnya susah tidur.

×××××

Seperti biasanya. Setiap hari Ayu berangkat ke rumah tetangganya yang berselang enam rumah dari rumah sewaannya untuk bekerja, sedangkan Gio di bawa serta. Gio anteng hanya duduk di sebelah ibunya saat Ayu sedang bekerja. Sengaja Ayu melarangnya ikut gabung bermain dengan anak-anak lainnya. Karena Ayu tau, anak-anak sebayanya itu sering menanyai dimana ayah Gio. Gio yang kebingunganpun hanya diam dan pulangnya langsung mengadu. Semenjak itu Ayu melarangnya ikut bermain dengan anak-anak sebayanya itu, katakanlah dirinya egois tapi sungguh ini demi anaknya juga. Manalah ada ibu yang sanggup melihat anaknya terus bersedih.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang